Everyone 13+ ~ Mengandung kekerasan, pembunuhan dan hal mistis/magic. Mohon kebijaksanaan pembaca untuk tidak ditiru, dan jika merasa tidak nyaman tolong jangan dilanjutkan
Cerita ini ane hentikan dulu, dilanjut kapan-kapan ya.
cek fiksi ane yang ongoing di storial.co
Sepatah Kata: Penulis hanyalah orang yg hobi buat cerita, jujur penulis masih pemula dalam dunia tulis-menulis. Cerita ini buatan penulis -aisenian-, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dll, penulis mohon maaf karena itu tidak disengaja. Kritik, Saran, Pertanyaan, atau mau say hi dipersilahkan. Selamat membaca!
Beberapa chapter diwarnai
Fragmented Power
Abstrak:
Spoiler for Abstrak:
Kekuatan, 'inti' dari segala kekuatan di dunia. Sang kekuatan telah lama mati, namun ia meninggalkan warisan yang sangat berharga: fragmen dari dirinya. Sesaat sebelum ia mati, sang kekuatan membelah dirinya menjadi sepuluh bagian. Kesepuluh bagian itu mewarisi sebagian dari 'inti' sang kekuatan. Sang kekuatan telah tiada, namun kesepuluh 'anak-anak'nya masih tetap hidup. Inilah kisah dari sepuluh fragmen sang kekuatan - yang dikisahkan secara turun-temurun.
Backstory:
Spoiler for Backstory:
Pertarungan itu sangat hebat sampai-sampai tempat mereka bertarung porak-poranda. Tempat ini seharusnya adalah sebuah hutan yang lebat. Sekarang, bahkan rerumputan yang semestinya tumbuh di atas tanah pun lenyap.
Berbagai lubang bekas ledakkan menghiasi permukaan tanah yang gersang ini.
Di salah satu lubang yang dalamnya sekitar satu meter dan diameternya sekitar lima meter itu, seorang pria berambut merah berlutut lemah didepan lawannya.
Pria itulah yang bernama Power, sang kekuatan yang rumornya mampu menghancurkan sebuah kota dalam sekali serangan.
“Power, aku mengagumi kegigihanmu untuk bertahan hingga saat-saat terakhirmu.”
Lawan Poweradalah seorang pria yang mengenakan jubah hitam. Tangan kanannya menggenggam sebuah tombak setinggi tubuhnya yang berlumuran darah.
“Mungkin kau membunuhku, Sealer, tapi aku akan tetap hidup!”, gertak sang kekuatan, Power.
“Kau kira aku tak mengetahui usaha busukmu itu, Power?”, tanya si Sealer itu.
“Kau membagi dirimu menjadi sepuluh bagian—sampai-sampai kau yang sekarang melemah. Bahkan, lebih lemah dari seekor singa!”, lanjutnya.
Ucapan orang itu benar. Power, pada masa kejayaannya, berkali-kali lipat lebih kuat dari kondisi saat ini. Kalau bukan karena ia telah membagi dirinya, dia pasti sudah menang.
“Hufford, aku ini tidak akan menyuruh mereka membalasmu, tapi, aku akan menyuruh mereka untuk mengubah-mu.”, jelas Power sambil mencoba untuk berdiri.
“Mereka?”, ucap Hufford dengan nada yang membuat Power kesal. “Hmph kau lupa? Mereka itu sepersepuluh dari kekuatanmu, aku jelas akan membunuh mereka bahkan sebelum mereka bisa tumbuh.”, ancam Hufford.
Sambil memegangi luka di tubuhnya, Power yang berhasil berdiri mengatakan hal ini:
“Makanya, Hufford kawan lamaku, aku ada disini, untuk mencegah hal itu.”, jawab Power ‘singkat’.
Hufford terkejut karena Power masih bisa menggunakan kemampuannya. Sang kekuatan itu mencoba menyeretnya ke Void—sebuah ruang hampa yang sangat kosong.
Power menunjuk Hufford, namun, seolah tak terjadi apa-apa, Hufford hanya terdiam sambil mencoba memahami situasi ini.
“Sampai jumpa, kawan lama!”, ujar Power.
Void-style : Exilation
‘Serangan’ itu sisa-sisa tenaga terakhir sang kekuatan.
Saat ia-Power- sekarat dan perlahan mati, Hufford terdampar di sebuah ruang hitam kelam yang tidak terbatas—penuh dengan kekosongan.
Tadi itu adalah sebuah teleportasi.
Di Void itu, ia melihat kesepuluh fragmen dari Power, seolah sang kekuatan memang sengaja memperlihatkan mereka padanya. Fragmen demi fragmen ia perhatikan. Jumlahnya sepuluh. Mereka semua terlihat seperti simbol-simbol penuh makna, yang masing-masing mewakili satu ‘bagian inti’ dari Power.
Background Void yang tadinya berwarna hitam kelam tiba-tiba berubah menjadi keabu-abuan.
‘Ini… masa depan?’, gumam Hufford.
Dilihatnya, simbol-simbol itu perlahan tumbuh menjadi anakkecil, yang kemudian beranjak dewasa. Hufford melihat semua itu seolah itulah yang ia yakini akan terjadi di masa depan.
Salah satu dari sepuluh itu bernama Time, sang waktu.
Ia-lah yang terlihat paling tua diantara saudara-saudarinya yang lain. Di usia belianya, ia mewarisi kerajaan yang dulu milik ‘ayah’-nya. Dia mengubah nama kerajaannya menjadi namanya, Kingdom of Time. Dia mampu menggunakan waktu untuk apa saja – sesuai keinginannya – namun, tak pernah sekalipun ia berbuat kejahatan dengannya. Dia-lah yang membuat dirinya dan sembilan saudara-saudarinya ‘abadi’.
Berikutnya, seseorang yang sangat serius dalam segala hal. Dia membangun kerajaannya sendiri, setelah belajar dari Time, kakak laki-lakinya. Ia mampu menembus jarak jauh dengan waktu singkat, tapi gerakannya hanya seperti orang biasa pada umumnya. Ia berpindah menembus ruang dan waktu, menembus dimensi itu sendiri. Dialah sang penguasa dimensi, Dimen.
Selanjutnya Hufford melihat penguasa dari Void yang ditinggalinya, dan mengejutkan, nama yang ia miliki juga Void. Dia sangat dekat dengan saudara kembarnya Fate, sang nasib. Mereka memang serasi, Void yang penuh kekosongan dalam hatinya, dan Fate, seorang yang selalu optimis akan masa depan.
Dari sepuluh orang, Hufford hanya mengenali ada 3 orang perempuan - dan mereka masing-masing bernama Energy, Materia, dan Space. Energy sangat penuh dengan semangat dan energetik, sepertinya nama mereka berarti sangat dalam bagi sifat mereka juga. Space lah yang paling pintar diantara saudara-saudarinya, ia sering ditanya bila ada sesuatu yang 'aneh' dan tidak dimengerti oleh yang lain. Materia, dia sangat kuat. Sifatnya mencerminkan materi-materi yang ada di dunia, tapi ia sepertinya lebih menyukai elemen api diantara elemen lainnya.
Dua orang yang tidak menarik perhatian Hufford untuk diselidiki lebih lanjut ialah Memory dan Speed. Sepertinya dengan melihat namanya saja, Hufford sudah tahu siapa mereka itu.
Perhatiannya teralihkan oleh orang kesepuluh, sekaligus yang paling kuat diantara mereka. Orang ini dari sifatnya paling mirip dengan kawan lamanya, Power. Ia mulai teringat kenangannya dengan Power waktu mereka masih kecil. Selain wajahnya yang mirip, sifatnya dan kekuatannya juga. Hufford merasa bernostalgia melihat anak kecil itu tumbuh, namun, berbeda dengan masa kecil Power, tidak ada Hufford di masa kecil anak itu.
Sesaat, ia menyesali perbuatannya telah membunuh teman terdekatnya, Power. Tapi, nasi telah menjadi bubur sekarang. Ia memutuskan untuk membiarkan kesepuluh anaknya itu untuk hidup dengan tenang.
Diubah oleh aisenian 20-06-2019 13:03
tantarareview dan 16 lainnya memberi reputasi
17
9.4K
Kutip
78
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•41.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru