x.kardusbalap.xAvatar border
TS
x.kardusbalap.x
Cantik & Luka [21+]
Warning: jadilah pembaca yang cerdas, karena pembaca cerdas akan selalu mengikuti rambu-rambu yang ada. Termasuk vertifikasi batasan umur. Dengan ringan hati saya ucapkan kepada para manusia under 21, silahkan mantog dari hadapan aing emoticon-Smilie





========









=Cantik & Luka=



08.46 PM, Bogor Paramount Hotel.

“BAPAK ini gimana sih? Katanya janjian jam setengah tujuh. Saya udah nungguin hampir satu jam lebih lho, tapi bapak belum muncul-muncul juga! Niat jajan nggak sih pak? ”

Marlina mendekatkan ponselnya di dekat telinga. Ia tampak terlihat uring-uringan kepada klien yang menyewanya malam ini. Serasa gejolak emosi itu meluncur mulus, berbarengan dengan remepetan kata-kata kotor yang menghiasi mulutnya. Sang Klien mangkir dari jadwal.

“Kalo bapak mau tahu hari ini saya udah rugi banyak. Rugi waktu, rugi uang hotel, sama ongkos pulang-pergi juga pak. Lha bapak sih enak cuma bayar uang DP aja?” Marlina menghela napas kasar “Saya nggak mau tahu, bapak harus ganti rugi uang hotel dan transport sekarang juga!”

"Dasar pramuria gendeng! Kau beri bumbu-bumbu apa lubang kemaluanmu itu, sampai bisa jadi begitu mahal?" Marlina tersentak, client mencoba melawan balik "Bercinta dengan tangan jauh lebih sehat, ketimbang bercinta dengan lubang HIV!"

Tidak perlu menunggu waktu lama, untuk menyaksikan amarah gadis 21 tahun ini meledak-ledak begitu hebat. Karena pada detik itu juga, Marlina langsung menjerit, seraya mencengkram spraikasur yang ia duduki. Bunyi bep dari ponselnya, menandakan bahwa sang lawan bicara baru saja memutuskan saluran telepon secara sepihak.

Marlina spontan mengertakan gigi, lalu melelehlah cairan itu tepat di sudut matanya. Ia menangis karena terlalu dalam meredam kesal. Dinding kamar hotel hanya bisa diam membisu. Lantai tempat di mana kakinya berpijak pun perlahan mulai terasa sedikit kelu. Dan kini, senyap menghampirinya tanpa ada rasa malu. Marlina, gadis yang malang.

Namun jangan kira gadis malang ini akan tinggal diam. Bukan Marlina namanya kalau mudah sekali menyerah. Ia cepat-cepat menyusut lelehan air matanya, kemudian kembali berdiri memutar otak untuk berpikir setengah mati. Agar semua kerugian malam ini dapat segera tertutupi. Dia lekas mengambil ponsel, membuka aplikasi dating lalu tidak lupa meghidupkan fitur look around. Dan kemudian memasang status “Avail Bogor Paramount Hotel” dengan foto profil yang bisa membuat Mr.Happy semua pria berdiri setengah tiang, tersengat akan kemolekan tubuhnya.

Marlina berjalan mondar-mandir, menyibakan rok mini yang dikenakannya. Dia menggigit-gigit pelan bibir bawah, cemas, menanti penuh harap. Berdoa agar umpan yang ia pasang, dapat segera disambar oleh lelaki hidung belang. Jam dinding berputar sangat cepat. Tidak terasa sepuluh menit sudah berlalu. Satu lelaki hidung belang melahap umpan. Klien baru.

Marlina tersenyum bahagia, sangat bahagia. Namun baru saja enam-tujuh menit berlangsung senyuman itu segera luntur dari wajahnya. Karena sedari tadi client baru ini hanya bertanya-tanya tentang harga, sama sekali tidak membuat keputusan. Tanpa harus bertanya kepada Tuhan, Marlina pun tahu jika ia hanya mendapat pancingan kosong. Ikan iseng, begitulah gumam Marlina, suram.

Ia dibuat terpaksa kembali duduk pada kasur, menanti lagi dan lagi ikan yang akan datang. Entah harus bagaimana Marlina menjelaskan kepada sang pacar, jika malam ini ia rugi bandar. Marlina mencengkram kuat-kuat ponselnya, penuh cemas dan rasa takut. Ia takut kalau sang pacar marah lalu memutuskan hubungan. Ia takut jika harus patah hati. Sungguh, Marlina hanya takut terluka.

Ponsenya tiba-tiba bergetar. Satu notifikasi kembali masuk, Marlina terkesiap setelah membaca isi pesan lelaki hidung belang yang satu ini. Ternyata pesannya berasal dari orang yang masih satu lokasi dengannya, alias masih satu hotel.

“Room berapa?” tanya si klien.

“ST 900, LT 1400. No Anal, Wajib caps, Normal Sex” balasnya, sengaja mematok harga lebih tinggi dari biasanya. Tentu saja untuk menutupi beban biaya.

“Saya tanya, room berapa?”

“Oooh… tanya room ya? Room 123 sayang, emang posisi kamu lagi di mana?”

“Dekat ternyata. Saya room 321. Bisa kamu naik ke lantai sini? Saya malas keluar-keluar” klien tersebut bertanya serius “Bentar saya telepon aja deh, biar enak ngobrolnya”

Tanpa harus berpikir dua-kali, Marlina langsung menekan tombol hijau yang muncul di layar. Sepertinya klien barunya ini tidak banyak basa-basi seperti klien-kliennya yang lain.

“Halo, Assalammuikum...”

HAH? Seriously? Jangan-jangan ustad lagi?

“Halo, selamat malam, pak, gimana? Jadinya ambil Short time apa Long time?

Telepon sempat terdiam sejenak, agaknya klien ini masih berpikir. Seperti bingung akan pertanyaan yang Marlina ajukan.

“Mhmm Short tIme ! Oh iya short time aja deh! Dan tolong jangan panggil saya bapak, saya belum se-tua itu.”

Ia melipat dahi, klien tersebut ternyata memiliki kemampuan berpikir yang amat lambat. Cukup menyebalkan.

“Berarti jam 10 udah boleh keluar room, ya?”

“Hah? Hmm iya, iya boleh gimana nanti"

“Ya sudah, sebentar lagi saya ke sana, ditunggu ya say..” suaranya terdengar amat manja, Marlina senang tidak karuan. “Aku pasti bikin kamu basah. Aku janji sayang..”


-OoO-

BASAH MY ASS.

Setibanya di kamar sang klien, Marlina tidak disentuh sama sekali. Bahkan dipandang dengan tatapan mencuri-curi. Entah marlina yang kurang sexy, atau si Klien yang terlalu cupu?

“Adek umur berapa? Sendirian ya, di sini?”

Gadis itu menggaruk-garuk kepala bagian belakangnnya yang sama sekali tidak gatal. Kalian harus mengerti bagaimana terkejutnya gadis berumur 21 tahun ini. Ketika mengetahui malah seorang anak kecil, yang justru berada di balik pintu room 321.

Marlina terpaksa masuk ke dalam karena melihat ada sedikit bercak darah yang membekas pada gagang pintu. Sudah kering sempurna. Pertanda jika darah itu baru saja mengering beberapa jam yang lalu. Ia mendesak masuk ke dalam, matanya menyapu seluruh isi kamar yang sudah acak-acakan.

“Adek, kamu sama siapa ke sininya?”

Marlina menanyakan pertanyaan yang sama. Dan langsung meraih ponsel yang dipegang oleh anak kecil itu. Benar adanya, dialah yang sudah memesan dan menyuruh Marlina untuk datang ke room 321. Dasar Klien cilik.

“Mama sama papa tadi keluar, dedek ditingalin di sini. Sendirian”

Marlina mengerjap beberapa kali. Berusaha mencerna kata-kata sang klien cilik.

“Mama sama papanya keluar ke mana dek? Terus ini hape siapa?” ia mengangkat ponsel ditanganya, bertanya kepada anak kecil itu.

“Itu hape ayah. Tadi dedek habis dari toilet, eh gak taunya pas keluar udah nggak ada siapa-siapa”

Marlina mengangguk-angguk ringan. Setidaknya pertanyaan-pertanyaan yang berputar di kepalanya sudah mulai terjawab satu per satu.

“Oh iya, nama adek siapa? Kok bisa tahu nomer kakak? Sini sayang duduk dulu” Marlina menarik lembut tangan imut si klien cilik. Mengajaknya untuk duduk di soffa pojok ruangan. Tentu ia tak sanggup hati melihat anak sekecil ini ditinggal orangtuanya sendirian.

Apa benar ada penjahat masuk? Atau malah orangtuanya bertengkar?

“Hariis kak, nama aku Harris” Marlina menelan ludah saat melihat isi chatinganyang terdapat pada ponsel ayah Harris. "Nggak tau tadi pas keluar dari toilet, aplikasi itu yang udah kebuka”

Jari-jemari lentik Marlina menscroll setiap obrolan yang ada di sana. Benar-benar ayah yang jahat. Gumam Marlina merasa kasihan kepada Harris.

“Kamu sekeluarga mau liburan ke kota ini, ya?” tanya Marlina sekedar basa-basi.

Giliran Harris yang mengangguk.

Marlina tahu, jika kedua orang tuanya baru saja bertengkar hebat. Entah seperti apa kejadian aslinya, yang pasti ini semua terjadi karena ibunya Harris mengetahui rahasia sang ayah. Rahasia bahwa suaminya tukang selingkuh.

Di kepala Marlina kini sedikit ada gambaran reka adegan ulang. Seperti film yang diputar mundur. Di benaknya, mungkin kedua orang tua Harris berkelahi ketika dia masih di dalam kamar mandi. Dan begitu dia keluar, anak kecil tersebut tidak sengaja mendapati ponsel ayahnya, yang sudah berada di menu aplikasi dating.

Karena memang banyak sekali bekas orderan “kupu-kupu malam” yang tertera di situ. Maka sudah bisa dipastikan, inilah alasan kenapa ada bercak darah di pintu tadi. Pasti terjadi pertengkaran yang luar biasa dahsyat..

“Terus apa alasan Harris menghubungi kakak” Marlina mencoba tersenyum ramah, mengelus-elus rambut harris. Ia benar-benar merasa iba.

“Itu ada tulisan Avail Bogor Paramount Hotel” tangan mungil haris bergerak-gerak ke segala arah, seperti mencoba menjelaskan “Avail kan Bahasa inggris, artinya tersedia. Sedangkan Bogor Paramount Hotel itu nama hotel ini kan? Jadi kalo di satuin, ’Avail Bogor Paramount Hotel’ itu sama aja artinya dengan LAYANAN PENYEDIA HOTEl”

(TS SAY: udah deh pokonya alurnya kumaha aing )

Marlina tertawa kecil. Ia begitu gemas kepada gaya pemikiran anak kecil ini. Sampai-sampai membuatnya tergelitik geli. Pantas masih ada jeda beberapa detik ketika ia ditanyai akan mengambil paket Longtime atau Shortime, ternyata dalangnya dari sini.

“Wah Harris hebat ya! Bisa tahu kalo kakak layanan penyedia hotel. Nah kalo gitu, sekarang Harris mau minta tolong apa sama kakak?”

Pertanyaan untuk mengulur-ulur waktu, karena Marlina tahu, cepat atau lambat. Harris harus segera dititipkan ke bagian security hotel. Ini masalah yang cukup serius.

“Bantu cariin mama sama papa!” Harris berseru semangat. Marlina menepuk jidat.



-Prologue: Cantik & Luka-
Diubah oleh x.kardusbalap.x 08-04-2019 10:49
bukhorigan
nitajung
Richy211
Richy211 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
18.7K
159
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.