mongkiefunAvatar border
TS
mongkiefun
Ibu itu Kini Hidup Bertetangga dengan Pembunuh Suami dan Anaknya


Ibu itu Kini Hidup Bertetangga
dengan Pembunuh Suami dan Anaknya






Di tengah teriknya matahari pagi, nampak seorang berdiri di hadapan dua petugas pencatat. Dia sudah membawa semua barang-barang miliknya di sampingnya, hari itu dia akan menapakkan kakinya bebas dari hukumannya. Petugas menanyakan apa kejahatan yang telah dilakukannya, dia menjawab singkat, "Genosida."


Ettiene Ndahimana merupakan salah satu dari pembantai saat Genosida Rwanda pada tahun 1994. Dia telah menyelesaikan 19 tahun hukumannya atas membunuh dua orang etnis Tutsi.

Mungkin korban Ettiene nampak sedikit. Namun pada tahun 1994 tersebut, jutaan orang tertutup mata dan hatinya, mereka dengan keji menghabisi tetangganya, anak-anak, wanita, dan semua yang mereka anggap musuh. 800.000 orang diperkirakan mati dalam 100 hari kelam di negara Rwanda.

Kini muncul sebuah program kampung-kampung di mana para korban dan pelaku genosida harus hidup bersama sebagai upaya rekonsiliasi menyembuhkan luka dari peristiwa pembantaian itu, inilah kisahMaria Izagiriza, seorang ibu yang hidup bersama dengan pembunuh keluarganya.






Sejarah Singkat


Semua kebencian ini dimulai dari era kolonial Rwanda. Saat itu etnis Tutsi ditentukan oleh pemerintah sebagai ras yang lebih unggul daripada etnis Hutu. Bahkan sampai setiap ID-card atau KTP harus dituliskan etnis pemiliknya dengan jelas.



Pembedaan dan pengkastaan etnis ini membuat benih kebencian tumbuh. Dan pada saat bebas dari kolonial, etnis Hutu mendapatkan mandat untuk memimpin negeri ini. Dan dimulailah kekerasan dan pengusiran pada etnis Tutsi, banyak Tutsi memilih pindah ke perbatasan dan negara tetangga.

Perang sipil terjadilah antara militer Rwanda serta grup paramiliter yang terbentuk dari para pelarian Tutsi. Hingga 1993, perang tersebut berhasil dihentikan oleh tekanan internasional. Para konservatif tetap tidak mau damai. Para konservatif ini menyebarkan ketakutan bahwa berdamai dengan Tutsi artinya membiarkan Hutu diperbudak.



Damai untuk sementara, tapi kebencian itu tetap ada hingga datanglah peristiwa itu. April 1994, Pesawat presiden ditembak jatuh, Presiden tewas. Tersebarlah kabar dan rumor yang mengatakan bahwa pembunuhan presiden dilakukan oleh Tutsi.  100 hari pembantaian itu dimulai. Para ekstremis Hutu bersenjatakan parang membantai semua Tutsi yang mereka lihat. KTP dengan idetintas etnis mempermudah semua pembantaian itu. Perintah membunuh Tutsi disebar provokator melalui radio.Dan itu bisa membuat etnis Hulu yang tidak tahu apa-apa bisa dengan mudah membantai tetangga Tutsinya.

100 hari kelam berakhir setelah keadaan ditenangkan oleh grup paramiliter Tutsi. Pemerintah Rwanda yang baru harus  melakukan upaya untuk menyelesaikan kebencian antar etnis agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. 




Maria masih bisa mengingat hari kelam itu. 6 April 1994, Maria sedang di rumah bersama anaknya yang berusia 2 bulan, Florence. Seorang tetangga sembari terengah-engah, memberitahunya kabar buruk Presiden tewas setelah pesawatnya ditembak. Maria segera mengungsi.

Membawa anak perempuannya ke negara tetangga dengan selamat. Tidak seberuntung dirinya, suami dan tiga anaknya mati di tangan ekstremis. Dan yang membunuh suami dan anak-anaknya itu kini hidup di sebelah rumahnya, Philbert Ntezerizaza.


Memang tidak masuk akal, bagaimana bisa Maria mau hidup satu tetangga dengan pembunuh keluarganya. Namun, semua upaya rekonsiliasi ini berjalan lancar setelah peristiwa pembantaian itu dikarenakan pemerintah resmi mengadakan pengadilan yang sangat terbuka dan transparan. Pengadilan Gacaca membawa semua pelaku pembantaian untuk diadili dan memberikan keadilan bagi mereka yang kehilangan.



Di Pengadilan Gacaca, Maria mengetahui Philbert yang mengaku telah menghabisi suami dan tiga anaknya. Philbert mendapatkan hukuman sesuai kejahatan yang dilakukannya. Namun, usaha pemerintah tidak berhenti di situ saja untuk menyembuhkan luka negaranya. Pemerintah mendirikan kampung - kampung yang warganya adalah korban dan pelaku pembantaian. Warga semua kampung tersebut mendapatkan subsidi tempat tinggal, sawah, dan hewan ternak. Kampung Rweru yang ditinggali Maria dan Philbert merupakan salah satu kampung itu.



Mungkin dari kita berpikir, kok bisa tinggal tetanggaan sama pembunuh keluarganya.. Namun itulah yang terjadi. Bahkan Maria dan Philbert bukan hanya sekedar hidup bertetangga, mereka bersahabat baik. Setiap hari mereka selalu saling menyapa. Bahkan saat pernikahan anaknya, Maria mengundang Philbert untuk datang.


Philbert menceritakan bagaimana tidak beruntungnya saat suami dan anak-anak Maria bertemu dengan kelompoknya saat kejadian itu. Kelompok ekstremis selalu menghadang di jalan bersenjatakan golok. Philbert mengatakan bahwa yang anak-anak telah dilempar ke lubang kubur hidup-hidup, sedangkan yang dewasa mereka bacok dan baru mereka kubur..

Maria yang mendengar itu tetap tenang di samping Philbert. Ya setelah bebas dari penjara, Philber merasa takut dan malu. Namun, dia memberanikan diri datang ke hadapan Maria. Bersungguh-sungguh meminta maaf kepada Maria atas perbuatannya. Dan Maria memberikan maafnya. Maaf itulah yang memberikan kelegaan pada hati Philbert.

Maria saat diwawancara juga mengatakan dengan tegas bahwa yang duduk di sebelahnya ini adalah sahabatnya. Dia mencintai Philbert. Dan Philbert juga mencintainya.



Berbagai upaya untuk menjalin kembali perdamaian di tingkat akar rumput, pengadilan yang terbuka memberikan keadilan serta kampung-kampung yang memberikan kehidupan baru bagi mereka yang terdampak dari peristiwa mimpi buruk itu. Usaha dari pemerintah Rwanda patutnya perlu dicontoh oleh pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan peristiwa - peristiwa serupa yang pernah terjadi di negara kita.

Ettiene yang juga salah satu pelaku pembantaian, kembali ke desanya. Desa yang sudah tidak bisa dikenalinya lagi. 19 tahun masa mudanya habis karena perbuatannya dan berakhir dengan penyesalan. Kini dia masih berusaha untuk memulai hidup baru.





Maria mengatakan, "Ketika hati seseorang dibebani, ia takkan bisa melihat hal yang positif sama sekali. Tetapi bila ia memaafkan secara ikhlas, ada banyak hal positif yang akan dia alami,"

"Pengampunan itu hal yang penting, karena melegakan hatimu dan kamu mendapatkan kemauan melanjutkan untuk hidup."


REFERENSI



SUMBER I

SUMBER II




SUMBER III






KUNJUNGI JUGA THREAD LAINNYA

Ketika Reuni dengan Teman Sekolah Terjadi di Ruang Sidang


Ngerinya Kekerasan yang Dialami Pria Ini


Kisah Wanita yang Wajahnya Muncul di Seluruh Dunia


Misteri Swissindo, Sekte Pembebas Utang Semua Umat Manusia

Pria Menyelamatkan Seekor Anjing, Ternyata Hidupnya yang Diselamatkan oleh Anjing itu

Ketika Hidup Masyarakat Cina harus tunduk pada poin dan skor

Kisah Hidup Mantan Radikal Jihadis Pencetak Radikalis Anak Muda Untuk Berperang

Pelepasan 1.5 Juta Balon dan Inilah Yang Terjadi

Kisah Pemahat Patung Ronaldo yang Menjadi Tertawaan Semua Orang

Video HOAX yang telah merenggut Nyawa Banyak Orang di India

Paru - Paru Besi, Mereka yang Menjadi Korban Polio

Wanita yang Berubah dari "KALIAN SEMUA MASUK NERAKA!!" menjadi advokat perdamaian

Sulap gagal dan akhirnya tangannya tertancap paku, ngeriiii

Keren!! Cara Membangun Hutan Lebat dalam Waktu Singkat

Kisah Hidup Luar Biasa Korban Tentara Nazi

Keren!! Tidak Punya Jantung, tapi Masih Bisa Fitness

Dipenjara dan Dianggap Pengkhianat Negara Hanya Karena Ini

Dijamin 5 Cerita ini bisa bikin agan mewek

Para Wanita Cantik Pemancing Keributan di Piala Dunia 2018

5 Cerita Seram Penemuan Ruang Rahasia dan 'Mereka' yang Tinggal di Dalamnya
Diubah oleh mongkiefun 26-04-2019 08:43
H5T6W68
jumanjji
tien212700
tien212700 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
12.1K
94
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.