WASHINGTON - Amerika Serikat ditetapkan sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, melengserkan Arab Saudi. Ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam dekade.

Amerika menjadi yang terbaik di antara negara timur tengah dalam ekspor minyak dan barang-barang energi lainnya, seperti cairan gas alam dan produk minyak bumi.

Ini adalah pertama kalinya AS mencapai tonggak sejarah, sejak Arab Saudi mulai menjual minyak ke negara-negara lain pada 1950-an.

"Ini luar biasa," kata ahli strategi energi Ryan Fitzmaurice kepada CNN . "Sepuluh tahun lalu, tidak ada yang mengira itu bisa terjadi."

Secara umum, pergantian kekuasaan telah dikreditkan ke apa yang oleh para ahli disebut 'shale boom', menjadikan Texas sebagai pusat perdagangan minyak Amerika.

Terobosan teknologi juga memainkan peran mereka, dengan inovasi pengeboran membantu mengakses petak besar minyak yang terperangkap di ladang minyak serpih di seluruh Amerika.

Dengan penekanan pada bahan bakar berbasis serpih - batuan sedimen yang kaya organik - produksi minyak AS meningkat dua kali lipat selama 10 tahun terakhir.

Dan dengan Produksi di Permian Basin, di Texas Barat, yang telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa, AS kini memompa lebih banyak minyak daripada negara lain - termasuk Arab Saudi dan rekan-rekan pembangkit tenaga listrik Rusia.

"Booming serpih telah mendorong peningkatan produksi yang luar biasa," kata Fitzmaurice kepada CNN . "Produksi AS keluar dari grafik."

Pada 2015, Kongres mengangkat jalur ekspor minyak 40 tahun yang menyebabkan ledakan penjualan internasional. Negara-negara di Pantai Teluk AS, sekarang berjuang untuk membangun lebih banyak infrastruktur untuk membantu memenuhi permintaan minyak mentah AS yang semakin meningkat.

"Kelebihan bahan bakar fosil dari Amerika, akan menemukan banyak pembeli yang bersemangat di Asia yang tumbuh cepat," kata Rystad dalam laporan mereka.

Di Arab Saudi, ekspor minyak saat ini sekitar tujuh juta barel minyak mentah per hari, bersama dengan dua juta barel cairan gas alam dan produk minyak bumi.

Sebaliknya, AS mengekspor tiga juta barel minyak dan lima juta barel gas dan minyak bumi.

Permain Basin dianggap sebagai pusat kesuksesan boom serpih AS, di mana pengembangan teknologi memungkinkan perusahaan - seperti BP dan ExxonMobil - untuk mengebor secara menguntungkan dengan harga yang lebih rendah.

Exxon sekarang mengatakan, rencana untuk memproduksi lebih dari 1 juta barel minyak per hari dari Permain saja, pada 2024.

"Produksi serpih yang semakin menguntungkan dan selera global yang kuat untuk minyak dan bensin ringan siap untuk membawa AS ke posisi dominasi minyak dalam beberapa tahun mendatang," lapor Rystad.

Dominasi seperti itu akan memungkinkan Amerika Serikat menjadi lebih mandiri energi daripada sebelumnya.

Departemen Energi telah memperkirakan, bahwa pada tahun 2020 AS akan mengekspor lebih banyak energi daripada yang diimpornya untuk pertama kalinya sejak 1953.

pemerintahan Trump tampaknya tidak terhalang oleh proyeksi, ketika Mike Pence muncul di pertemuan tahunan Asosiasi Minyak dan Gas Ohio, yang memuji dominasi minyak global AS yang akan segera terwujud.

Wakil Presiden juga menggunakan kesempatan, untuk membanting Demokrat 'Green New Deal', yang didukung oleh orang-orang seperti Alexandria Ocasio-Cortez.

"Satu-satunya hal yang hijau tentang Green New Deal, adalah berapa banyak hijau yang harus kita bayar," katanya sambil tersenyum masam.

[url]news.rakyatku.com/read/142934/2019/03/10/salip-arab-saudi-kini-amerika-jadi-pengekspor-minyak-terbesar-di-dunia[/url]

Gila juga nih negara, udah SDM nya unggul, eh ternyata SDA nya juga sangat melimpah