gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Pertelevisian Indonesia, Bagian I : Rintisan dan Monopoli Negara (1952 - 1988)



Televisi telah menjadi kebutuhan sekunder bahkan primer bagi sebagian besar masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Seperti halnya di negara-negara Asia lainnya, pertelevisian di Indonesia dipelopori oleh negara. Sejarah pertelevisian berkaitan dengan penyelenggaraan Asian Games 1962 di Jakarta. Bagaimanakah kisahnya?

Gagasan Awal

Gagasan mengenai siaran televisi di Indonesia, menurut Ade Armando dalam buku Televisi Jakarta di atas Indonesia(2011) sudah dilontarkan kepada Presiden Soekarno pada 1952 oleh Raden Maladi. Maladi berargumen bahwa televisi dapat membantu pemerintah dalam menyukseskan penyelengaraan pemilihan umum di Indonesia pada 1955. Soekarno menerima gagasan ini, namun kabinet menolak gagasan ini dengan alasan biaya.
Pada 1955, demonstrasi televisi pertama di Indonesia terjadi di Yogyakarta. Dalam acara Pekan Raja 200 Tahun Kota Jogjakarta (Pekan Raya 200 Tahun Kota Yogyakarta), sebuah unit televisi yang didatangkan dari Uni Soviet diperlihatkan kepada pengunjung pekan raya.
Asa untuk menghadirkan siaran televisi di Tanah Air kembali hidup dengan terpilihnya Indonesia sebagai negara penyelenggara Asian Games ke-4 pada tahun 1959. Maladi yang juga merupakan seorang pesepakbola dan sejak Juli 1959 telah menjabat sebagai Menteri Penerangan dalam Kabinet Kerja I dan II berhasil meyakinkan Soekarno bahwa liputan televisi Asian Games dapat membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia, yang sedang dilanda berbagai masalah seperti Konfrontasi melawan Belanda dalam usaha mengembalikan Papua ke pangkuan RI.
Pembentukan stasiun televisi pun termasuk ke dalam program kerja Asian Games. 25 Juli 1961, Maladi mengeluarkan Surat Keputusan nomor 20 / SK / M / 1961 yang membentuk Panitia Persiapan Televisi untuk mempersiapkan pembentukan stasiun televisi di Indonesia. Pembangunan kompleks TVRI di kawasan Senayan, Jakarta Pusat dikerjakan oleh PN Adhi Karya dengan dipimpin oleh Ir. Rooseno dan dibantu mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung. Tenaga ahli untuk memsupervisi pembangunan infrastruktur studio didatangkan dari Nippon Electric Company Jepang. Produksi siaran TVRI dibantu oleh NHK Jepang dan BBC London. Pembangunan ini berhasil diselesaikan dalam waktu sebelas bulan.
Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina, Austria mengirimkan teleks kepada Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi dengan jadwal sebagai berikut:
1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang).
2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter.
3. Mempersiapkan software (program dan tenaga).

Sukses Awal TVRI

TVRI melakukan siaran percobaan pada 17 Agustus 1962 dengan menyiarkan pidato presiden Soekarno menyambut perayaan 17 tahun kemerdekaan Republik Indonesia bertemakan "Tahun Kemenangan" di Istana Merdeka, Jakarta.
Hanya seminggu berselang, 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB, TVRI memulai siaran resmi perdananya yaitu acara pembukaan Asian Games ke-4 langsung dari Stadion Utama Senayan. Tanggal ini menjadi hari lahir TVRI. Siaran ini dapat ditangkap oleh pemilik pesawat televisi dalam radius 70 kilometer dari menara pemancar. Sebelumnya, 10.000 unit televisi hitam putih merek Phillips Rain telah dibagikan secara gratis kepada pejabat, tokoh masyarakat, dan pegawai negeri. Pesawat televisi inilah yang berkesempatan menampilkan siaran perdana televisi di Indonesia. Lewat layar TVRI pula, masyarakat menyaksikan atlet lari Indonesia, Mohammad Sarengat, memecahkan rekor Asia di cabang atletik untuk nomor lari 100 meter dengan catatan waktu 10,5 detik yang bertahan selama 25 tahun.

Siaran Niaga dan Ekspansi

Pasca Asian Games 1962, Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 31 tahun 1962 yang mengintegrasikan TVRI ke Yayasan Bung Karno, yang juga mengelola Kompleks Olahraga Senayan. Kemudian, diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 215 / 1963 mengenai pembentukan Yayasan TVRI yang diketuai oleh Presiden RI. Perpres ini juga menetapkan TVRI sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang membangun dan menyelenggarakan siaran televisi di Indonesia sehingga ini menjadi landasan hukum bagi monopoli TVRI hingga tahun 1988.
Pada 1963, TVRI mulai menyiarkan iklan dalam paket bertajuk "Siaran Niaga". Berbeda dengan iklan masa kini yang dipecah dalam beberapa segmen di dalam sebuah acara, iklan-iklan ini ditayangkan sebagai satu acara penuh. Perusahaan yang membuat iklan-iklan televisi rintisan di Indonesia ini adalah PT InterVista. Iklan-iklan perdana TVRI antara lain iklan Hotel Tjipajung, PT Masayu (produsen alat-alat berat dan truk), serta PT Arschoob Ramasita, yang dimiliki oleh Judith Roworuntu, sekaligus menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan InterVista.
Pada periode 1964 - 76, TVRI mendirikan stasiun daerah di berbagai ibu kota provinsi di Indonesia seperti Yogyakarta, Medan, Ujungpandang, Balikpapan, dan Palembang. Selain siaran TVRI Nasional, masyarakat di berbagai kota dapat menyaksikan siaran lokal TVRI.
Pada 1966 - 67, terjadi pergeseran kekuasaan tertinggi di Indonesia dengan Jenderal Soeharto sebagai pemimpinnya dan memulai sebuah era baru yang disebut Orde Baru. TVRI pun memiliki fungsi baru sebagai sarana penyebarluasan informasi dan kebijakan dari pemerintah pusat dan sebagai media komunikasi dua arah antara pemerintah dan rakyat. Tak heran bila pada masa Orde Baru, materi berita TVRI didominasi oleh liputan kegiatan presiden atau pejabat negara / daerah.
Pada 1974, TVRI menjadi sebuah direktorat di bawah Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film (Dirjen RTF) Departemen Penerangan Republik Indonesia. Dengan demikian, TVRI menjadi bagian dari Departemen Penerangan. Pada 1975, Menteri Penerangan, Mashuri Saleh,mengeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan siaran/KEP/Menpen/1975 yang menyatakan bahwa TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai Yayasan Televisi RI juga sebagai Direktorat Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran/birokrasi.
Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) dimulai dengan peluncuran Satelit Palapa A1 dari sebuah roket milik Amerika Serikat yang diluncurkan dari Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat, pada 8 Juli 1976 pukul 19.31 waktu timur AS (9 Juli 1976 pukul 6.31 WIB). Proyek senilai 1 miliar dolar AS ini menjadikan Indonesia negara berkembang pertama yang memiliki satelit sendiri dan menjadikan siaran TVRI dapat dijangkau hingga skala nasional. Pada 1979, TVRI memulai siaran televisi berwarna yang tentu saja hanya dapat ditangkap dengan pesawat televisi berwarna. Pada tahun 1970-an, siaran TVRI merupakan salah satu yang terbaik di Asia, di luar Jepang dan Korea Selatan.

Lenyapnya Iklan dari Layar Televisi

Presiden Soeharto yang khawatir bahwa iklan televisi akan menumbuhkan budaya konsumtif mempertimbangkan untuk menghilangkan iklan dari layar TVRI.
Pada 1 April 1981, TVRI resmi dilarang untuk menayangkan iklan. Ini memulai periode 7 tahun lenyapnya iklan dari layar televisi Indonesia dan monopoli TVRI masih berlanjut.
Karena TVRI tak bisa memperoleh pemasukan dari iklan, pemasukan diperoleh dari alokasi dana dari APBN dan iuran televisi dari masyarakat pemilik televisi. Besarnya iuran per April 1980 adalah Rp1.500 (setara Rp43.131 pada 2018 disesuaikan dengan inflasi) per bulan untuk televisi hitam putih dan Rp3.000 (setara Rp82.262 pada 2018 disesuaikan dengan inflasi) per bulan untuk televisi berwarna.
Pada masa ini, TVRI masih berjaya di masyarakat dengan berbagai program andalannya seperti Boneka Si Unyil, Ria Jenaka, Aneka Ria Safari, Selekta Pop, Berpacu dalam Melodi, dan sebagainya.
Kala itu, menonton televisi kebanyakan dilakukan secara bersama-sama karena belum semua orang memiliki pesawat televisi. Di pedesaan, acara nonton televisi umumnya dilakukan di balai desa (saat itu umumnya setiap desa mendapat seperangkat televisi dari pemerintah yang bertujuan agar pesan-pesan pemerintah yang disiarkan lewat televisi dapat sampai ke masyarakat desa) atau kediaman orang yang memiliki perangkat televisi. Untuk menyalakannya pun harus menggunakan tenaga aki karena belum semua desa di Indonesia teraliri listrik. Di perkotaan, siapapun yang memiliki televisi pastilah akan kedatangan orang yang ingin menonton, terutama anak-anak di Minggu pagi. Kalaupun tak bisa menyaksikannya di televisi, mereka dapat menyewa betamax atau VHS dari sebuah serial.
Pada masa ini, TVRI juga memproduksi drama televisi yang populer di masyarakat seperti Losmen dan Aku Cinta Indonesia. Saban hari jadinya, TVRI juga menayangkan Sepekan Sinetron TVRI yang menayangkan sinetron 1-2 episode produksi TVRI. TVRI juga menayangkan serial asing seperti CHiPs dan Oshin.


Demikian bagian pertama dari thread sejarah pertelevisian Indonesia. Bagian kedua akan menjelaskan mengenai periode kemunculan stasiun televisi swasta pada masa Orde Baru yang dimulai pada November 1988 hingga tahun 1998. Terima kasih telah membaca dan semoga hari Anda menyenangkan.


Armando, Ade. 2011. Televisi Jakarta di atas Indonesia : Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Bentang.
Kartosapoetro, Ishadi Soetopo. 2014. Media dan Kekuasaan : Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Tim NARASI. 2009. 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia : Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20. Jakarta : Penerbit NARASI.
Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi VIII
Referensi IX
Referensi X
Referensi XI
Referensi XII
Referensi XIII
Referensi XIV
Referensi XV
Referensi XVI
Referensi XVII
Referensi XVIII



Diubah oleh gilbertagung 16-08-2018 06:37
sixfloor
haidar057
haidar057 dan sixfloor memberi reputasi
2
14.1K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.