bhcAvatar border
TS
bhc
Ini Pesan Prabowo Untuk Seluruh Umat Muslim NKRI


Menjadi sebuah tanda tanya besar yang selalu menarik untuk dikupas, apabila tersemat sebuah pertanyaan "apakah Prabowo Subianto seorang muslim tulen atau hanya berkedok muslim karena memiliki kepentingan?" Jawaban dari pertanyaan tersebut akan selalu berujung abu-abu, zona yang penuh keraguan dan tidak pernah ada kepastian. 

Beda halnya dengan barisan pendukung capres 2019 ini, yang sebagian besar berasal dari kalangan Islam ultra konservatif, menganggap Prabowo Subianto sebagai sosok pemimpin yang sangat Islami dan berpihak pada kepentingan ummat. Tokoh-tokoh agama dan elite politik dibalik kubu 02 pun sepakat memberikan dukungan penuh pada Prabowo, dan mengklaim keputusan ini sebagai hasil Ijtima Ulama 2, karena semata-mata ingin membangun persepsi publik bahwa Ijtima memiliki legitimasi religius yang kuat. 

Seolah ingin menutupi borok sendiri, sentimen agama kerap menjadi amunisi utama kubu Prabowo untuk menyerang lawannya. Sejak Pilpres 2014, hingga mencapai puncaknya di Pilkada DKI Jakarta 2017, tensi politisasi agama cenderung meningkat dan terus berlanjut hingga kini memasuki Pilpres 2019. Lucunya, beragam tuduhan dan hujatan seputar isu agama yang dilontarkan kubu 02 justru banyak melekat pada capres junjungannya. Antara kurang memahami atau sengaja menutup mata pada fakta yang ada, demi bersatu untuk menghadapi musuh yang sama. 


Sebagai capres yang digadang-gadang paling Islami dan menyandang status haji, Prabowo Subianto, sudah lazimnya mengerti tata cara beragama Islam. Tetapi pada kenyataannya, Prabowo sering melakukan kesalahan-kesalahan dasar dalam beribadah. Sehingga menimbulkan sebuah kesimpulan bahwa Islamnya Prabowo adalah Islam karbitan. 


Beberapa pemberitaan seputar keislaman Prabowo berkali-kali beredar luas di media. Misalnya, sebuah kabar mengenai pengelakan Prabowo saat diminta menjadi imam shalat ketika berkunjung ke PBNU, dan justru meminta Yenny Wahid menjadi imam shalat dengan alasan ia adalah anak kiai. 

Menanggapi hal ini, di dalam video dakwah yang diunggah di akun youtube, Ustad Abdul Somad, yang akrab disebut UAS, membuat manuver politik dengan mengajak umat muslim agar memilih pemimpin yang bisa sholat. "Jadi pilihlah pemimpin yang bisa sholat. Ini kan negara demokrasi, ini kan negara Pancasila. Ini kan bukan negara Islam. Betul, salahkah orang Islam memilih pemimpin yang bisa sholat?" pungkas UAS dengan gaya khas dakwahnya. 


Beberapa waktu yang lalu, sempat beredar sebuah video di media sosial memperlihatkan kesalahan Prabowo saat mengambil air wudhu. Momen yang menuai banyak kritikan dari netizen dalam video berdurasi kurang lebih satu menit ini adalah cara wudhu Prabowo yang mendahulukan mencuci kaki kiri, baru dilanjutkan dengan kaki kanan. Berikutnya, juga ada foto yang menunjukkan kesalahan Prabowo saat duduk tahiyat akhir dalam shalat. Dalam foto itu, memang terlihat bahwa Prabowo tak bisa duduk sebagaimana jamaah lainnya. Badan Prabowo terangkat tinggi seolah menahan beban tubuhnya. 



Saat memberi sambutan pada acara Reuni 212, di Monas, Prabowo kembali menjadi sorotan publik saat membuat kesalahan pengucapan shalawat yang seharusnya berbunyi "shallallahu alaihi wa sallam," namun diucapkan "sallalla hulaihi wa sallam". 



Beberapa portal media juga mengabarkan, Prabowo sempat berulang kali menggebrak meja di hadapan para ulama saat diundang dalam sebuat rapat Dewan Penasihat PA 212, di Hotel Grand Sahid, Jakarta (20/12/18). Hal ini terjadi lantaran ada pihak yang meragukan keislaman Prabowo. Perilaku kasar, emosional dan intimidatif ini nampaknya erat dengan sosok Prabowo guna mendapatkan restu ulama yang diduga pada saat itu berada di bawah tekanan. 


Hal yang kontras juga terjadi ketika kubu Prabowo-Sandi menolak undangan Ikatan Dai Aceh untuk mengikuti tes baca Alquran tanpa alasan yang jelas dan substansial. Padahal acara yang digelar ini memiliki tujuan menyudahi maraknya politik identitas dan menghentikan hujatan kemampuan dasar beragama dari masing-masing kubu capres. 


Belum lagi Prabowo sering mengikuti seremoni kebaktian Natal di gereja-gereja yang terafiliasi dengan partai Gerindra, seperti Gereja Tiberias Indonesia. Dari video maupun foto yang banyak beredar di media sosial, terlihat Prabowo menyalakan lilin di gereja, fasih menyanyikan lagu natal, hingga berjoget penuh semangat seolah larut dalam euforia. 


Latar Belakang Keluarga Prabowo

Apakah Prabowo tidak mengerti pemahaman dasar agama Islam yang konon dianutnya? Kemungkinan besar citra Islami yang digembar-gemborkan pendukungnya cenderung seperti dipaksakan, dan dianggap bertentangan dengan jiwa sang jenderal. 



Melihat asal-usulnya, latar belakang Prabowo memang berasal dari keluarga yang mayoritas beragama Nasrani. Ia dilahirkan dari pasangan yang berbeda keyakinan, Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar. Semenjak lahir, Prabowo dan ketiga saudara kandungnya menganut agama Kristen sebagai agama warisan dari ibunya yang juga berdarah Manado-Jerman. Satu-satunya yang beragama Islam (abangan) dalam keluarga inti Prabowo hanyalah ayah kandungnya. 



Dari pendidikan tingkat dasar hingga Akmil, data yang tertulis menyatakan bahwa Prabowo Subianto beragama Kristen. Prabowo baru memeluk agama Islam saat menikah dengan Titiek Soeharto pada tahun 1983. Banyak pihak menilai pernikahan tersebut sangat kental dengan muatan politik dan memiliki banyak kepentingan. 



Jika track record Prabowo dalam konteks beragama dinilai sangat buruk dan tidak mencerminkan citra Islam yang sesunguhnya, lalu mengapa pendukungnya seolah menutup mata dan tetap memujanya bagai cinta yang buta? 



Kepemimpinan Dalam Ajaran Islam

Syarat yang paling mendasar seorang pemimpin disebut adil adalah dilihat dari keimanan dan komitmennya menjalankan perintah agama. Jika tidak beriman, tidak mungkin adil. Sebab penegakan keadilan tidak mungkin dicapai, kecuali dengan kekuasaan atau otoritas seorang pemimpin yang taat pada ajaran agamanya. 



Figur pemimpin ideal menurut perspektif Islam adalah seorang muslim yang konsisten menjalankan perintah agama (istiqamah) dan tidak berbuat dzalim. 

Sebaik-baik pemimpin ialah yang bisa menjadi teladan dan pemberi hidayah bagi rakyatnya, dan seburuk-buruk pemimpin ialah pemimpin yang menyesatkan. Dahulu dikatakan, bahwa rakyat berada di bawah agama pemimpinnya. Jika bagus agama pemimpinnya, maka bagus pulalah agama rakyatnya. Jika kacau agama pemimpinnya, maka kacau pulalah agama rakyatnya. 



Dalam hadits Tsauban Radhiyallahu "anhu dari Rasulullah Shallallahu "alaihi wa sallam, ia bersabda: 



"Sesungguhnya, yang paling aku khawatirkan atas dirimu ialah imam-imam yang menyesatkan" 

(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, ia berkata: Hadits ini hasan shahih). 


Umar Ibnul-Khaththab Radhiyallahu 'anhu juga berkata, "Seorang yang amanat tidak akan berkhianat. Hanya saja pengkhianat diberi amanat, lantas wajar saja kalau ia berkhianat." 


Sumber : https://kabarprabowo.com/berita/Ini-...uslim-NKRI.php


0
707
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.