TS
tinylady
Menstruasi Masih Tabu di India, Film Peraih Oscars Ini Penyelamatnya!
Gbr: News Nation
Obrolan antar sohib cowok
"Duh, Gan. Pacar gua lagi dapet nih, salah dikit gua dimarahin."
Dialog seorang cewek ke temennya:
"Sist, bagi pembalut boleh gak? Gua lagi tanggalnya nih."
"Aduh perut gue keram banget nih. Gini amat deh hari pertama."
Percakapan di atas biasa terdengar di telinga kita orang Indonesia. Membicarakanmenstruasi adalah hal yang biasa aja, sudah lumrah bagi kita. Cowok juga biasa aja menganggapnya. Tapi, Agan-agan percaya gak sih masih banyak lho masyarakat rural India yang masih menganggap menstruasi hal yang tabu. Tabu untuk dibicarakan. Tabu untuk mencari tahu seputar menstruasi, dan banyak bahkan perempuan India yang enggak mengerti mengapa perempuan menstruasi.
Fenomena ini diangkat dan disorot dalam sebuah film dokumenter yang tayang di Netflix berjudul "Period. End of Sentence". Film ini sontak mendapat sorotan setelah berhasil memenangkan penghargaan Oscars untuk kategori Best Documentary Short Subject. Mengambil latar belakang distrik Hapur, India, film dokumenter pendek ini membuka mata kita bahwa di daerah tersebut menstruasi masih menjadi suatu momok bagi para perempuan.
Gbr. Official Poster Period. End of Sentence di Netflix
Menstruasi tabu untuk dibicarakan. Anak-anak remaja malu mengakui bahwa mereka sudah menstruasi, atau sedang menstruasi. Masa menstruasi dianggap merepotkan aktivitas sehari-hari perempuan, mereka harus menghadapi rasa malu saat darah menstruasi mereka bocor dan mengotori pakaian. Para laki-laki akan melihatnya seakan sesuatu yang hina.
Dalam sebuah wawancara ke sekumpulan laki-laki saat ditanya apakah mereka tahu menstruasi itu apa, para laki-laki tersebut menjawab kalau menstruasi itu sebuah penyakit. Hah, yang boneng Gan! Laki-laki di India masa nganggap menstruasi itu penyakit. Lah, kan justru menstruasi tuh penting banget buat kesuburan dan kesehatan reproduksi wanita, yang memungkinkan perempuan bisa mengandung alias hamil.
Potongan gambar dari Film Period. End of Sentence. Gbr: Hollywood Reporter
Mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah tidak tersentuh pasar penjualan pembalut wanita. Pembalut bagi mereka sangat mahal dan sulit didapat. Setiap bulannya, mereka hanya menggunakan kain sebagai alas menstruasi. Bahkan limbahnya sering diam-diam dibuang ke tanah kosong, mengotori lingkungan.
Di sisi lain, budaya mereka yang masih konservatif menganggap perempuan identik dengan pekerjaan domestik rumah tangga. Menikah jadi hal yang membebani karena perempuan India setelah menikah enggak memungkinkan untuk mandiri dan bekerja. Stigma yang begitu kuat tersebut mempersulit para perempuan untuk maju.
Tetapi, di tengah-tengah masyarakat seperti itu, ada seseorang yang ingin mendobrak stigma tersebut dan hadir sebagai penolong para perempuan di sana. Pria itu bernama Arunachalam Muruganantham, penemu mesin pembuat pembalut wanita dengan harga terjangkau. Mesin tersebut membuat pembalut wanita sekali pakai, yang berisi kapas yang dipadatkan. Pembalutnya memang tidak semenarik pembalut komersil yang dijual di pasaran, tetapi kualitas serapannya tidak usah ditanya bagusnya. Dengan membuat mesin tersebut, Arunachalam mempunyai misi mulia: membuat India 100% menjadi negara pengguna pembalut.
Ia mempekerjakan para Ibu-ibu rumah tangga di desa tersebut untuk menjadi buruh pabrik pembalut rumahan. Pembalut yang dibuat oleh wanita untuk para wanita. Para Ibu-ibu pekerja ini merasa senang karena mereka jadi punya penghasilan sendiri. Apalagi suami jadi lebih menghormati mereka setelah mereka bekerja, ketimbang di rumah saja.
Lambat laun, enggak hanya perempuan yang jadi pekerja di pabrik kecil pembalut wanita ini, melainkan juga bapak-bapak di kampung India tersebut. Bahkan ada sekelompok laki-laki yang penasaran dan ingin membuat mesin pembuat pembalut serupa.
Pembalut wanita buatan lokal tersebut laku terjual di kalangan wanita, dipasarkan ke tengah masyarakat kampung itu, dijual di warung-warung. Pembalut menjadi jawaban atas keresahan dan menyingkirkan rasa malu para wanita di Hapur terhadap menstruasi.
Film dokumenter ini menyoroti bagaimana sebuah permasalahan menstruasi juga turut menjawab permasalahan stigma sosial dan budaya terhadap perempuan di India. Film 25 menit yang membuka mata dan memiliki dampak yang besar. Memang patut jadi peraih Oscars nih Gan!
Wanita di belakang layar pembuat Film Period. End of Sentence. Gbr: Teen Vogue
4
5.4K
50
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Movies
20.1KThread•21.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya