Warga Rusia digegerkan oleh peristiwa pembunuhan dan kanibalisme, terjadi pada tahun 2018 lalu. Yang lebih menghebohkan, ternyata pelakunya adalah sepasang kekasih, dan si cewek masih berusia 12 tahun.

Arkady Zverev

Pelakunya adalah Arkady Zverev (AZ), berusia 22 tahun, dan pacarnya bernama Valeria.

Valeria

Sedangkan korbannya adalah Alexander Popovich (AP), berumur 21 tahun.
***
Kejadian bermula dari kaburnya AZ bersama Valeria dari Resor Laut Hitam Sochi, lalu keduanya menginap di wilayah St. Petersburg, dengan menyewa plat milik AP.

Entah bagaimana ceritanya, antara AZ dan AP terjadi cekcok soal sewa plat yang ditempati AZ dan pacarnya.

Dari percekcokan itu, AZ akhirnya membunuh AP dengan menikam kepalanya beberapa kali dengan kapak.

Setelah korban tak berdaya, AZ dibantu pacarnya mulai memotong-motong anggota tubuh korban, mulai kepala lengan dan kaki.

Selanjutnya potongan tubuh AP itu dimasukkan ke dalam microwave, lalu dimasak dan dimakan oleh keduanya, terutama bagian jantung dan otaknya, yang menurut pelaku adalah daging yang paling enak dan manis.
***
Atas perbuatan itu, maka AZ dinyatakan bersalah oleh pengadilan Rusia. Ia didakwa dengan pasal pembunuhan, penyiksaan mayat, dan berhubungan seks dengan anak di bawah umur yang menjadi pacarnya.

AZ yang sangat ketakutan setelah jadi tersangka dan dijebloskan ke penjara, akhirnya bunuh diri di dalam tahanan itu.

Sedangkan pacarnya, Valeria dinyatakan bebas, karena ia masih di bawah umur.
***
Meski Valeria dinyatakan bebas dari tuntutan hukum, namun bukan berarti ia tak mendapat hukuman sosial dari lingkungannya.

Si Ibu Valeria sendiri tak mau lagi melihat anak tersebut. Karena itu, Valeria akhirnya dititipkan pada sebuah Panti Asuhan, dan disekolahkan di wilayah Krasnodar.

Ketika di sekolah, Valeria menceritakan kepada teman-temannya, bagaimana saat ia dan pacarnya membunuh dan memakan daging manusia.

Katanya, tak sedikit pun ia merasa ngeri ketika membunuh dan memakannya, bahkan menikmatinya.

Mendengar cerita itu, semua temannya menjadi ketakutan. Lalu para orang tua siswa meminta kepada pihak sekolah agar Valeria dikeluarkan atau dipindahkan dari sekolah itu.

Mereka khawatir anak-anak mereka akan jadi korban kesadisan Valeria, atau terjangkit dengan kelakuannya itu.

Namun pihak Panti Asuhan justru membelanya, dengan mengatakan bahwa Valeria adalah anak yang baik. Ia tidak terlibat dalam pembunuhan itu, malah ia adalah korban kekerasan seksual dari kebiadaban AZ.(*) Ref