- Beranda
- Liga Italia
Zdenek Zeman: Kebenaran Di Balik Kultus 'Zemanlandia'
...


TS
metalique
Zdenek Zeman: Kebenaran Di Balik Kultus 'Zemanlandia'


Dalam sepak bola modern tabel liga adalah penilaian final yang tidak terhindarkan, apa yang disajikannya tidak dapat disangkal: Apakah berhasil juara atau tidak. Pertama tujuannya yaitu agar menjadi juara, terakhir hasilnya kadang berbeda atau tidak dapat diterima dan nuansa di antara dua perbedaan tadi akan bercampur dengan investasi keuangan, tradisi dan harapan untuk membentuk jawaban konklusif ditambah dengan ide-ide yang dirumuskan selama bertahun-tahun seperti analisis pertandingan, sesi pelatihan, teori dan praktik, banyak yang tersandung dan jatuh ketika dihadapkan dengan hasil akhir.
Hal ini pada gilirannya mengarah pada negativitas yang tak terhindarkan. Jika hasil sangat penting, maka hasil yang buruk harus dihindari. Dan jika hasil buruk harus dihindari maka kepraktisan pun terjadi. Hasil akhirnya adalah bahwa banyak idealis sepak bola yang paling terkenal dipenuhi dengan pragmatisme implisit yaitu kesediaan untuk menyesuaikan diri dengan hasil akhir.
Namun Zdenek Zeman tidak setuju dengan hal ini. Menurutnya “Hasil 0-0 itu membosankan, Lebih baik kalah 5-4, setidaknya hasil itu memberi kegembiraan."
Dengan sikap inilah Zeman mendapatkan predikat moniker Il Boemo atau The Bohemian. Keyakinannya pada saat itu cukup kontra dengan budaya liga italia pada awal 1990-an karena keyakinan semacam itu sangat radikal. Selama periode tersebut ia melatih klub seperti Foggia, Lazio dan Roma, dan menyebarkan ide-idenya tentang sepak bola, ide-ide yang kadang bertentangan dengan akal sehat.
Penyanyi Italia dan penggemar Roma, Antonello Venditti, merilis sebuah lagu yang didedikasikan untuk Zeman berjudul La Coscienza di Zeman pada tahun 1999. Lagu ini ditutup dengan tepat dengan pengulangan baris yang sama yaitu "Perche non cambi mai" yang artinya karena anda tidak pernah berubah. Sekian.
Hal ini pada gilirannya mengarah pada negativitas yang tak terhindarkan. Jika hasil sangat penting, maka hasil yang buruk harus dihindari. Dan jika hasil buruk harus dihindari maka kepraktisan pun terjadi. Hasil akhirnya adalah bahwa banyak idealis sepak bola yang paling terkenal dipenuhi dengan pragmatisme implisit yaitu kesediaan untuk menyesuaikan diri dengan hasil akhir.
Namun Zdenek Zeman tidak setuju dengan hal ini. Menurutnya “Hasil 0-0 itu membosankan, Lebih baik kalah 5-4, setidaknya hasil itu memberi kegembiraan."
Dengan sikap inilah Zeman mendapatkan predikat moniker Il Boemo atau The Bohemian. Keyakinannya pada saat itu cukup kontra dengan budaya liga italia pada awal 1990-an karena keyakinan semacam itu sangat radikal. Selama periode tersebut ia melatih klub seperti Foggia, Lazio dan Roma, dan menyebarkan ide-idenya tentang sepak bola, ide-ide yang kadang bertentangan dengan akal sehat.
Quote:
1.Awal Pendahuluan

Zeman tidak pernah bermain sepakbola profesional. Dilahirkan dan dibesarkan di kota Praha, ia melepaskan olahraga sepakbola pada usia 16 tahun untuk fokus pada olahraga lain seperti bola voli serta hoki yang akan mempengaruhi metode pelatihannya sebagai pelatih sepakbola di tahun-tahun berikutnya.
Pada musim panas tahun 1968 ia pindah ke Sisilia untuk menghabiskan empat bulan tinggal bersama pamannya Cestmir Vycpalek yang merupakan seorang mantan pemain sepak bola yang pernah bermain untuk klub-klub seperti Juventus, Parma dan Palermo sebelum mengalihkan profesinya ke pelatihan. Pada tanggal 20 Agustus di tahun yang sama, Pakta Warsawa menyerbu Cekoslowakia dalam upaya untuk mencegah reformasi politik pemerintahan Alexander Dubcek. Zeman memutuskan untuk tidak kembali ke negara asalnya dan sebaliknya memutuskan untuk tinggal di Sisilia. Mungkin ini satu-satunya keputusan pragmatis yang diketahui telah dibuatnya.
Vycpalek memimpin skuad Juventus untuk memperoleh dua scudetti berturut-turut pada awal tahun 1970-an dan tidak lama kemudian keponakannya mengikuti langkahnya menjadi pelatih. Zeman telah memperoleh beberapa pengalaman seperti melatih tim amatir lokal sambil menyelesaikan gelarnya di bidang kedokteran olahraga di University of Palermo. Kemudian, pada tahun 1974 ia mulai bekerja dalam sistem primavera klub Palermo.
Dia memperoleh lisensi kepelatihannya dari Coverciano pada tahun 1979 bersama dengan Arrigo Sacchi. Pada saat itu, nama Zeman dan Sacchi relatif tidak dikenal dalam sepak bola Italia tetapi bersama-sama mereka pada akhirnya akan membantu mendefinisikan kembali calcio yang sebenarnya.
Empat tahun Zeman habiskan masa baktinya di akademi Palermo sebelum akhirnya Zeman mendapat peran pelatih pertamanya dengan klub Licata. Dia segera menampilkan dua preferensi yang akan menentukan kariernya. Satu adalah keyakinan yang teguh pada pemain muda, sementara satu yang lain adalah kecenderungan untuk sepakbola menyerang yang liar. Dia berhasil membawa klub meraih gelar Serie C2 pada tahun 1985 bersama tim yang materi pemainnya dipenuhi lulusan akademi dengan berhasil mencetak 58 gol dalam 34 pertandingan.
Dia meninggalkan klub Licata pada tahun 1986 dan mengambil alih kepelatihan di klub Foggia. Dengan klub inilah Zeman akan berhasil tetapi tidak untuk pertama kalinya. Setelah kurang dari satu musim dengan Foggia ia disewa oleh Parma untuk menggantikan posisi Sacchi yang memilih bergabung bersama Milan. Sekali lagi, Zeman tidak berhasil karena dia dipecat setelah hanya tujuh pertandingan yang dimainkan. Dan setelah istirahat selama satu tahun Zeman kembali melatih bersama klub Messina di Serie B sebelum akhirnya ia kembali lagi ke klub Foggia.
Zeman tidak pernah peduli dengan konsep menghindari kekalahan. “Di Italia, manajer takut kehilangan poin di pertandingan karena itu berarti akan membuat mereka kehilangan pekerjaan." katanya dalam sebuah wawancara dengan The Blizzard pada tahun 2012.
Memang, ketakutan kehilangan pekerjaan sebagai pelatih tampaknya tidak pernah mempengaruhi tindakan Zeman, sesuatu yang dibuktikan saat bentrokan antara klub Foggia-nya dengan Milannya Fabio Capello pada tanggal 24 Mei 1992.
Saat itu adalah hari terakhir musim 1991/92 dan Milan telah dinobatkan sebagai juara Italia. Selanjutnya, selama 33 pertandingan milan tetap tak terkalahkan. Sementara itu, Zeman bersama klubnya telah berhasil bertahan selama musim pertama mereka di Serie A setelah promosi mereka di tahun sebelumnya, sebuah pencapaian prestasi yang dibangun di atas pondasi ofensif.
Saat di Serie B dengan memakai sistem 4-3-3 dilengkapi full-backs yang berpikiran menyerang, gelandang tengah yang maju ke depan dan tiga penyerang depan yang semuanya cenderung beroperasi secara terpusat, mereka berhasil memiliki skor tertinggi di Serie B musim 1990/91 dengan mencetak 67 gol.
Serangan tetap menjadi prinsip inti bagi Foggia di pentas Serie A Italia hingga peluit akhir pertandingan final atau ketika sepakbola kompetitif berakhir dan pramusim dimulai. Konsekuensi dari manifestasi terbuka idealisme Zeman ini sering kali indah, tetapi juga terkadang brutal.
Secara historis telah ada kesepakatan umum yang tak terucapkan dalam calcio, bahwa pembantaian dalam suatu pertandingan harus dibatasi. Setelah kemenangan diamankan dan tidak perlu untuk menimbulkan kerusakan lebih lanjut pada lawan. Tim yang dikalahkan akan berhasil menyelamatkan muka, sementara para pemenang memiliki keyakinan bahwa nantinya mereka akan menyimpan beberapa karma bagus yang mungkin akan kembali kepada mereka dengan cara yang baik. Aturan ini tidak berlaku pada tanggal 24 Mei 1992 di Stadio Pino Zaccheria.
Selama 45 menit hari itu, Zeman sedang bersaing dengan tim Milan asuhan Capello. Menjelang istirahat paruh waktu, mereka memimpin 2-1 berkat gol dari Giuseppe Signori dan Francesco Baiano, dua komponen penting dalam pola permainan Zeman. Perjalanan tak terkalahkan Milan tampaknya akan segera berakhir.
45 menit kedua, bagaimanapun adalah bencana bagi skuad asuhan Zeman. Sisi Zeman hancur ketika Milan secara mengejutkan berhasil mencetak tujuh gol untuk menang 8-2 di kandang Foggia. Saat itu Ruud Gullit, Marco van Basten, Marco Simone, dan Diego Fuser mencatatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak, menurut standar harusnya itu adalah hasil yang memalukan. Tapi bagi ideologi Zeman hasil itu tidaklah memalukan karena keinginannya untuk menghibur telah tersalurkan.
Pada musim itu, Foggia berada di urutan kesembilan di Serie A. Hanya Milan yang mampu mencetak lebih banyak gol dari mereka. Dan selama dua musim berikutnya, pasukan Zeman semakin mapan dan berhasil memposisikan diri mereka sebagai salah satu tim yang paling menarik untuk ditonton di Serie A. Permainan mereka merupakan gabungan antara hedonistik dan masokis layaknya ideologi Zemanlandia yang berani.
2.Pemain Muda

Tak ada banyak pelatih hari ini yang bisa meningkatkan permainan pemain muda mereka. Lalu ada beberapa pelatih yang berhasil membentuk pemain muda. Ane merasa Zeman seperti salah satu dari tipe pelatih sedikit ini. Zemanlandia tidak akan mungkin terjadi tanpa pemain muda. Protagonisnya telah dimulai sejak awal karir kepelatihannya dengan mengantarkan anak-anak asuhannya berhasil promosi ke tim utama Palermo. Dan di Foggia, seperti halnya di Licata, kegembiraan dan semangat kaum muda merupakan bagian integral dari pembentukan tim yang disesuaikan dengan kesukaan Zeman.
Dengan persona merokok dan mengabaikan praktik menang dengan cara apa pun, Zeman berhasil memperoleh aura keren di tengah-tengah rasionalisme yang kuat bahkan terkadang destruktif di Italia. Tetapi pada kenyataan dan pada dasarnya Zeman adalah seorang diktator yang berhasil memaksakan filosofinya pada yang mudah dipengaruhi.
Garis pertahanan yang kuat dan tinggi, kemauan dan kemampuan untuk berlari dan bergerak terus-menerus, penjaga gawang yang nyaman untuk keluar dari barisannya untuk menyapu bola yang longgar, para pemain harus bisa menggagalkan penyerangan lawan dan membangun penguasaan bola adalah tugas yang akan diembankan Zeman kepada timnya.
Zeman adalah seorang pemberi tugas yang sulit yang akan meminta semua pemainnya untuk mematuhi sistemnya. Sifat keras dari metode pelatihannya akan membuat anak-anak asuhannya diuji tetapi sebagai imbalannya mereka akan memperoleh kesadaran taktis serta penguasaan teknis yang baik sebagai sebuah tim dan dalam banyak kasus pada tingkat individu para anak asuhannya akan mendapati karier sepakbola mereka akan maju.
“Zeman tidak dapat berhasil jika tidak ada 'iklim mikro' di sekitarnya,” Giuseppe Sansonna, direktur film dokumenter Zemanlandia (2009) pernah berkata. Para pemain harus mengikutinya dan harus mampu menempatkan diri mereka di hadapannya baik secara taktik dan psikologis. Ini adalah alasan mengapa Zeman bekerja lebih baik dengan anak muda daripada dengan pemain terkenal. Dan hal ini banyak berhubungan dengan kesuksesan klub Foggia di awal tahun 1990-an.
Pada usia 20, Francesco Mancini dipromosikan menjadi penjaga gawang pilihan pertama setelah Zeman kembali ke klub Foggia pada tahun 1989. Di depan Mancini, ada Pasquale Padalino dan Salvatore Matrecano yang menjadi pusat pertahanan saat berusia 19 tahun. Sementara itu, trisula penyerang terdiri dari dua pemain berusia 23 tahun yaitu Signori, Baiano, dan Roberto Rambaudi yang berusia 19 tahun.
Semua pemain tadi sangat penting untuk kelangsungan hidup Foggia dan semua pemain tadi akan menempa karir sepakbola tingkat atas di tempat lain. Mancini berakhir dengan Napoli, Matrecano dengan Parma, Padalino dan Baiano dengan Fiorentina. Rambaudi dan Signori akan pindah ke Lazio. Masing-masing dari empat nama terakhir akan bermain untuk Timnas Italia.
Memberikan lebih dari sekadar energi dan kebugaran, para pemain ini datang untuk mewujudkan Zemanlandia karena penyerapan gaya mereka. Mereka menerima visi Zeman dan setelah bertahun-tahun berlatih dan bermain bersama mereka berhasil menerapkannya dan menjadi salah satu tim terhebat dalam sejarah calcio.
Pada tahun 1994 Zeman pergi ke Lazio di mana ia bertemu sekali lagi dengan Rambaudi dan Signori. Dan di musim pertamanya ia memberi lebih banyak peluang bermain kepada bek tengah remaja yang elegan dengan nama Alessandro Nesta, seorang pemain yang kemudian menjadi salah satu bek terhebat di generasinya. "Saya memperhatikan keterampilan Alessandro sejak hari pertama. Dia biasanya bermain untuk tim Primavera Lazio tetapi selalu berlatih bersama kami. Dewan direksi ingin mengirimnya dengan status pinjaman ke klub di Serie C, tetapi saya meyakinkan mereka untuk mempertahankannya.” Ungkap Zeman.
Nesta mendapat banyak manfaat dari kehadiran Zeman pada tahap formatif kariernya. Tekniknya yang halus dan kemampuan bermain bolanya tidak akan pernah dikenali oleh pelatih lain selain Zeman. Pada usia 19, Nesta menjadi pemain reguler di starting line-up Lazio.
"Setiap anak harus berharap dilatih oleh Zeman," kata Nesta pada saat pensiun. Dan kata-kata itu digaungkan, kurang lebih, oleh Francesco Totti.
Zeman secara kontroversial meninggalkan Lazio untuk bergabung dengan rival sekota yaitu Roma pada tahun 1997 di mana ia memulai hubungan penting dengan sektor penyerang. Totti telah sering menjadi starter selama tiga musim pada saat ia datang di bawah pengaruh Zeman, tetapi belum mencapai angka dua digit. Dia mencetak 14 gol di musim 1997/98, 16 gol di musim 1998/99, dan dalam prosesnya berhasil mengambil nomor 10 dan kapten klub. “Zeman adalah pelatih dan orang yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pertumbuhan profesional dan pribadi saya,” kata Totti pada tahun 2013.
3.Masa Akhir

Idealisme yang dipelihara Zeman memastikan bahwa ia hingga hari ini meraih kehormatan tertinggi sebagai pelatih saat meraih kesuksesan di Seri B bersama Foggia pada musim 1990/91, sesuatu yang kemudian ia tiru dengan Pescara lebih dari dua dekade kemudian.
Dalam kampanye perdananya dengan Lazio, Biancocelesti mencetak rata-rata lebih dari dua gol per pertandingan. Dengan kecepatan Rambaudi, tipu muslihat dan kelicikan dari Signori dan kesadaran kotak penalti dari Pierluigi Casiraghi, mereka semua adalah kekuatan penyerang yang luar biasa dalam sistem formasi 4-3-3 dengan kombinasi yang menarik untuk menandakan datangnya Zemanlandia.
Ketika mereka menang, mereka akan menang besar. Seperti saat menang 5-1 di Napoli dan Padova, menang 8-2 dari Fiorentina, Milan meninggalkan Stadion Olimpico dengan kekalahan 4-0, Juventus dikalahkan 3-0 di Turin, dan Inter dikalahkan di kandang sendiri dengan skor agregat 6-1.
Tempat kedua adalah hadiah Zeman untuk Lazio pada tahun 1995, sebelum menempati posisi ketiga dan keempat di musim '96 dan '97. Kemudian Zeman pindah ke Roma, di mana ia mengambil alih klub yang finish di urutan ke-12 sebelum kedatangannya dan berakhir ke urutan keempat dan keenam dalam dua masa jabatannya. Semua ini dilakukan tanpa mengorbankan cita-cita Zeman saat memulai awal perjalanan kepelatihannya yaitu dia tetap berkomitmen pada kaum muda dan bertekad untuk gembira.
Pencarian Zeman untuk sesuatu yang lebih besar juga berlanjut di luar lapangan. Komentarnya yang melibatkan pihak Juventus yang luar biasa digdaya pada masa itu sebagai bagian dari masalah doping yang lebih luas dalam sepak bola Italia mengarah ke persidangan panjang dan sulit yang mengakibatkan dokter klub Bianconeri Riccardo Agricola dijatuhi hukuman 22 bulan pada tanggal November 2004, sebuah keputusan yang dianulir kembali pada tahun 2007 setelah naik banding.
Pertanyaan apakah tuduhannya tadi didasarkan pada kebenaran yang pasti atau kepalsuan tidak akan dijelaskan secara detail, yang penting di sini adalah sekali lagi Zeman memilih menentang tindakan pragmatis. Zeman bisa saja melatih Milan, Inter atau Real Madrid akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya ia pergi ke Turki melatih klub Fenerbahce sebelum kembali ke Italia untuk melatih klub-klub kecil.
Sejak hari-harinya bersama Foggia ketika Zemanlandia memasuki kesadaran sepakbola Italia, ia mengabaikan konsep hierarki. Sebaliknya ia malah mengejar sebuah ide, visi sepakbola yang ia rasa benar dan yang paling dihargai, Zeman tidak pernah sekalipun mengubah arahnya.
Zeman tetap setia pada dirinya sendiri, seorang fanatik yang menawan yang berusaha untuk meninggalkan jejaknya tidak hanya pada orang-orang yang ia latih tetapi juga pada orang-orang yang menonton. Tabel liga tidak banyak berarti di hadapan estetika seorang Zeman karena gol lebih penting daripada hasil akhir. Ketika ditanya tentang cita-cita sepakbola di tahun 2012, ia berkata: "Saya ingin tim saya menghibur para penggemar dan memberi mereka tanggapan emosional yang kuat."

Zeman tidak pernah bermain sepakbola profesional. Dilahirkan dan dibesarkan di kota Praha, ia melepaskan olahraga sepakbola pada usia 16 tahun untuk fokus pada olahraga lain seperti bola voli serta hoki yang akan mempengaruhi metode pelatihannya sebagai pelatih sepakbola di tahun-tahun berikutnya.
Pada musim panas tahun 1968 ia pindah ke Sisilia untuk menghabiskan empat bulan tinggal bersama pamannya Cestmir Vycpalek yang merupakan seorang mantan pemain sepak bola yang pernah bermain untuk klub-klub seperti Juventus, Parma dan Palermo sebelum mengalihkan profesinya ke pelatihan. Pada tanggal 20 Agustus di tahun yang sama, Pakta Warsawa menyerbu Cekoslowakia dalam upaya untuk mencegah reformasi politik pemerintahan Alexander Dubcek. Zeman memutuskan untuk tidak kembali ke negara asalnya dan sebaliknya memutuskan untuk tinggal di Sisilia. Mungkin ini satu-satunya keputusan pragmatis yang diketahui telah dibuatnya.
Vycpalek memimpin skuad Juventus untuk memperoleh dua scudetti berturut-turut pada awal tahun 1970-an dan tidak lama kemudian keponakannya mengikuti langkahnya menjadi pelatih. Zeman telah memperoleh beberapa pengalaman seperti melatih tim amatir lokal sambil menyelesaikan gelarnya di bidang kedokteran olahraga di University of Palermo. Kemudian, pada tahun 1974 ia mulai bekerja dalam sistem primavera klub Palermo.
Dia memperoleh lisensi kepelatihannya dari Coverciano pada tahun 1979 bersama dengan Arrigo Sacchi. Pada saat itu, nama Zeman dan Sacchi relatif tidak dikenal dalam sepak bola Italia tetapi bersama-sama mereka pada akhirnya akan membantu mendefinisikan kembali calcio yang sebenarnya.
Empat tahun Zeman habiskan masa baktinya di akademi Palermo sebelum akhirnya Zeman mendapat peran pelatih pertamanya dengan klub Licata. Dia segera menampilkan dua preferensi yang akan menentukan kariernya. Satu adalah keyakinan yang teguh pada pemain muda, sementara satu yang lain adalah kecenderungan untuk sepakbola menyerang yang liar. Dia berhasil membawa klub meraih gelar Serie C2 pada tahun 1985 bersama tim yang materi pemainnya dipenuhi lulusan akademi dengan berhasil mencetak 58 gol dalam 34 pertandingan.
Dia meninggalkan klub Licata pada tahun 1986 dan mengambil alih kepelatihan di klub Foggia. Dengan klub inilah Zeman akan berhasil tetapi tidak untuk pertama kalinya. Setelah kurang dari satu musim dengan Foggia ia disewa oleh Parma untuk menggantikan posisi Sacchi yang memilih bergabung bersama Milan. Sekali lagi, Zeman tidak berhasil karena dia dipecat setelah hanya tujuh pertandingan yang dimainkan. Dan setelah istirahat selama satu tahun Zeman kembali melatih bersama klub Messina di Serie B sebelum akhirnya ia kembali lagi ke klub Foggia.
Zeman tidak pernah peduli dengan konsep menghindari kekalahan. “Di Italia, manajer takut kehilangan poin di pertandingan karena itu berarti akan membuat mereka kehilangan pekerjaan." katanya dalam sebuah wawancara dengan The Blizzard pada tahun 2012.
Memang, ketakutan kehilangan pekerjaan sebagai pelatih tampaknya tidak pernah mempengaruhi tindakan Zeman, sesuatu yang dibuktikan saat bentrokan antara klub Foggia-nya dengan Milannya Fabio Capello pada tanggal 24 Mei 1992.
Saat itu adalah hari terakhir musim 1991/92 dan Milan telah dinobatkan sebagai juara Italia. Selanjutnya, selama 33 pertandingan milan tetap tak terkalahkan. Sementara itu, Zeman bersama klubnya telah berhasil bertahan selama musim pertama mereka di Serie A setelah promosi mereka di tahun sebelumnya, sebuah pencapaian prestasi yang dibangun di atas pondasi ofensif.
Saat di Serie B dengan memakai sistem 4-3-3 dilengkapi full-backs yang berpikiran menyerang, gelandang tengah yang maju ke depan dan tiga penyerang depan yang semuanya cenderung beroperasi secara terpusat, mereka berhasil memiliki skor tertinggi di Serie B musim 1990/91 dengan mencetak 67 gol.
Serangan tetap menjadi prinsip inti bagi Foggia di pentas Serie A Italia hingga peluit akhir pertandingan final atau ketika sepakbola kompetitif berakhir dan pramusim dimulai. Konsekuensi dari manifestasi terbuka idealisme Zeman ini sering kali indah, tetapi juga terkadang brutal.
Secara historis telah ada kesepakatan umum yang tak terucapkan dalam calcio, bahwa pembantaian dalam suatu pertandingan harus dibatasi. Setelah kemenangan diamankan dan tidak perlu untuk menimbulkan kerusakan lebih lanjut pada lawan. Tim yang dikalahkan akan berhasil menyelamatkan muka, sementara para pemenang memiliki keyakinan bahwa nantinya mereka akan menyimpan beberapa karma bagus yang mungkin akan kembali kepada mereka dengan cara yang baik. Aturan ini tidak berlaku pada tanggal 24 Mei 1992 di Stadio Pino Zaccheria.
Selama 45 menit hari itu, Zeman sedang bersaing dengan tim Milan asuhan Capello. Menjelang istirahat paruh waktu, mereka memimpin 2-1 berkat gol dari Giuseppe Signori dan Francesco Baiano, dua komponen penting dalam pola permainan Zeman. Perjalanan tak terkalahkan Milan tampaknya akan segera berakhir.
45 menit kedua, bagaimanapun adalah bencana bagi skuad asuhan Zeman. Sisi Zeman hancur ketika Milan secara mengejutkan berhasil mencetak tujuh gol untuk menang 8-2 di kandang Foggia. Saat itu Ruud Gullit, Marco van Basten, Marco Simone, dan Diego Fuser mencatatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak, menurut standar harusnya itu adalah hasil yang memalukan. Tapi bagi ideologi Zeman hasil itu tidaklah memalukan karena keinginannya untuk menghibur telah tersalurkan.
Pada musim itu, Foggia berada di urutan kesembilan di Serie A. Hanya Milan yang mampu mencetak lebih banyak gol dari mereka. Dan selama dua musim berikutnya, pasukan Zeman semakin mapan dan berhasil memposisikan diri mereka sebagai salah satu tim yang paling menarik untuk ditonton di Serie A. Permainan mereka merupakan gabungan antara hedonistik dan masokis layaknya ideologi Zemanlandia yang berani.
2.Pemain Muda

Tak ada banyak pelatih hari ini yang bisa meningkatkan permainan pemain muda mereka. Lalu ada beberapa pelatih yang berhasil membentuk pemain muda. Ane merasa Zeman seperti salah satu dari tipe pelatih sedikit ini. Zemanlandia tidak akan mungkin terjadi tanpa pemain muda. Protagonisnya telah dimulai sejak awal karir kepelatihannya dengan mengantarkan anak-anak asuhannya berhasil promosi ke tim utama Palermo. Dan di Foggia, seperti halnya di Licata, kegembiraan dan semangat kaum muda merupakan bagian integral dari pembentukan tim yang disesuaikan dengan kesukaan Zeman.
Dengan persona merokok dan mengabaikan praktik menang dengan cara apa pun, Zeman berhasil memperoleh aura keren di tengah-tengah rasionalisme yang kuat bahkan terkadang destruktif di Italia. Tetapi pada kenyataan dan pada dasarnya Zeman adalah seorang diktator yang berhasil memaksakan filosofinya pada yang mudah dipengaruhi.
Garis pertahanan yang kuat dan tinggi, kemauan dan kemampuan untuk berlari dan bergerak terus-menerus, penjaga gawang yang nyaman untuk keluar dari barisannya untuk menyapu bola yang longgar, para pemain harus bisa menggagalkan penyerangan lawan dan membangun penguasaan bola adalah tugas yang akan diembankan Zeman kepada timnya.
Zeman adalah seorang pemberi tugas yang sulit yang akan meminta semua pemainnya untuk mematuhi sistemnya. Sifat keras dari metode pelatihannya akan membuat anak-anak asuhannya diuji tetapi sebagai imbalannya mereka akan memperoleh kesadaran taktis serta penguasaan teknis yang baik sebagai sebuah tim dan dalam banyak kasus pada tingkat individu para anak asuhannya akan mendapati karier sepakbola mereka akan maju.
“Zeman tidak dapat berhasil jika tidak ada 'iklim mikro' di sekitarnya,” Giuseppe Sansonna, direktur film dokumenter Zemanlandia (2009) pernah berkata. Para pemain harus mengikutinya dan harus mampu menempatkan diri mereka di hadapannya baik secara taktik dan psikologis. Ini adalah alasan mengapa Zeman bekerja lebih baik dengan anak muda daripada dengan pemain terkenal. Dan hal ini banyak berhubungan dengan kesuksesan klub Foggia di awal tahun 1990-an.
Pada usia 20, Francesco Mancini dipromosikan menjadi penjaga gawang pilihan pertama setelah Zeman kembali ke klub Foggia pada tahun 1989. Di depan Mancini, ada Pasquale Padalino dan Salvatore Matrecano yang menjadi pusat pertahanan saat berusia 19 tahun. Sementara itu, trisula penyerang terdiri dari dua pemain berusia 23 tahun yaitu Signori, Baiano, dan Roberto Rambaudi yang berusia 19 tahun.
Semua pemain tadi sangat penting untuk kelangsungan hidup Foggia dan semua pemain tadi akan menempa karir sepakbola tingkat atas di tempat lain. Mancini berakhir dengan Napoli, Matrecano dengan Parma, Padalino dan Baiano dengan Fiorentina. Rambaudi dan Signori akan pindah ke Lazio. Masing-masing dari empat nama terakhir akan bermain untuk Timnas Italia.
Memberikan lebih dari sekadar energi dan kebugaran, para pemain ini datang untuk mewujudkan Zemanlandia karena penyerapan gaya mereka. Mereka menerima visi Zeman dan setelah bertahun-tahun berlatih dan bermain bersama mereka berhasil menerapkannya dan menjadi salah satu tim terhebat dalam sejarah calcio.
Pada tahun 1994 Zeman pergi ke Lazio di mana ia bertemu sekali lagi dengan Rambaudi dan Signori. Dan di musim pertamanya ia memberi lebih banyak peluang bermain kepada bek tengah remaja yang elegan dengan nama Alessandro Nesta, seorang pemain yang kemudian menjadi salah satu bek terhebat di generasinya. "Saya memperhatikan keterampilan Alessandro sejak hari pertama. Dia biasanya bermain untuk tim Primavera Lazio tetapi selalu berlatih bersama kami. Dewan direksi ingin mengirimnya dengan status pinjaman ke klub di Serie C, tetapi saya meyakinkan mereka untuk mempertahankannya.” Ungkap Zeman.
Nesta mendapat banyak manfaat dari kehadiran Zeman pada tahap formatif kariernya. Tekniknya yang halus dan kemampuan bermain bolanya tidak akan pernah dikenali oleh pelatih lain selain Zeman. Pada usia 19, Nesta menjadi pemain reguler di starting line-up Lazio.
"Setiap anak harus berharap dilatih oleh Zeman," kata Nesta pada saat pensiun. Dan kata-kata itu digaungkan, kurang lebih, oleh Francesco Totti.
Zeman secara kontroversial meninggalkan Lazio untuk bergabung dengan rival sekota yaitu Roma pada tahun 1997 di mana ia memulai hubungan penting dengan sektor penyerang. Totti telah sering menjadi starter selama tiga musim pada saat ia datang di bawah pengaruh Zeman, tetapi belum mencapai angka dua digit. Dia mencetak 14 gol di musim 1997/98, 16 gol di musim 1998/99, dan dalam prosesnya berhasil mengambil nomor 10 dan kapten klub. “Zeman adalah pelatih dan orang yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pertumbuhan profesional dan pribadi saya,” kata Totti pada tahun 2013.
3.Masa Akhir

Idealisme yang dipelihara Zeman memastikan bahwa ia hingga hari ini meraih kehormatan tertinggi sebagai pelatih saat meraih kesuksesan di Seri B bersama Foggia pada musim 1990/91, sesuatu yang kemudian ia tiru dengan Pescara lebih dari dua dekade kemudian.
Dalam kampanye perdananya dengan Lazio, Biancocelesti mencetak rata-rata lebih dari dua gol per pertandingan. Dengan kecepatan Rambaudi, tipu muslihat dan kelicikan dari Signori dan kesadaran kotak penalti dari Pierluigi Casiraghi, mereka semua adalah kekuatan penyerang yang luar biasa dalam sistem formasi 4-3-3 dengan kombinasi yang menarik untuk menandakan datangnya Zemanlandia.
Ketika mereka menang, mereka akan menang besar. Seperti saat menang 5-1 di Napoli dan Padova, menang 8-2 dari Fiorentina, Milan meninggalkan Stadion Olimpico dengan kekalahan 4-0, Juventus dikalahkan 3-0 di Turin, dan Inter dikalahkan di kandang sendiri dengan skor agregat 6-1.
Tempat kedua adalah hadiah Zeman untuk Lazio pada tahun 1995, sebelum menempati posisi ketiga dan keempat di musim '96 dan '97. Kemudian Zeman pindah ke Roma, di mana ia mengambil alih klub yang finish di urutan ke-12 sebelum kedatangannya dan berakhir ke urutan keempat dan keenam dalam dua masa jabatannya. Semua ini dilakukan tanpa mengorbankan cita-cita Zeman saat memulai awal perjalanan kepelatihannya yaitu dia tetap berkomitmen pada kaum muda dan bertekad untuk gembira.
Pencarian Zeman untuk sesuatu yang lebih besar juga berlanjut di luar lapangan. Komentarnya yang melibatkan pihak Juventus yang luar biasa digdaya pada masa itu sebagai bagian dari masalah doping yang lebih luas dalam sepak bola Italia mengarah ke persidangan panjang dan sulit yang mengakibatkan dokter klub Bianconeri Riccardo Agricola dijatuhi hukuman 22 bulan pada tanggal November 2004, sebuah keputusan yang dianulir kembali pada tahun 2007 setelah naik banding.
Pertanyaan apakah tuduhannya tadi didasarkan pada kebenaran yang pasti atau kepalsuan tidak akan dijelaskan secara detail, yang penting di sini adalah sekali lagi Zeman memilih menentang tindakan pragmatis. Zeman bisa saja melatih Milan, Inter atau Real Madrid akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya ia pergi ke Turki melatih klub Fenerbahce sebelum kembali ke Italia untuk melatih klub-klub kecil.
Sejak hari-harinya bersama Foggia ketika Zemanlandia memasuki kesadaran sepakbola Italia, ia mengabaikan konsep hierarki. Sebaliknya ia malah mengejar sebuah ide, visi sepakbola yang ia rasa benar dan yang paling dihargai, Zeman tidak pernah sekalipun mengubah arahnya.
Zeman tetap setia pada dirinya sendiri, seorang fanatik yang menawan yang berusaha untuk meninggalkan jejaknya tidak hanya pada orang-orang yang ia latih tetapi juga pada orang-orang yang menonton. Tabel liga tidak banyak berarti di hadapan estetika seorang Zeman karena gol lebih penting daripada hasil akhir. Ketika ditanya tentang cita-cita sepakbola di tahun 2012, ia berkata: "Saya ingin tim saya menghibur para penggemar dan memberi mereka tanggapan emosional yang kuat."
Penyanyi Italia dan penggemar Roma, Antonello Venditti, merilis sebuah lagu yang didedikasikan untuk Zeman berjudul La Coscienza di Zeman pada tahun 1999. Lagu ini ditutup dengan tepat dengan pengulangan baris yang sama yaitu "Perche non cambi mai" yang artinya karena anda tidak pernah berubah. Sekian.
Sumber : Hasil Pemikiran TS
Referensi : Zeman. Un marziano a Roma
Courtesy Google Image
Referensi : Zeman. Un marziano a Roma
Courtesy Google Image


-- Terima Kasih --


greynimation memberi reputasi
12
13.1K
Kutip
73
Balasan


Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Liga Italia
1.5KThread•10.6KAnggota
Urutkan
Terlama


Komentar yang asik ya