Ketika Akal Sehat Diperdaya Informasi Viral

Beranda

...

The Lounge
Ketika Akal Sehat Diperdaya Informasi Viral

Papa.T.Bob

02-04-2019 05:31

Ketika Akal Sehat Diperdaya Informasi Viral

pixels.com

Joseph Goebbels, Menteri propaganda Nazi periode 1933-1945, pernah bilang begini, "If you repeat a lie often enough people will believe it, and even you will come to believe it yourself". Jika ente menyampaikan kebohongan berulang-ulang lama-kelamaan orang akan mempercayainya, sampai-sampai ente sendiri juga ikut mempercayainya.

*****

Ada Dua Bahaya

Dari pernyataan Goebbels di awal threaddan beberapa referensi yang ane baca, ane mendapati dua persoalan, yang bisa disangkutpautkan dengan fenomena yang terjadi di era informasi saat ini.

ru.nl

Persoalan pertama adalah bila informasi hoaks dipercaya. Istilah kerennya post-truth. Persis dengan yang diucapkan Joseph Goebbels, fenomena post-truth bisa terjadi bila informasi hoaks disampaikan berulang-ulang sampai khalayak mempercayainya. When fake news gets real.

Post-truth sendiri adalah istilah yang menjadi "Word of The Year" tahun 2016 versi Oxford Dictionaries. Post-truth adalah fakta alternatif yang lebih dipercaya daripada fakta sebenarnya. Fakta subjektif yang lebih dipercaya karena dirasa lebih benar daripada fakta objektif.

Post-truth terjadi ketika perasaan dikedepankan dan logika ditinggalkan. Contoh sederhananya, bayangkan bila tahun 2018 yang lalu Ratna Sarumpaet gak ketahuan sedang ngehoaks. Dan sampai saat ini semua orang masih percaya begitu saja, bahwa dia habis "digebukin orang tak dikenal". Itulah post-truth.

*****

tenor.com

Beralih ke persoalan kedua, informasi yang tidak penting menjadi "penting". Dengan cara Joseph Goebbels, bila disampaikan berulang-ulang, informasi yang tidak layak viral pun bisa menjadi viral. Fenomena ini kita kenal sebagai "when stupid people become famous" atau "when shit got real".

Media dengan segala sumber dayanya dapat dengan sesuka hati memanipulasi suatu informasi agar menjadi viral. Dalam novelnya, yang berjudul 1984, George Orwell memperkenalkan istilah "prolefeed". Prolefeed adalah konten hiburan yang diproduksi khusus untuk menyasar kaum proletar. Tujuannya untuk menurunkan tingkat intelektualitas mereka. Sebab penguasa tirani dalam cerita Orwell menganggap bahwa semakin tinggi intelektualitas seseorang, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk membangkang pada kekuasaan.

tenor.com

Dalam 1984, Orwell menyebutkan konten "sampah" itu antara lain berita olahraga, berita kriminal, berita sensasional, ramalan bintang, film semiporno, serta lagu-lagu pop sentimental. Bahkan diceritakan bahwa dalam prolefeed ada divisi khusus yang menyediakan konten-konten porno dalam genrenya yang paling hina.

Meskipun fiksi, tapi ane merasa karangan Orwell tadi sangat dekat dengan fenomena yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari.

Sebagai pelengkap, selain prolefeed ada pula istilah "junk food news", yaitu berita sensasional dengan level setara trivia, tapi dikemas dalam bentuk jurnalisme investigasi. Jurnalisme dengan biaya produksi rendah, tapi potensi keuntungannya tinggi. Dengan varian temanya yaitu gosip, skandal seks, informasi dari bisnis entertainment (misalnya berita premiere film atau peringkat box office), berita ulang tahun/kematian figur publik, berita anniversarry, dan lain-lain. Agan pasti familiar kan dengan apa yang ane maksud.

*****

pando.com

Sirkulasi informasi yang dilakukan berulang-ulang secara masif dan terstruktur bisa membuat hal bodoh menjadi hal yang lumrah. Ane rasa kita perlu memelihara kewarasan kita, dengan meng-counter berita-berita viral yang tidak bermutu. Caranya? Konsumsi dan share-lah informasi serta hal-hal yang bermutu dan perlu saja.

*****

Sekian dari ane Bre & Sis.
Bijimana pendapat agan tentang informasi viral? silakan tulis di kolom komen emoticon-Big Grin