HBS2307
TS
HBS2307
"The Power of Emak-emak" yang Disalahgunakan


Pagi ini gw ijin kepada Pak Bos jika masuk kerja agak siang. Rencananya gw mau bawa si kecil ke klinik untuk memeriksakan sesak nafasnya yang sedari semalam mengganggu tidurnya. Sebelumnya gw datengin kantor lebih pagi untuk absen finger supaya gw tetep tercatat masuk hari ini.

Sambil menunggu jam buka klinik, gw keluar cari sarapan pagi. Istri gw suruh jaga si kecil yang sakit jadi kegiatan dapur sementara diliburkan. "Jangan beli yang bersantan yah, adek lagi sakit yah" pinta istri tercinta ketika gw akan menyalakan motor. "Siap Bun, laksanakan" dengan gestur hormat kepada atasan. "Hahaha, ada-ada aja ayah ini".

Ibu negara sudah memberi perintah beli sarapan yang tidak bersantan, jadi gw putuskan membeli rawon. "Dirumah sudah ada nasi, tinggal beli kuah plus lauk jadilah sarapan pagi" gumam gw dalam hati. Tidak sampai 30 menit gw udah sampai di warung rawon yang menurut kabar yang gw dengar rasanya enak. Maklum lah gw kurang tau tempat makan enak diluar karena emang sejak kecil diajarin begitu ama orang tua. "Makan dirumah saja, jangan beli di warung. Memang kamu bisa beli, tapi alangkah baiknya kamu hargai kerja keras ibu yang sudah susah payah menyiapkan makanan. Selain itu kamu bisa berhemat". Begitulah kata-kata ibu yang masih gw ingat sampai sekarang.

Gw parkir motor di deket warung biar gampang liatnya. Masuk warung, ambil posisi antri dan kebetulan dapet antrian dibelakang ibu-ibu berkerudung. "Oh, pesan kuah rawon dan lauk, sama kayak pesenan gw nih" gumam gw melihat pesanan ibu berkerudung. Sebelum pesenan ibu berkerudung selesai dilayani, datanglah ibu-ibu tua yang ikut antri. Tanpa dosa dan dengan santainya langsung ambil posisi di depan gw. "Rawon dua bungkus pake nasi Bu" begitu yang diucapkan ibu-ibu tua itu dengan keras. "Iya Bu sebentar" jawab pemilik warung. Gw biarin aja, "maklum ibu-ibu mungkin keburu buat sarapan anaknya yang akan berangkat sekolah" begitu pikiran gw.



Kedua ibu-ibu selesai dilayani, kini giliran gw yang dilayani. "Pesan apa pak?" Tanya pemilik warung. "Pesan kuah rawon dan lauknya Bu sepuluh ribu" pinta gw. "Maaf pak, tidak bisa kalau pesan kuahnya saja" kata pemilik warung. Cuman bisa nyengir kuda gw tinggalin warung itu. "Kenapa gw tidak dilayani beli kuah dan lauk rawon saja? Padahal sebelum gw pesan ada ibu-ibu yang jelas didepan mata memesan dengan menu yang sama. Malah bawa rantang ukuran lumayan besar" dongkol gw dalam hati.

Dua kali gw dikerjain, dua kali pula emak-emak pelakunya. Apakah ini yang disebut "The Power of Emak-emak?". Emang salah gw dimana? Diserobot gw diem aja. Pesanan gw juga masih masuk akal dan sama dengan ibu-ibu berkerudung tadi. Gw beli kok g minta di warung.
Kalo bukan inget ibu gw dirumah mungkin udah gw maki mereka. Apes bener pagi ini, mana gw kudu muter agak jauh buat nyari warung sarapan lagi.

Jangan jadikan alasan "keburu" untuk mendapatkan pelayanan terlebih dahulu. Juga alangkah tidak baik jika keutamaan layanan berdasarkan gender. Ingat, ini cuman warung bukan evakuasi korban bencana. Kalo evakuasi gw sadar kudu mengutamakan perempuan dan anak-anak, lha ini beda persoalan bahkan sepele. Jika ingin dihargai orang lain, maka hargailah orang lain.


SSS (Salam Suwar-Suwir) \m/

Sumber cerita : pengalaman pribadi
Sumber gambar : sumber sumber
11
12.6K
103
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.