AmyGoofyAvatar border
TS
AmyGoofy
Kecewa Jokowi, Warga Kampung Akuarium Tolak 'Pembawa Pesan'


Jakarta, CNN Indonesia -- Sukarti, warga Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, masih ingat betul kejadian Minggu (24/2) sore lalu. Seorang ibu paruh baya dengan membawa seorang anak berusia sekitar 10 tahun menyambangi satu per satu pintu shelter warga.

Ibu itu datang untuk membagikan kotak bertuliskan Pembawa Pesan.

Kotak kardus itu bergambar wajah pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Di dalamnya diketahui berisi poster wajah Jokowi, stiker, kalender, alat tulis, dan buku tulis.

Namun, bingkisan itu ditolak mentah-mentah oleh warga Kampung Akuarium.

Namun menurut Sukarti, ibu tersebut tak mau menyerah. Dia berkeras agar warga menerima paket itu.

"Pokoknya setiap pintu di-masukin, di-ketokin, tapi kan pada nolak terus enggak mau. Tapi ditaruh saja, dia maksa, 'ambil aja enggak apa-apa masalah milih dari hati nurani masing-masing,' dia bilang gitu," kata Sukarti kepada CNNIndonesia.com, di depan rumahnya, Jakarta, Rabu (27/2).

"Ini cuma bingkisan doang' katanya," imbuh Sukarti.

Ibu tersebut menurut Sukarti terus ngotot meski bingkisan yang dibawanya ditolak warga.

Ibu tersebut menurut Sukarti juga diam-diam ia mengambil foto menggunakan telepon selulernya. Sukarti menduga, dokumentasi foto tersebut sebagai bukti bahwa bingkisan sudah sampai ke tangan warga.

Selain menawarkan bingkisan, si ibu yang belum diketahui namanya itu juga meminta data kependudukan warga berupa fotokopi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Alasannya, untuk pendataan warga Kampung Akuarium. Hal itu membuat penolakan makin keras dari warga.

Suasana semakin memanas, sempat terjadi adu mulut antara si ibu 'pembawa pesan' dan warga Kampung Akuarium karena si ibu terus memaksa paketnya diterima, sementara warga berkukuh menolak.

Sejumlah warga sempat merekam adegan perdebatan ibu tersebut dengan warga dan mengunggahnya ke media sosial.



Tokoh masyarakat Kampung Akuarium, Dharma Diani juga menyatakan bahwa ibu tersebut memaksa agar bingkisannya diterima warga.

"Malah teriak-teriak, 'saya kerja saya cari makan buat anak saya gini-gini,' ya sudah enggak salah cari nafkah, enggak jadi masalah. Tapi, kalau ditolak ya enggak usah maksa," tutur Diani.

Namun karena ditolak sempat terjadi perdebatan. Saat itu ibu tersebut menelpon seseorang yang diakui sebagai atasanya.

"Dia kerja disuruh orang, ada koordinator wilayahnya (korwil). Dia telepon juga sama koordinatornya bahwa Warga Akuarium menolak," kata Diani.

Kemudian dalam percakapan telepon itu Diani mendengar agar orang diajak bicara ditelepon itu meminta ibu tersebut agar melapor ke panitia pengawas pemilu di tingkat kecamatan. Ibu tersebut kemudian menyatakan akan melapor ke Panwas namun warga mengaku tak takut.

Seusai perdebatan yang berlangsung hampir setengah jam, si ibu 'pembawa pesan' itu pun memutuskan untuk pergi.



Trauma dengan Jokowi



Diani mengatakan warga Kampung Akuarium punya alasan yang kuat untuk menolak bingkisan yang disinyalir dari paslon nomor urut 01. Warga di sana, kata Diani, trauma dengan Jokowi.

Alasannya, kata Diani, warga di sana sempat mendukung mantan Wali Kota Solo itu di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 dan Pemilihan Presiden 2014 lalu.

Bahkan, kata Diani, Jokowi sempat menandatangani kontrak politik dengan warga Kampung Akuarium saat maju di Pilgub DKI Jakarta 2012. Jokowi berjanji tidak akan menggusur Kampung Akuarium jika dia terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta.

"Kami 2016 pernah tergusur. Tapi di 2012, 2014 Jokowi ada di sini, blusukan, kampanye minta dukungan, sowan ibaratnya, ke kami. Terus di sini hampir 95 persen lebih menang suaranya (Jokowi)," katanya.

"Tapi saat kami digusur Ahok (Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama), ya enggak ada kepedulian kami sudah lakukan permohonan bertemu, kami mengundang tapi juga enggak ada respons, jadi dari situ warga kecewa trauma," sambung Diani.

Diani memastikan tidak ada pihak yang mengarahkan warga Kampung Akuarium untuk menolak bingkisan bergambar paslon nomor urut 01 itu. Ia menegaskan hal itu murni pilihan warga.

"Naudzubilah, itu hak berdemokrasi enggak boleh kami juga enggak menolak kampanyenya, kami tahu ini masa kampanye dan sah saja," ujar Diani.

Sementara itu politikus PDIP Effendi Simbolon menyatakan pola pembagian bingkisan menggunakan kurir yang dibayar itu bukan berasal dari timnya. Menurutnya cara tersebut tidak akan efektif.

"Kalau ada yang menggunakan kurir seperti itu tidak dibekali dengan panggilan militansi. Ini kan panggilan perjuangan bukan karena dibayar makanya saya tidak gunakan," kata caleg PDIP di daerah pemilihan yang meliputi Jakarta Utara ini kepada CNNIndonesia.com.

Effendi mengaku memaklumi penolakan tersebut. Ia menilai wajar jika ada warga yang merasa tidak puas dengan realisasi janji kampanye.

"Itu bagian dari kenyataan di lapangan itu yang juga sayangkan antara janji dengan pemenuhan terkadang berbanding terbalik. Jadi ketika kita ingin merebut hati mereka, ketika ingin merebut simpati mereka lalu teringat janji yang terlontar, itu efek yang sangat nyata di lapangan," kata Effendi.



Menurut Effendi meski pasangan calon nomor urut 01 mengalami penolakan di Kampung Akuarium, masih ada celah bagi Jokowi-Ma'ruf dan PDIP untuk mendulang suara dari sana. Menurutnya, dirinya mengaku sempat mendatangi Kampung Akuarium dan diterima dengan baik oleh warga di sana.

"Kita harus jujur, kalau kita tidak bisa penuhi kita minta maaf. Kita upaya lagi kita yakinkan mereka sekali lagi," ujarnya.

pembawa pesan: https://www.cnnindonesia.com/nasiona...-pembawa-pesan

Bonus Video Unboxing Kotak Ajaib Jokowi:
15
6.3K
63
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.