Wa..Wa..Wa..Wa.. Festival Budaya Lembah Baliem 2019
TS
embeksehat212
Wa..Wa..Wa..Wa.. Festival Budaya Lembah Baliem 2019
Hello Agan dan Sista !!
Semoga selalu diberikan kesehatan dan rejeki yang melimpah setiap harinya
Sudah sekian lama ane libur mengisi dunia per-tri-an di jagad Kaskus ini, hehe. Semoga untuk tulisannya sudah tidak kaku dan bisa lancar jaya, aman sentosa.
Oke, ane mau share sedikit soal Festival Budaya Lembah Baliem 2019. Kebetulan sekali ane ikut andil di dalamnya dan ane mau share sedikit, siapa tau agan berminat untuk menghadiri salah satu festival budaya yang menggelegar di Indonesia tersebut.
2thumbup
Langsung cek TKP gan
Wamena (Lembah Baliem) merupakan ibukota Kabupaten Jayawijaya. Wamena sejak tahun 1980-an telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata baik bagi para wisatawan asing maupun domestik yang menyukai wisata panorama alam, wisata pegunungan, trekking, wisata budaya, wisata petualangan dan wisata etnik.
Festival Budaya Lembah Baliem
Festival Budaya Lembah Baliem adalah salah satu pagelaran budaya yang awalnya acara perang antara Suku Dani, Suku Lani dan Suku Yali.
Lembah Bailem ditemukan pertama kali secara tidak sengaja oleh sebuah ekspedisi ilmiah pimpinan Richard Archbold ketika tim ekspedisi yang disponsori oleh American Museum of Naturally History ini melintas dan menemukan lembah ini pada tahun 1938. Richar Archbold Ketua Tim Ekspedisi AMNH, saat melintas di udara, ia melihat lembah yang luas dari kaca jendela pesawat pada tanggal 23 Juni 1938 dan melakukan pendaratan. Lembah ini kemudian disebut “Lembah Agung”.
Spoiler for Festival Budaya Lembah Baliem Sebagai Ikon Pariwisata Papua di Mata Dunia:
Upaya Pemerintah Kabupaten Jayawijaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program pelestarian budaya dapat mendukung percepatan pembangunan karakter dan potensi daerah.
Festival Budaya Lembah Baliem yang dilaksanakan sejak tahun 1989 hingga kini masih terus dilakukan. 30 tahun usia pagelaran budaya ini tanpa disadari memberi banyak dampak positif bagi Pemerintah Daerah.
Festival tersebut kini menjadi Ikon Pariwisata Papua di mata dunia, akibatnya city branding (promosi daerah) Kabupaten Jayawijaya dengan sendirinya terbentuk sebagai destinasi tujuan wisata favorit bagi turis baik domestik maupun mancanegara.
Sebuah prestasi membanggakan yang harus tetap dilestarikan dan dikembangkan bahkan harus direspon sesuai perkembangan jaman untuk membangun karakter daerah
yang berujung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Festival Budaya Tertua di tanah Papua yang menampilkan jejak peradaban kehidupan nenek moyang Suku Hubula ini menjadi program rutin tahunan pemerintah daerah Kabupaten Jayawijaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang telah terdaftar dalam kalender event tahunan pariwisata nasional. Seni pertunjukan dan pesta budaya masyarakat Jayawijaya dari 40 distrik ini digelar setiap awal bulan Agustus selama tiga hari dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI.
Atraksi kolosal perang-perangan, taritarian tradisional (ethai) dan seni merias tubuh dengan ragam assesoris karya suku Hubula, pertunjukan alat musik tradisional (pikon dan witawo), atraksi memasak tradisional (bakar batu), permainan anak (puradan dan sikoko), lempar sege dan karapan babi adalah gelaran budaya yang selalu ditampilkan dan dilombakan setiap tahun saat Festival berlangsung.
Hingga usia Festival Budaya ke-29 tahun 2018 Agustus lalu, ragam atraksi kegiatan
tersebut masih mampu menarik banyak kunjungan wisatawan baik dari dalam
maupun luar negeri setiap tahun nya. Kegiatan ini adalah bagian dari partisipasi memajukan Industri Kreatif di bawah naungan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Subsektor Seni Pertunjukan (berbasis pariwisata dan budaya) yang perlu dipublikasikan seluas mungkin dan semerata mungkin secara konsisten dan efisien sesuai target Pemerintah Kabupaten Jayawijaya dalam mengembangkan karakter dan potensi daerah ke depan.
Yang pasti kalau agan dan sista menghadiri acara ini jangan khawatir terdapat panah nyasar, karena dijamin aman.
Festival Budaya ini juga salah satu ikon Papua dan juga daya tarik baik lokal maupun internasional. Tanpa disadari festival ini dapat mengajak wisatawan lokal maupun mancanegara untuk turut serta dalam budaya dan menikmati segala keindahan alam yang terdapat di Papua.
Oh iya, untuk festival ini akan diselenggarakan pada:
7-10 Agustus 2019
Distrik Walesi, Kabupaten Jaya Wijaya, Papua
Sebelum masuk ke Inti pembahasan, ane mau share untuk arti kata dari Wa..Wa..Wa..Wa..
Agan/Sista jangan salah untuk arti Wa-Wa-Wa-Wa itu bukan singkatan dari toko cat sebelah yang buka lebih pagi dan tutup lebih malam (ane pikir sih ini exploitasi pegawainya, siapa yang mau beli cat jam setengah 7 pagi, tukangnya aja masih ngopi hahah)
Arti Wa-Wa-Wa-Wa sendiri adalah salam khas dari warga Wamena yang artinya"Selamat Datang !" atau "Damai Sejahtera untuk Kamu". Menarik kan?
Spoiler for Bahasa:
Bahasa penghubung yang digunakan secara umum di Wilayah Pegunungan Tengah adalah bahasa Indonesia. Walaupun Kabupaten Jayawijaya sendiri memiliki bahasa daerah yang disebut Bahasa Dani.
An : Saya Nit : Kita Hat : Kamu (Tunggal) Hit : Kamu (Jamak) Nerop : Saudara Perempuan (Kata yang digunakan untuk menyatakan saudara dekat)[/justify] Nayak : Salam yang diucapkan bila bertemu seseorang tanpa bergantung waktu. (Khusus ssalam diucapkan bagi kaum pria) Laok : Salam yang diucapkan bila bertemu seseorang tanpa bergantung waktu. (Khusus ssalam diucapkan bagi kaum wanita) Nayaklah-Laoknya : Salam perjumpaan bapak/ibu sekalian Halawok : Salam jumpa (sambutan membalas pernyataan orang (1 orang) yang member salam nayaklak-laoknya khusus untuk pria) Inyalawok : Salam jumpa (sambutan membalas pernyataan orang (Jamak) yang member salam nayaklak-laoknya khusus untuk wanita) Lek : Tidak mau (pernyataan menolak) Hanom : Rokok Nait : Tidak suka Waro : Mau An nait : Saya tidak mau Wesa : Benda Suci (Keramat) An hanom lek ! : Saya tidak punya rokok! Hit Komanen Wage? : Kamu dari mana? Nit Jakarta Nen Wago : Saya dari Jakarta Hit Sah Hearik Wagep? : Kamu datang cari siapa? An Herak Nawik Wagep Halok : Saya datang untuk mengunjungi Saudara-saudara disini? Yawu Hate Lai Yomala Mumi : Saya yang menjaga tempat Wisata Mumi ini. Arat : Sudah Owan : Belum Arat a? : Sudahkah? Owan a? : Belum kah? Weak : Tidak baik (tidak bagus) Hano : Baik (Bagus)[/size]
Spoiler for Karakteristik Masyarakat Baliem:
Kepribadian orang Lembah Baliem dilihat dalam kehidupan kelompok etniknya merupakan suatu keseluruhan yang kompleks meliputi sifat karakteristik rohani, intelegensi yang pragmatis, berketerampilan sederhana, memiliki sifat batin dan mentalitas yang menyatu dengan alam lingkungannya, tata kelakuan yang bersifat simbolis berdasarkan keyakinan terhadap adat dan kebudayaannya.
Kebudayaan masyarakat di Lembah Baliem pada umumnya dapat dilihat dan dikenal dari rumah tradisional berbentuk setengah bulat untuk pria atau (honail/pilamo), rumah tidur untuk wanita (ebe ai). Halaman umum (silimo), rumah yang satu dengan rumah yang lain dalam satu lingkungan (usilimo).
Spoiler for Budaya:
a.Perang Suku Orang Lembah Baliem dulunya memiliki budaya perang suku, sebagai implikasi terhadap keseimbangan ekosistem, pengembangan diri dalam kepemimpinan pada klen atau sukunya serta membangkitkan gairah hidup orang Baliem. Salah satu symbol strategi perang yang terkenal adalah “Menara Pengintai” (kayo). Perang merupakan suatu kesempatan untuk memperbesar pengaruh seseorang, bila ia dapat menunjukkan keberaniannya atau mendemostrasikan kebolehannya dalam mengatur strategi atau membunuh musuh. b.Aksesoris Hiasan pada Tubuh Hiasan pada tubuh serta lambang aksesoris yang dipergunakan juga akan mempengaruhi penampilan dan sistem kepemimpinan jika dipandang dari kehidupan social, tokoh yang kuat, berani, cakap, terampil dan dipercayai dapat melindungi serta mengatur kehidupan dan masa depan sukunya. Terdapat aksesoris pada tubuh pria berupa perhiasan di kepala seperti mahkota dari bulu burung (berwarna merah/putih) bernama Kare-Kare, perhiasan di kepala (bulu burung Elang/Nuri/Bangau Putih)bernama Kinisi/puali, perhiasan di wajah pada hidung (taring babi) bernama Wam esi, perhiasan wajah di kening (warna putih) bernama Herabuak, perhiasan bulu ekor anjing di di lengan (kiri dan kanan) bernama Yeke esi, perhiasan di dada (semacam dasi bernama Walimo, perhiasan di punggung (bulu burung elang) bernama Sawusa, dan Busana Tradisonal Pria (penutup kemaluan pria) bernama Holim/Koteka. Juga terdapat aksesoris pada tubuh wanita berupa perhiasan di kepala seperti mahkota dari bunga (warna kuning) bernama Holusogom eken, perhiasan di leher dan dada (semacam dasi dari kulit kayu) bernama Zion/Tipar, Rok Tradisional bagi seorang gadis (belum menikah) bernama Sali, Rok Tradisional bagi seorang wanita (yang sudah menikah) bernam Yokal, Rok Tradisional terbuat dari benang noken (rok rajutan benang asli) bernama Pisak kagalek, dan Rok Tradisional berwarna kuning atau merah (lapisan atas rok) bernama Yokal Ewe/elyem. Ada pun perhiasan Tangan Pria atau Wanita yang dipegang berupa Tombak Panjang berwarna hitam (pria yang selalu membawanya) bernama Sege, Alat berburu atau alat perang berupa Busur dan anak panah (pria) bernama Sikhe, Benda seperti sulak (kemucing) berwarna putih (pria dan wanita yang pegang) bernama Tok-tok, dan Benda seperti sulak (kemucing) berwarna hitam (dari bulu kasuari) bernama Muliage.
Event Utama
Konsep inti pelaksanaan SENI PERTUNJUKAN Lembah Baliem kali ini tetap akan menampilkan atraksi budaya masyarakat Suku Hubula di Lembah Baliem Papua berupa simulasi budaya kehidupan dari nenek moyang yang ditampilkan secara teatrikal oleh masyarakat dari 40 Distrik di Kabupaten Jayawijaya.
Festival Budaya Lembah Baliem tahun 2019 akan ditandai dengan drama musikal (teatrikal kolosal) bertema JEJAK PERADABAN SUKU HUBULA SEBAGAI WARISAN DUNIAyang menceritakan kehidupan masyarakat Suku Hubula dari lahir hingga meninggal dunia yang dikemas dengan melibatkan Guru Besar bidang seni pertunjukan sebagai koreografer, yaitu Titov.
Diiringi dengan musik teaterikal yang sangat luar biasa dengan diiringi oleh 500 performer membuat festival ini sangat hidup dan menegangkan yang menceritakan kehidupan masyarakat Suku Hubula Papua.
Penduduk asli Suku Dani pada umumnya terbuka terhadap wisatawan baik asing maupun domestic, tetapi alangkah baiknya para wisatawan memperhatikan beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sehingga tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan tersebut sendiri.
Spoiler for Catatan Penting Gan:
a. Hal yang diperbolehkan
1. Hormati warga lokal (suku asli) dalam menjaga kenyamanan
2. Dianjurkan membawa rokok atau permen jika seaktu-waktu ada warga lokal yang bertemu dan bersalaman menyodorkan permintaan “sebatang rokok”. Hal ini biasa dilakukan semata-semata mereka hanya ingin merokok, bukan menagih atau meminta-minta. Bagi yang tidak merokok, kita bisa menyodorkan permen sebagai gantinya rokok.
3. Dianjurkan membawa jaket tebal, payung atau jas hujan karena suhu udara sering berubah-ubah dan curah hujan yang cukup tinggi.
4. Bawalah dokumen resmi (Paspor dan Indentitas diri) selama perjalanan (asli atau copyan)
b. Hal yang tidak diperbolehkan
1. Jangan menunjukkan sikap tidak hormat atau menertawakan masyarakat yang masih menggunakan pakaian tradisional (adat budaya) setempat.
2. Bagi wisatawan pecinta trekking, dilarang menerobos perkampungan atau halaman rumah orang yang ada tanda larangan (wesa), membakar hutan atau mengambil tanaman/hewan tanpa seijiin warga sekitarnya.
3. Bagi Agan/Sista yang ingin mengambil gambar (foto) atau berpose bersama warga masyarakat lokal yang menggunakan baju tradisional, sebaiknya dilakukan pembicaraan atau kesepakatan bersama terlebih dahulu, sebab masyarakat lokal (yang sedang menggunakan pakaian tradisional) baik di lokasi wisata atau tempat-tempat tertentu akan meminta imbalan uang.
Sebaiknya berhati-hati dengan hewan peliharaan masyarakat setempat seperti babi atau anjing, karena hewan-hewan tersebut memiliki nilai budaya dan bernilai (harga) tinggi. Jika terlindas kendaraan Agan/Sista tanpa sengaja, Agan/Sista bisa di tuntut dengan denda uang ganti rugi yang tinggi.
• Sebaiknya hindarilah jika bertemu dengan orang mabuk
• Saat trekking, sebaiknya tidak membawa uang cash dalam jumlah besar.
Sekian dulu seputar Festival Budaya Lembah Baliem 2019. Nanti ane share lagi dari informasi teknis dan non-teknis nya. Dari Transportasi & Akomodasi, Tempat Pariwisata, dan lainnya yang pastinya seru dan menarik.
Oh iya Agan/Sista bisa cek langsung informasi terkait Festival Budaya Lembah Baliem 2019 pada akun resminya dibawah ini:
Baik itu adalah sekilas mengenai Festival Budaya Lembah Baliem 2019
Semoga bisa menginspirasi dan siapa tau agan/sista tertarik untuk datang memeriahkan