Dulu medio 90-an akhir dan 2000-an awal, suporter di Indonesia mempunyai ciri khas Indonesia banget. Baik dari nama, yang biasanya ada unsur sejati, mania, persatuan, bersatu. Lagu-lagu, chants-nya juga asli Indonesia. Intinya gayanya mencerminkan kearifan lokal Indonesia.



Jaman berganti, perubahan itu pasti. Serbuan informasi yang masuk negeri ini, membuat suporter pun bertransformasi. Bukan hanya soal nama yang mulai terdengar asing, tapi juga gaya mendukung dan style fashion yang dikenakan. Muncul lah kelompok-kelompok suporter baru dengan wajah yang benar-benar baru. Jika boleh saya kategorikan, ada beberapa wajah suporter indonesia jaman now. Cekidot di bawah gan..



Suporter tradisional asli Indonesia. Suporter asli indonesia. Contohnya, Pasoepati, Panser Biru, Aremania, Bonek, Jakmania, Bobotoh dan masih banyak lagi. Ciri khas mereka adalah memakai baju dengan warna kebesaran klub. Pasoepati misalnya, karena Persis Solo mempunyai warna kebesaran merah, maka mereka pun akan menggunakan baju dan pernak-pernik yang berwarna merah. Chants yang dinyanyikan pun indonesia banget.



Ciri lain dari suporter ini adalah menempati tribun timur stadion. Atau, yang berseberangan dengan tribun VIP. Alasan mereka ditempatkan di tribun timur, karena jumlah suporter tradisional adalah yang terbanyak di antara komunitas suporter yang lain. Soal fanatisme, yang saya amati sih, ada yang fanatik berat. Artinya mau home-Away, tetap dukung. Ada yang fanatisme masuk akal, cuma dukung waktu home saja. Biasanya terbentur masalah finansial.



Suporter yang terpengaruh bau-bau asing, hehe. Nama mereka biasanya ke-Itali-an atau ke-inggris-an. Misalnya, Brigata Curva Sud, Holigans 1932, Curva Boys 1967 dan lain-lain. Ciri khas mereka berbaju hitam, memakai setelan rapi dan bersepatu. Sepakbola buat mereka sakral dan setara dengan aktivitas resmi. Maka jangan heran, jika atribut dan pakaian yang mereka pakai berharga mahal. Sepatu merek terkenal ori adalah kebanggan mereka, katanya sih begitu, hehe. Bagaimana dengan chants? Ada bau-bau asingnya gitu deh.




Suporter dengan bau-bau asing ini sering menempatkan diri mereka di sudut stadion, baik utara maupun selatan. Soal militansi? Jangan ditanya ya. Mereka terkenal dengan nyanyian keras selama 90 menit. Kreatifitas? Harus saya akui mereka lebih baik dari suporter-suporter tradisional. Militansi dukungan? Jangan ditanya deh. Mereka sepertinya punya budget unlimited untuk mendukung tim kesayangan mereka di manapun berlaga. Mantab



Yang terakhir, suporter tribun barat. Kalau ini suporter istimewa, hehehe. Isinya pensiunan suporter yang merasa sudah terlalu tua untuk berada di tribun timur apalagi tribun sudut. Orang-orang yang berkantong agak tebal, pengamat pertandingan, dan penikmat jalannya pertandingan. Tribun barat ini relatih kondusif ssuasananya. Paling makian dan sorak sorai yang terdengar di sini. Sisanya ya duduk manis menikmati pertandingan.

Harga tiket di tribun barat biasanya lebih mahal. Di stadion yang desainnya masih "old school" alias kuno, tribun barat adalah satu-satunya tribun yang punya atap. Jadi bebas dari panas matahari dan hujan jika kebetulan turun. Fanatisme penonton tribun barat tidak terlalu besar ya. kalau tim sedang di atas, yang nonton membludak. Kalau prestasi lagi nyungsep, ya siap-siap saja sepi nih tribun.

Well, mau nonton di mana pun, tergabung dalam kelompok suporter mana pun, yuk kita damai. Penak seduluran daripada terus-terusan saling mempunyai rival. Salam Damai supoter Indonesia.



merdeka!


Sumber Gambar : sini, sini, sini, sini
Sumber Video : sini