cumipenjaraAvatar border
TS
cumipenjara
Gerakan Politik Mahatma Gandhi Lewat Puasa 21 Hari


Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), puasa diklasifikasikan sebagai verba. Yakni kata kerja yang artinya ‘menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (bertalian dengan agama)’. Namun, jauh sebelum kata itu tersemat di KBBI, masyarakat kerajaan Hindu di Nusantara pernah mengenalnya dengan sebutan upavasa.

Kata itu berasal dari perbendaharaan bahasa Sanskerta. Upa berarti ‘dekat’, dan vasa artinya ‘hidup’. Tokoh spiritual India, Hariharananda Giri, menerjemahkannya sebagai hidup dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai ketuhanan. Mempraktikan upavasa berarti menjalani hidup yang terpusat pada jiwa.

Dalam menjalani upavasa, manusia jadi lebih banyak memiliki waktu luang. Itu karena, waktu yang biasa digunakan untuk memikirkan makanan dan hal duniawi lain menjadi tak terpakai. Dalam agama Hindu, waktu luang itu pun digunakan untuk sadhana (latihan spiritual).



Dalam perjalanannya, praktik upavasa tak melulu soal ritual. Adalah Mohandas Karamchand Gandhi, atau lebih dikenal sebagai Mahatma Gandhi, mempraktikkan upavasa dengan tujuan yang berbeda.

Di tangan Gandhi, kegiatan menahan lapar dan haus tersebut menjadi sebuah gerakan politik untuk menentang kolonialisme Inggris. Puasa itu juga dilakukan untuk mendamaikan umat Islam dan umat Hindu yang saat itu dilanda konflik agama.

Gandhi dan Puasanya
Gandhi percaya bahwa perlawanan tak harus dilakukan dengan kekerasan. Pria kelahiran 2 Oktober 1869 itu justru lebih memilih ‘diam’ sebagai bentuk protes. Ajaran diamnya itu pun dikenal sebagai Satyagraha. Suatu konsep yang diambilnya dari ajaran Hindu mengenai ahimsa, yakni sikap tanpa kekerasan.

Di India, Ghandi banyak memprotes kolonialisme Inggris. Bahkan, dia mengerahkan massa untuk menentang kebijakan Inggris yang selalu tidak adil. Kala itu, salah satu kebijakan Inggris yang kontroversial adalah tentang petani lokal yang tak boleh memanen garam.



Lain dari itu, Inggris berencana untuk memecah India menjadi dua bagian. Pertama wilayah India untuk umat Hindu. Kedua, wilayah yang dinamakan Pakistan untuk umat Islam. Gandhi pun menolak usul tersebut. Menurut dia, pembagian wilayah itu hanya akan memperburuk keadaan dan membelah dua India.

Maka, pada 6 Oktober 1942, Ghandi memutuskan untuk berpuasa selama 21 hari. Bukan seperti puasa umat Muslim yang diselingi waktu sahur dan berbuka puasa. Melainkan, benar-benar tidak makan selama 21 hari berturut-turut. Dalam periode itu, Gandhi hanya mengkonsumsi air putih.

Gandhi melakukan itu sebagai seruan pad umat Muslim dan Hindu agar tidak bertikai. dalam benaknya, pertikaian antar agama hanya akan menguntungkan Inggris. Puasa itu, dia harapkan menjadi pendorong agar umat beragama di India menurunkan egonya masing-masing.



Puasa tersebut dijalankan Gandhi di kediaman sahabatnya yang beragama Muslim bernama Mohamad Ali. Di situ, dia pun dijaga dua dokter Muslim serta seorang perawat Kristen bernama Charles Freer Andrewa.

Dalam Gandhian Theory of Social Reconstruction (2006) karya Parmeshwari Dayal, dituliskan bahwa puasa Ghandi merupakan cara paling jujur untuk mengungkapkan sesuatu. Menurut Dayal, Ghandi percaya bahwa ada sains di balik berpuasa yang tidak diketahui orang lain.

Ghandi yakin, puasa memiliki sebuah keajaiban. Yakni, manakala puasa memiliki sebuah motif spiritual, maka akan ada orang lain yang dapat terpengaruh olehnya. Seperti halnya kala Ghandi yang ingin mempengaruhi umat Islam dan Hindu agar tidak bertikai.

Makanya, puasa Ghandi ditujukan untuk menyentuh hati masyarakat India. Ghandi mengajarkan, jiwa masyarakat India harus terbebas dari nafsu untuk melenyapkan orang lain. Meski bayarannya adalah kelaparan dan tubuhnya yang jadi kurus kering.



Dalam bukunya bertajuk Non Violance Resistance, Gandhi menyebut bahwa puasa adalah kekuatan. Manakala kekuatan fisik tak lagi mampu melakukan sesuatu, maka berpuasa menjadi satu-satunya cara.

“Puasa adalah senjata paling ampuh dalam Satyagraha,” kata Gandhi.

Memang, pada akhirnya India dan Pakistan resmi berpisah pada 15 Agustus 1947. Konflik antara umat Islam dan Hindu tak lagi bisa terbendung. Meski demikian, itu bukan berarti Ghandi gagal sepenuhnya. Sebab, dunia hingga saat ini tetap mengenang upaya dia dalam menyerukan perdamaian.

SUMBER:
Kumparan

KOMEN TS:
Ini baru tokoh nasional atau bahkan dunia yang sesungguhnya. Berjuang tanpa kekerasan. Bukannya malah eksploitasi tenaga masyarakat buat pipel pawah emoticon-Najis (S)
Faozn
jmontefiore
rony25
rony25 dan 17 lainnya memberi reputasi
14
9.1K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.7KThread40.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.