• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Feminisme: Sejarah, Perkembangannya Di Indonesia, Dan Hubungannya Dengan Islam

pog94Avatar border
TS
pog94
Feminisme: Sejarah, Perkembangannya Di Indonesia, Dan Hubungannya Dengan Islam

source: ideas.ted.com


Setelah Indonesia tanpa pacaran kini muncul Indonesia tanpa feminisme. Apa tujuan dari indonesia tanpa feminisme ini? Yang saya tangkap dari akun instagram @indonesiatanpafeminis adalah gerakan indonesia tanpa feminisme ini melawan feminisme karena tidak sesuai dengan ajaran islam dan juga budaya Indonesia.

Apakah benar feminisme tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia? Mari kita lihat dulu sedikit bagaimana sejarah feminisme, feminisme dan islam, serta feminisme di Indonesia.

Quote:


Sejarah feminisme dimulai sekitar abad ke-18, bertepatan dengan revolusi Perancis. Waktu itu, feminisme sebagai sebuah ide/teori menyebar sampai ke Amerika hingga seluruh dunia. Kemudian di tahun 1792, saat Mary Wallstonecraft menulis karya tulis berjudul "Vindication of the right of women" yang isinya dijadikan dasar-dasar prinsip feminisme di kemudian hari.

Baru pada awal abad ke-19 feminisme muncul ke permukaan sebagai sebuah gerakan di Amerika. Butuh waktu sekitar satu abad untuk melahirkan feminisme ke dunia, karena pada saat itu Amerika masih fokus untuk membangun negara yang demokratis.

Setelah mencapai kestabilan politik, barulah feminisme lahir untuk membantu kaum perempuan mendapatkan hak untuk memilih--yang diberikan pada tahun 1920.

Setelah itu feminisme hiatus sampai tahun 1950, saat itu perempuan mulai menyadari bahwa peran kaum perempuan tidak terbatas pada aktivitas sebagai ibu rumah tangga saja.

Lalu pada tahun 1960, lahirlah madzhab feminisme yang lain seperti feminisme liberal, feminisme marx, feminisme radikal, dan feminisme sosialis.

Inti dari gerakan feminisme adalah untuk membebaskan kaum perempuan dari belenggu patriarki, membantu kaum perempuan mendapatkan perannya dalam bernegara, dan diskriminasi yang mereka terima kala itu.

Quote:


Pada saat Al-Qur'an diturunkan, masyarakat arab waktu itu sedang memegang teguh budaya patriarki. Bagi masyarakat arab kala itu perempuan hampir tidak memiliki kedudukan apa-apa, useless,sampai ada praktik mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Al-Qur'an datang untuk membebaskan kaum perempuan di masyarakat arab dari budaya yang sudah melekat lama. Perlahan-lahan islam mengajarkan bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama di hadapan Allah SWT.

Islam mengajarkan baik perempuan maupun laki-laki mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjalankan peran khalifah dan hamba.

Islam juga mengajarkan bahwa perempuan mempunyai hak untuk diakui di ranah publik, seperti perempuan mempunyai hak untuk bebas mengemukakan pendapat, berdagang, mendapatkan pendidikan, bahkan sampai ikut ke medan perang.

Meski begitu, masih ada tokoh feminis muslim yang menganggap ada doktrin-doktrin agama islam yang membelenggu kebebebasan kaum perempuan. Tokoh-tokoh tersebut adalah Qasim Amin (Mesir), Fatimah Mernisi (Maroko), Nawal
el-Shadawi (Mesir), Riffat Hasan ( Pakistan), Talima Nasreen (Bangladesh), Amina Wadud
(Amerika Serikat), Zainah Anwar (Malaysia).

Quote:


Sejarah kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan dari tokoh feminis-feminis yang berjuang untuk membebaskan kaum perempuan.

Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika, dan Rasuna Said memperjuangkan emansipasi wanita melalui pendidikan. Tiga tokoh perempuan ini membebaskan perempuan yang dulu sulit untuk mendapatkan pendidikan. Mereka berjuang agar kaum perempuan tidak lagi ditindas dan dianggap lemah karena mereka percaya perempuan Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki.

Quote:



source: medium.com


Melihat sejarah feminisme, kemudian feminisme dan Islam, serta bagaimana feminisme dalam sejarah Indonesia. Saya rasa Indonesia tanpa feminisme, jika bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari paham feminisme radikal, maka kurang tepat. Mengingat feminisme sendiri jauh lebih luas daripada sekedar "perempuan tidak memerlukan laki-laki atau perempuan dapat melakukan semuanya sendirian." Feminisme dapat berjalan bersama budaya dan norma-norma yang ada di Indonesia.

Apalagi kalau tujuannya untuk membebaskan Indonesia dari feminisme karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, tentu lebih tidak masuk akal.

Sudah kita ketahui bersama bahwa budaya patriarki di Indonesia begitu mengakar di masyarakat. Feminisme di Indonesia bisa membantu kaum perempuan untuk lepas dari budaya patriarki ini, tanpa harus melepaskan ajaran-ajaran agama Islam yang sejalan dengan kondisi riil di Indonesia.

Feminisme bisa membantu perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal mencari pekerjaan, mengenyam pendidikan, berperan di dalam masyarakat.


Quote:
Diubah oleh pog94 05-04-2019 07:30
5
8.1K
82
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.