wowonwaeAvatar border
TS
wowonwae
Bahagia Itu Disambut, Bukan Dicari

GIF
Banyak orang tak sadar bahwa dia   telah menghabiskan banyak energi cuman buat dapet pengakuan normal dari sekitarnya. Daya, tenaga dan waktu dihabiskan sekedar buat jadi sama dengan lingkungan sekitar, dengan tetangganya, kawannya atau saudaranya sehingga dianggap normal. Orang Jawa bilang : "ngumum i", punya prinsip menyesuaikan dirinya dengan sekitar, yang normal misalnya :

"Kalau mereka berpakaian sopan, saya juga harus pakai pakaian yang sopan";

"Kalau mereka rumahnya keliatan bersih, rumah saya juga harus bersih";

"Kalau mereka kerja sehingga punya uang, saya juga meski berusaha punya uang";

dan sebagainya.

Lha kenapa bisa banyak yang orang yang menghabiskan banyak energi ? Karena banyak orang yang menggunakan prinsip melenceng dari contoh normal tersebut di atas hingga jadinya :

"Kalau mereka berpakaian sopan, merek pakaiannya apa ya ? - saya harus berpakaian juga dengan merek yang sama";

"Kalau mereka rumahnya keliatan bersih, apa sebabnya ? cat rumah yang dipakai apa ? lantainya pakai keramik apa ? - rumah saya juga harus sama seperti rumahnya;

"Kalau mereka bekerja sehingga punya uang, berapa banyak sih income nya ? - saya juga harus punya income minimal sama dengan mereka";

dan seterusnya.

Jika hanya melenceng saja dari contoh normal tersebut sih masih mending. Ada beberapa orang yang prinsipnya tak hanya "menyamakan sekitarnya", tapi harus "melebihi sekitarnya". Tak hanya ingin normal, bahkan jadi upnormal. Maka, makin banyak saja energi yang harus dia keluarkan. Contoh :

"Kalau mereka pakai pakaian merk A, saya meski pakai merk yang lebih mahal";

"Kalau rumahnya pakai keramik merk A, rumah saya lantainya meski pakai batu marmer";

"Kalau penghasilan mereka 4 juta per bulan, saya harus 10 juta per bulan;

dan seterusnya.

Keinginan untuk dapat pengakuan itu sebetulnya belum mendasar lho, jika dilanjutkan dengan pertanyaan : Lalu apa sebenernya yang diharapkan dari sebuah pengakuan ? Jawabannya :  dapat kepuasan batin. Lha kalau batin sudah puas lalu apa ? Jawabnya : menjadi tenang. Kalau sudah tenang lalu ? Jawaban akhirnya : bahagia. Jadi ujung tujuan yang jadi alasan dikerahkannya energi adalah dalam rangka mengejar kebahagiaan.



Oke, mari kita renungkan tentang kebahagiaan. Sebetulnya kebanyakan orang itu hanya berada dalam proses belajar tentang kebahagiaan. Mencari tau apa isinya, diperoleh dari mana, bagaimana caranya dan seterusnya. Kemudian mereka menetapkan standard-standard kebahagiaan bagi dirinya. Jika yang di atas adalah contoh-contoh yang masih tergolong mainstream, yang anti mainstreampun sama, mengarah pada standard-standard kebahagiaan yang mereka ciptakan sebagai tujuan akhir.

Pada akhirnya, orang-orang itu hidupnya hanya terbelenggu dalam standard kebahagiaan. Apakah mereka yang berhasil mencapai tujuannya kemudian bahagia selamanya ? Jawabannya : enggak, bahagia sementara waktu, berikutnya akan mengalami kegelisahan lagi. Kenapa ? Karena setelah satu target tercapai, selanjutnya mereka akan membuat standard target yang lebih tinggi atau menciptakan target-target lainnya. Begitu seterusnya !



Jadi, alih-alih dapat kebahagiaan, mereka justru tak pernah bisa menikmati hidup. Misalnya saja, punya rumah mewah yang pada akhirnya jarang-jarang ditempatin, punya mobil mewah jarang-jarang dipakai, punya istri cantik atau suami tampan tapi jarang-jarang dikelonin, dsb. Kenapa bisa ? Ya karena daya energi dan waktunya habis buat ngejar standard kebahagiaan itu !

You will never be happy if you continue to search for what happiness consist of. Kebahagiaan (happiness) itu  unconsistent, tak akan pernah konsisten, selalu berubah-ubah. Selain itu, dia tidak lari ke mana-mana kok, buat apa dikejar ? Buat apa dicari-cari ? Kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri, di dalam pikiran dan di dalam hati, selalu mengiringi kita seumur hidup. Jadi ? Bahagia ya bahagia saja, ndak perlu repot-repot ! Ngapain ?!



Lalu misalkan sampai kini pun kita masih belum bahagia, apa perlu kita gali makna hidup agar bisa bertemu dengan kebahagiaan ? You will never life if you are looking for the meaning of life. Selama kita terus mencari-cari makna hidup, lha kapan kita hidup ? Hidup itu tinggal dijalani saja, hidup itu tinggal dihidupi saja, sudah - selesai !

Jalani hidup kita apa adanya. Apa yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, mari kita kerjakan saja. Apa yang sekarang sudah dimiliki, mari kita syukuri. Sekali manusia, tetaplah manusia, itulah hakekat kita tanpa perlu mencari-cari pengakuan. Orang bisa bilang kita ini monyet, atau kita ini anjing, atau apalah namanya, tapi hanya di mulut saja kok. Dalam hati dan pikirannya pasti sama, sama kayak dia, sama-sama manusia yang sedang hidup.

Semoga bermanfaat.

Terimakasih :terimakasih


Sumur :
Gambar dari mbah Google
Filosofi quote dari tokoh filsafat Albert Camus
Diubah oleh wowonwae 25-04-2019 03:25
ratmadi
ulfsaarr
tata604
tata604 dan 19 lainnya memberi reputasi
20
5K
58
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Inspirasi
Inspirasi
icon
10.5KThread6.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.