bintanghu
TS
bintanghu
Korupsi,Diberantas Atau Terbelenggu Di Dalamnya

Quote:

Korupsi,entah kenapa hal yang sangat hina ini dijadikan hobi oleh sebagian pihak.Yang namanya hobi,kalau tak dikerjakan bagaimana?kurang pas lah.
Dalam skala nasional,entah berapa triliun kerugian negara dalam satu tahun akibat orang yang punya "hobi" busuk ini.
Dalam skala dibawah tingkatan nasional,kita perlu sedikit ulas dan kita mulai dari siapa?dari kita sendiri.
Hobi korup itu dimulai dari siapa sih?dari kita,karena hal-hal kecil yang kita lakukan secara berulang-ulang sejak dini akan menjadi kebiasaan nanti di masa depan.
Quote:

Kira-kira begitu ilustrasinya,setiap hal buruk walau kecil sekalipun akan menjadi besar dan menjadi kebiasaan di masa depan,dan inilah bibit korupsi.Sebaiknya tindakan-tindakan yang akan berpotensi melahirkan bibit korupsi dihindarkan.Lalu bagaimana sih cara ampuh untuk menghindari praktek korupsi?JUJUR!,itu jawabannya.
Setelah membicarakan diri kita sendiri,saatnya kita bicarakan skala yang lebih luas,tingkat nasional.
Spoiler for ICW:


Data di atas adalah data yang dirilis oleh ICW (Indonesia Corruption Watch),di tahun lalu tercatat hampir 500-an kasus korupsi dengan total kerugian negara Rp 5,6 triliun yang dengan duit segitu negara bisa membangun ratusan kilometer jalan dengan kualitas bagus,namun sayangnya duit tersebut disalahgunakan.
Spoiler for ICW:

Di atas siapa yang bisa kita apresiasi?saya kira semua tahu siapa yang harus diapresiasi.
Harus diakui,pemerintah baik itu dari KPK,POLRI dan pihak lainnya telah melakukan hal yang sangat progresif tahun demi tahun dalam hal memberantas korupsi.
Walau pihak terkait gemar melakukan pemberantasan,ada saja yang masih korup,entah apa motivasi-nya,saya heran.Yang jelas satu hal,"kurang tegas" nya hukum.


Spoiler for ICW:

Untuk melancarkan aksinya pun mereka melakukan berbagai cara,layaknya bandar narkoba,mereka akan membuat siasat agar potensi ketahuan itu kecil.Dan yang paling marak dilakukan ya penggelembungan anggaran alias mark-up.
Entah yang itu mark-up ratusan ribu hingga milyaran,yang jelas negara telah rugi setengah triliun lebih gara-gara orang yang hobi mark-up,busuk memang.Maling uang rakyat,ya harus dikeroyok dengan pasal yang berlapis-lapis,kalau bisa mati aja dah,buat apa dia hidup untuk "menyiksa" jutaan orang.Hmmm,ini yang susah diterapkan,entah ada berapa puluh faktor yang membuat hukuman mati itu tak bisa diterapkan,entah.
Spoiler for ICW:

Dapat dilihat di gambar,seberapa rentan daerah terhadap yang namanya hobi busuk,korupsi.Dan siapa saja aktor dibaliknya.Pemimpin tertinggi daerah saja sudah beberapa ditangkap tahun lalu.Miris memang.
Jadi pertanyaannya,bagaimana menyikapi dan memberantas hobi busuk,korupsi?

Melihat berbagai data di atas memang miris gan,masalahya tiap tahun selalu ada orang yang ditangkap karena korupsi walaupun setiap tahun penanganan kasus korupsi semakin baik.Heran.
Kita mulai dari hal paling mendasar saja gan,mari perbaiki diri sendiridengan menjauhi perbuatan yang berpotensi melahirkan bibit-bibit korupsi,dengan cara berkarakter JUJUR.
Revolusi mental!
Jika fondasi-nya sudah kuat,kuat kemungkinan orang-orang seperti Senov dan Romi menghilang (nama hanya ilustrasi).
Selanjutnya,hukuman untuk koruptor harus kuat,10 tahun mah mudah,toh nanti bisa keluar-masuk,hah,sampah!.Saya tak menyalahkan pihak "penjara",namun dengan apa yang saya lihat,cukup membuat khawatir kalau praktik ini masih ada.Memiskinkan koruptor?saya rasa ada opsi yang lebih bagus,apa lagi kalau mantan koruptor dikasih jadi Caleg?haha.Hukum yang keras,harus diterapkan,hukum mati mungkin opsi yang bagus.
Di awasi dan di Audit dengan sangat ketat,
masa ia mau menerima laporan mentah,mental pengusaha sukses  pasti akan mengecek kembali.
Apa lagi di desa,itu dana desa masih yang  di mark-up sama orang sana,modus mereka cerdik dan licik,itu dilakukan oleh sebagian kecil pihak,saya tak me-generalisasikan-nya.Sebaiknya kita lakukan lagi Validasi,verifikasi,dan konfirmasi,intinya lakukan pengawasan dan audit dengan sangat ketat.Kalau gak betul,pecat!kayak Ahok BTP,perlu dicontoh.
Selanjutnya ada salah satu poin krusial,reformasi partai politik,ini juga salah satu penyebab korupsi paling besar.Partai politik yang sarat akan kepentingan.Saat kampanye,mereka menggelontorkan dana yang besar,dan sumber dana itu bervariasi,mulai dari internal partai itu sendiri hingga dari para pengusaha.
Nah,ada analogi menarik yang berkembang dalam masyarakat.
Quote:

Nah,sedikit ide,KPU bisa membuat regulasi pembatasan alat kampanye,penempatan peralatan kampanye juga diatur,serta batas dana kampanye juga dibatasi.Ini untuk menghindari kejadian seperti di atas.Mungkin bukan opsi terbaik.
Dalam internal partainya sendiri,mulailah mendroktin kader mereka untuk tidak korupsi,untuk tidak lagi menerapkan praktik politik kotor.
Dan tak lupa,lembaga independen seperti KPK harus lebih bertaji,bukan dibubarkan.

Quote:

Jadi,ayo cegah korupsi,jangan malah semakin terbelunggu di dalamnya,bagi yang terlanjur,segera lapor,setidaknya itu lebih bagus daripada kena OTT.
Korupsi itu tak benar.Ia hampir sama dengan narkoba,bukan yang melakukan saja yang kena,orang banyak pun akan kena.Kalau saya boleh berkata,korupsi lebih busuk dari narkoba,boleh tidak?
Satu lagi,saat pemilu,ketahui baik-baik latar belakang orang yang akan menjadi wakilnya nanti di kantor DPR,entah itu DPRK,DPRD,DPR-RI,DPD.Pilihlah yang berkualitas jangan sampai duit rakyat di maling sama dia.Begitu juga presiden nantinya,lihat baik-baik,lihat sendiri latar belakangnya jangan sampai salah pilih.Jangan sampai wakil rakyat dan pemimpin negara yang kita pilih itu bermental koruptor,apalagi Caleg mantan koruptor,pikir-pikir lagi deh.#2019PemiluDamai

Thank,saleum.

Sumber : Opini Pribadi
Sumber gambar dan data statistik  : 
ICW

Diubah oleh bintanghu 16-03-2019 01:29
9
4.8K
65
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.