Anti Bolos Nyoblos untuk Memilih Pemimpin Negeri 



Taukah kamu apa yang paling seru saat coblosan? Adalah saat hati terasa plong telah menentukan pilihan. Memilih pemimpin untuk Indonesia yang lebih baik. Euforia pesta demokrasi lima tahunan ini melahirkan banyak kisah hangat yang mengasyikan juga perlu menjadi renungan bersama. 



Suka tidak suka, pada akhirnya akan hanya ada satu pemenang yang akan menjadi pemimpin negeri ini. Siapapun nanti ia yang terpilih, mari kita terima dengan jiwa besar dan semoga amanah. Amin. 

Ada beberapa kisah aneh cukup mengelitik hari ini yang saya alami. Yaitu tentang golput atau pemilih yang tidak bisa mendapatkan hak suaranya. 

Tadi ada seorang perantauan yang tinggal di sini, Banten. Ia datang ke TPS dengan membawa KTP Jawa Tengah. Terpaksa tidak bisa ikut nyoblos karena tidak membawa Formulir A-5 dari KPU. 



Menurutnya; Suruh ke TPS saja sebenarnya malas, apalagi suruh urus Formulir A-5, bikin ribet saja. Mending gak usah nyoblos.

Entah karena emosi karena tidak bisa nyoblos, atau apa? Nyatanya berakhir golput.  Jika direnungkan apa yang dia katakan, ada benarnya juga. Untuk wilayah Jakarta dan Banten, terutama Tangerang tempat saya tinggal, ini banyak orang perantauan. 

Artinya apa? Akan ada banyak pemilih yang tidak bisa menggunakan hak suaranya. Formulir A-5 sebenarnya untuk tujuan agar tidak ada suara ganda. Tapi di sisi lain juga belum bisa menjawab masalah golput. Mungkin masalah ini bisa menjadi renungan pemerintah untuk pemilu berikutnya.  Apa pendapat Agan untuk masalah ini? 



Terlepas dari kejadian itu; Fakta masyarakat terpolarisasi karena pemilu ini tidak bisa terbantahkan. Tantanganya adalah bisakah pemimpin terpilih nanti merekatkan kembali yang retak? Tentu ini tidak mudah. 

Bukan hanya pemimpin namun kita semua yang selama ini panas berdebat sengit hingga bahkan beberapa diantaranya sampai memutus silaturahmi, apa bisa bersatu lagi? 

Terutama yang merasa menang pilihanya; Bisakah menang tanpa harus merendahkan? Merangkul yang kalah agar bisa kembali bersatu. Begitu juga dengan yang merasa pilihanya kalah; Bisakah move one, dan menerima yang menang? 

Kembali bersatu, bersama-sama membangun negeri ini. Baik mereka yang berada dalam pemerintah ataupun yang ada di luar pemerintahan.

Bagaimanapun juga, adanya oposisi adalah keseimbangan dalam bernegara. Menjadi kontrol untuk pemerintah agar tidak melampaui batas. Itulah demokrasi. 

Sedangkan untuk kita yang ada di bawah, bagi yang menang; bisakah untuk tidak merasa jumawa karena sudah menang? Namun sama-sama kembali rukun dan bersatu. Begitu juga dengan yang merasa kalah; untuk bisa menerima kekalahan dengan berbesar hati. 



Perbedaan adalah anugrah yang semestinya kita syukuri dan terima. Bukan dijadikan perpecahan. Sudah hukum semesta, kalau tidak menang ya kalah, itu biasa. Apalagi politik, teman bisa menjadi lawan, lawan bisa menjadi teman. 

Paling tidak untuk kita rakyat, khususnya para penulis mari kita mulai berpikir realistis. Semisal Bapak Jokowidodo atau Bapak Prabowo yang jadi Presiden nanti, pembangunan infrastruktur sudah dimulai. Apa mungkin akan dihentikan? Karena sudah banyak uang rakyat yang digunakan di sana. 

Otomatis akan ada banyak proyek-proyek yang bisa menjadi peluang ladang korupsi oleh para koruptor. Minimal kita bisa mulai dari sini dengan mendukung KPK, agar kinerjanya lebih baik lagi. Apapun pilihan Anda hari ini, paling tidak kita bisa sepakat di sini. Sama-sama ikut mendorong dan mengawasi. Atau ikut serta membangun narasi-narasi anti korupsi. 

Dengan demikian, kita tidak ada yang kalah, melainkan Indonesia pemenangnya. Bagaimana menurut sahabat kaskuser? Silahkan berikan pendapatnya dikolom komentar ya. Jangan lupa, jika suka ini thread, silahkan bagikan.







Sumber foto :dokpri