astian.rachmanAvatar border
TS
astian.rachman
Asam Manis Pedas Cerita
KetikaMengabaikan Nasihat Ibu

"Jangan pergi, Dik. Kalian sebentar lagi mau nikah kan? Kalo sudah jadi suami istri juga nanti bisa ketemu setiap hari, setiap jam." Larang Ibu saat Dika tengah mengeluarkan motor matic nya dari dalam rumah.

"Sebentar aja kok, Bu. Lagian Deket ini kok perginya. Kasih cuma mau di anter  beliin baju putih buat pengajian besok malam," Dika sedikit ngeyel.



Bukan tanpa alasan dia merasa jengkel dan kesal dengan ucapan ibunya. Sudah dari dua hari yang lalu, Kasih calon istrinya merengek minta di temani membeli sebuah baju yang akan dia kenakan saat pengajuan dua hari menjelang hari pernikahan mereka. Tapi Ibu selalu saja melarang dengan alasan mereka sedang di pinggit, jadi ga boleh bertemu.

Mungkin bukan karena alasan Kasih yang mau membeli baju untuk pengajian saja yang membuat Dika bersemangat ingin segera menemui Kasih. Tapi rasa rindu yang menggebu setelah hampir sebulan ini mereka tidak pernah bertemu membuat Dika ngeyel, membantah ucapan Ibunya.

"Tapi kalian sedang di pinggit, Dika. Pamali orang lagi di pinggit kok malah ketemuan," Ibu masih keukeuh mencegah kepergian anak bungsunya itu.

"Ah, Ibu! Jaman udah modern kayak sekarang, udah jaman internet  dan canggih begini masa masih percaya takhayul jaman baheula aja sih," sanggah Dika sambil menyetater motor matic nya.

"Hush, kamu tuh suka sembarangan kalo ngomong. Ini memang adat istiadat leluhur kita. Tapi bukan cuma melarang tanpa alasan, leluhur kita itu orang-orang yang bijak, jadi pasti ada maksud nya sebuah larangan atau sebuah suruhan," ucap ibu sambil mengikuti langkah Dika yang masuk ke dalam kamarnya hendak mengambil jaket kulit berwarna coklat tua yang tergantung di balik pintu kamarnya.

"Iya ... iya ... Ibu. Tapi kasian kan Kasih. Masa calon istri minta tolong Dika tolak terus. Ga enak Bu," ujar Dika tak menghiraukan larangan ibunya dan segera melangkah menuju motornya setelah sebelumnya mencium tangan ibunya yang sepertinya tidak ikhlas melepas kepergian Dika.

"Kasih kan bisa di antar sama kakak atau kakak iparnya, Dika. Lagian Ibu yakin kok, orang tuanya Kasih juga ga bakalan ngijinin kalian ketemu. Apa sampe pergi bareng berduaan, pamali  nak." Ibunya Dika masih mencoba mencegah kepergian anak laki-laki semata wayangnya itu.

"Udah, ah Bu. Dika pergi dulu ya. Ibu jangan mikir yang engga-engga. Dika sama Kasih ga bakal ngapa-ngapain kok. Orang perginya ke butik," ujar Dika sambil tersenyum ke arah ibunya.

"Bukan itu maksud ibu, Dika. Ibu percaya sama kalian kalau soal itu, tapi .... "

"Dika pergi dulu ya, Bu. Assalamualaikum ...." Dika segera melakukan motornya pelan, tak menunggu ibunya menyelesaikan ucapannya.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh ... hhh, dasar anak jaman sekarang," keluh Ibunda Dika sambil mengelus dadanya kemudian segera masuk kembali ke dalam rumah. Dalam hati, Ibunda Dika tak henti berdoa agar anaknya baik-baik saja dan pulang dengan selamat dan melangsungkan pernikahannya yang akan berlangsung beberapa hari lagi.

Sementara itu, Dika memacu sepeda motornya dengan kecepatan lumayan tinggi. Rasa rindu pada calon istrinya dan juga pesan yang ia terima beberapa kali tadi pagi membuatnya sedikit tergesa.

Hingga Dika tiba di depan sebuah sekolah, beberapa kelompok anak  berseragam putih merah menyebrang dengan sembarangan membuat Dika yang memacu sepeda motor dengan kencang terkaget, dia mencoba menghindari kelompok anak-anak yang menyebrang itu dengan membanting arah ke sebelah kanan, tapi nahas, karena kecepatan yang tinggi dari laju sepeda motornya, Dika tak bisa mengendalikan motornya dengan baik dan malang tak dapat di hindarkan, sepeda motor Dika menabrak sebuah tiang listrik sebelum kemudian terhenti dan kembali menabrak pagar Sekolah dan menimbulkan suara berderak serta teriakan dari orang-orang yang berada di sekitarnya.

Sesaat sebelum kesadarannya hilang, wajah cemas ibundanya dan wajah Kasih, calon istrinya terbayang di mata Dika, juga terngiang kembali ucapannya yang melarang Dika agar tak pergi. Lalu semua menjadi gelap saat sebuah benturan kencang disusul rasa sakit yang bahkan tak bisa membuatnya berteriak, terasa di kepala dan tubuhnya.

Kesadarannya seketika hilang, melayang dan Dika tak ingat apa-apa.


End

Garut,07032019
Diubah oleh astian.rachman 27-04-2019 14:47
anasabila
bukhorigan
bukhorigan dan anasabila memberi reputasi
16
5.1K
143
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.