• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • HIV Memang Berat. Namun Berdamailah dengan Dirimu Sendiri, Itu Lebih Baik.

abrhmlcsAvatar border
TS
abrhmlcs
HIV Memang Berat. Namun Berdamailah dengan Dirimu Sendiri, Itu Lebih Baik.
Introduction

Setelah banyak pertimbangan, akhirnya saya putuskan untuk menulis disini. Sebelumnya saya minta maaf jika saya salah forum, tapi saya menulis disini berharap dapat membantu beberapa orang yang mungkin membutuhkan tulisan saya ini.

Setelah kalian membaca judul thread ini, mungkin ada sebagian dari agan-agan yang memiliki nasib yang sama dengan saya, saya HIV+. Mau itu agan sudah lama didiagnosa, baru didiagnosa, merasa terdiagnosa tapi ragu, atau bahkan hanya sekedar agan-agan HIV- yang ingin membaca cerita ini, semua boleh membaca cerita pribadi saya ini yang mungkin bisa diambil pembelajarannya bagi agan sendiri.

Untuk alasan konfidensial, saya merahasiakan identitas asli saya.


"HIV Memang Berat. Namun Berdamailah dengan Dirimu Sendiri, Itu Lebih Baik." 

Saya harap saya dapat mengatakan itu ketika pertama kali saya terdiagnosa HIV+ beberapa waktu silam, ketika satu detik yang merubah semua kehidupan saya hingga saat ini terjadi. 

Sebelumnya saya tidak pernah menyangka kalau virus yang satu ini akan menjadi bagian permanen dalam hidup saya, mungkin hingga nanti sampai saya mati. Hal yang lumrah bagi setiap manusia untuk ingin selalu hidup bahagia dan sehat, tak terkecuali saya sendiri. Saya masih muda, umur saya 24 tahun, dan layaknya manusia muda pada umumnya, pasti ingin menyusun masa depan terbaik untuk dirinya sendiri dan saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya diberikan kesempatan waktu tak lama setelah lulus kuliah, pekerjaan yang bagus, gaji yang besar diatas rata-rata orang seumuran saya, hingga saya bisa sedikit banyaknya menikmati jerih payah saya sendiri. Tak jarang teman saya kadang suka ketus dengan bagaimana saya menikmati hasil saya sendiri dengan jalan kesana-sini, beli ini itu, sesaat kehidupan saya ketika itu terasa seperti tertata rapi. Namun satu hal yang tak pernah saya sadari, jika saya memiliki virus HIV dalam tubuh saya sendiri.

Satu hal yang pasti selain dari kematian yang datang kepada setiap insan manusia, yaitu fakta bahwa saat ini HIV masih menjadi momok yang menakutkan. Karena wajar, hingga saat ini belum ada pengobatan yang benar-benar bisa menghilangkan virus cerdas ini bersembunyi dari tubuh inangnya sekali terkontaminasi. Namun syukurnya dengan perkembangan teknologi dan ilmu medis, ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dapat hidup normal seperti orang biasanya asalkan ia mengkonsumsi obat rutin seumur hidup untuk menekat perkembangan virus itu sendiri.

Singkat kata, untuk mengetahui dari mana semua ini bermula, mungkin berasal dari sisi gelap saya di masa lalu. Saya sebenarnya tahu bagaimana virus HIV dapat tertular, apakah itu melalui kontak seksual, jarum suntik yang terkontaminasi, transfusi darah terkontaminasi atau bahkan pemberian ASI dari ibu ke anak. Bahkan saya juga teredukasi kalau saya tau HIV itu nggak menular dari kontak air liur, ciuman, bertukar alat makan, keringat, bersentuhan, atau bahkan ada mitos orang bodoh bilang menghirup udara ruangan yang terkontaminasi dapat tertular, itu NOL besar. bodoh yang percaya begitu.

Jadi ketika dulu, ketika pertama kali saya tahu bagaimana nikmatnya kontak seksual, saya suka bergonta-ganti pasangan. Saya termasuk anak baik-baik, nggak pernah tawuran, nggak pernah narkoba, dll. Cuma nakal saya ya begitu, perilaku seks saya yang bisa termasuk kategori aktif. Satu hari saya datang ke rumah sakit, saya mengikuti tes HIV dan konseling mengingat perilaku seks saya yang aktif, namun pada saat itu Tuhan masih memberikan saya kesempatan untuk merubah hidup saya, hasilnya negatif atau non-reaktif, tapi saat itu saya tidak bisa sadar bahwa saya dikasih kesempatan untuk terhindar dari virus ini, hingga saya tetap melakukan prilaku beresiko itu terus menerus karena saya beranggapan saya dapat memproteksi diri, dengan penggunaan kondom dll, tapi ya gitulah, ternyata saya salah besar. Jika agan pernah mendengar pepatah lama, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan terjatuh juga, nah itu yang saya alami sendiri.

Waktu berlalu, sudah cukup lama dari tes saya yang terakhir negatif, saya tak lagi menghiraukan bahwa ada kemungkinan kalau saya bisa terjangkit kapan saja dari perilaku seksual aktif saya dari pasangan yang gonta-ganti. Akhirnya karena itu saya malas untuk tes lagi, karena masih beranggapan kalau saya akan baik-baik saja, hingga suatu ketika saya sedang liburan pertanda aneh mulai muncul di tubuh saya. 

Untuk sekedar informasi saja bagi yang belum tahu, gejala dari tertularnya HIV itu sendiri, biasanya yang tertular akan demam tinggi, pusing berat tanpa alasan, kelenjar di sekitar leher membengkak, atau bahkan cuma flu biasa, sebagai efek bahwa imun tubuh sedang melawan virus tersebut, dan biasanya setelah beberapa hari atau minggu kemudian biasanya si penderita akan kembali normal seperti biasa untuk dalam jangka waktu yang cukup lama. Padahal sang virus sedang menggerogoti sistem kekebalan dalam tubuh sedikit demi sedikit, bahkan ada orang yang bertahan tahunan tanpa menyadari kalau dia memiliki HIV hingga sampai pada saat titik AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang tubuh tidak lagi memiliki sel imun yang cukup untuk melawan bakteri yang biasanya bisa diatasi oleh orang normal. Sehingga gampang bagi penderita untuk sakit, yang akhirnya jika terlambat didiagnosa, itu yang membuat seseorang tidak dapat tertolong. 

Tapi pada kasus saya, lagi-lagi Tuhan masih sayang sama saya, karena saya tidak sadar dan tidak mau sadar atas perilaku saya yang beresiko, akhirnya Tuhan menunjukkan saya dengan sentilan yang akhirnya membuat saya kembali tersadar akan resiko yang saya alami. Ketika saya sedang berlibur, satu bisul tumbuh di kaki saya, saya biasanya bukan orang yang bisulan, tapi saya anggap itu adalah hal yang biasa karena setiap manusia mungkin punya kesempatan buat bisulan. Tapi ternyata bisul tak kunjung hilang setelah beberapa minggu, yang membuat saya mulai cemas bahwa ini mungkin pertanda serius. Saya datang ke dokter kulit, dokter kulit pun tidak menyangka awalnya bahwa ini mungkin gejala infeksi akibat sistem imun saya yang mulai rendah, akhirnya saya tetap makan antibiotik, toh katanya kalau bisulan biasa kan karena bakteri jadi dikasih antibiotik, berharap sembuh. Dokter saya mulai curiga, akhirnya disuruh tes darah, disitu saya mulai merasa cemas bahwa hasil tes darah saya tidak normal, namun karena tes darah tersebut tidak dikhususkan untuk HIV melainkan melihat jumlah glucosa, protein dll (karena anggapan dokter bisa jadi saya diabetes melitus), jadi saya tidak bisa tahu pasti saya sudah terjangkit HIV. Namun saya mulai baca informasi medis di internet, yang akhirnya saya baca infeksi yang tak kunjung sembuh dalam kurun waktu 2 minggu, ada kemungkinan disebabkan kerusakan imun tubuh, sontak saya mulai cemas dan kembali flashback atas perilaku saya yang beresiko dan bertanya "Apakah gue kena HIV kali ya?"

Butuh tekad yang besar untuk akhir mau mendatangkan diri untuk tes lagi, terlebih lagi waktu itu saya di luar negri sedang berlibur, berjuta skenario timbul dipikiran saya "Bagaimana kalau hasilnya positif? Duh mana gue jauh dari rumah", tapi akhirnya saya bulatkan tekad dan akhirnya saya tes. Beberapa hari berlalu, hasil tes saya tidak kunjung keluar secara online, akhirnya saya telpon laboratorium tempat saya tes dan mereka ingin bertemu dengan saya, disitu saya mulai berpikiran acakadut lagi "Sialan, kenapa nih gue? Kalau emang negatif ya udah sih tinggal tulis aja di akun online gue", ada perasaan bahwa saya tahu ada yang tidak beres, sepersekian persen saya tahu bahwa ini adalah pertanda positif, namun saya mencoba mendustai diri karena nggak mau percaya kalau saya sakit. Hingga akhirnya si dokter pun ngomong "We are sorry to inform this, but your result is positive". Seketika dunia saya berasa berhenti berputar, mata saya terbuka tapi semuanya hitam, blank. Yang saya pikirkan ketika itu hanya keluarga saya, bagaimana saya menjalani kehidupan saya setelah ini, dan yang paling awam saya ketahui "Gue bakalan mati muda nih".

Yang saya lakukan berhari-hari hanya menangis, terdiam, lalu kembali menangis ketika saya mengingat bagaimana semua awal perilaku beresiko itu menyebabkan semuanya hancur, karena virus ini saya akan berkesempatan dideskriminasi oleh orang banyak, produktivitas kerja saya akan terganggu, dll. Walaupun saat ini HIV bukan lah hukuman mati, jika tetap patuh pada rutinitas konsumsi obat sekali sehari, tapi tetap saja saat itu saya tidak bisa menerima. Yang saya pikirkan saat itu adalah saya sekarang berbeda dan itu semua karena perilaku saya sendiri. Itu yang selalu saya sesali setiap detik ketika saya menangis belum bisa berdamai dengan diri saya sendiri. Hancur, itu yang saya rasakan saat itu. Namun akhirnya saya terbuka kepada Ibu dan pacar saya saat itu, dan syukurnya pada saat itu mereka berdua yang meyakinkan saya bahwa semuanya akan baik-baik saja, jika saya mulai berdamai dengan diri sendiri. Kasih sayang mereka membuat saya tersadar kembali bahwa ini adalah bentuk teguran dari Tuhan karena Dia masih sayang pada saya, kenapa? Jawabannya adalah.. karena Ia menyadarkan saya sebelum saya terlambat, bayangkan kalau saya tidak tahu, dan akhirnya saya terbujur lemah di rumah sakit karena imun saya benar-benar lemah? Yang ada emang saya bakalan mati muda kalau begitu. Tapi ternyata nggak. Ketika saya bisa berdamai dengan diri saya sendiri, akhirnya saya bisa memaafkan apa yang tidak bisa diulang dan disitu saya bisa melihat bahwa ini semua harus menjadi pembelajaran baik untuk diri saya sendiri.

Memang tidak mudah berdamai dengan diri sendiri, memaafkan apa yang pernah terjadi. Butuh waktu dan proses. Tapi percayalah bagi teman-teman yang mungkin sekarang saat ini sedang membaca tulisan saya, apapun yang pernah kalian alami di masa lampau yang hingga akhirnya membuat masa kini kalian berubah, itu semua tak lain adalah hal yang tak bisa kita ubah. Cobalah untuk ikhlas, walaupun sulit. Karena menyesali sesuatu di masa lalu, tidak akan merubah masa yang akan datang. Melainkan hanya membawa sakit pada diri kalian sendiri, saya berharap saya menyadarinya jauh lebih cepat sebelum saya menulis ini semua. Karena ketika kita bisa mulai menerima apa yang tidak dapat kita ubah, disitu kita merasakan kelapangan dan mulai menjalani kehidupan yang baru. Jika kalian percaya kekuatan spiritualitas, maka dekatkan diri dengan kepercayaan kalian akan sangat membantu untuk mencapai titik ini, baik dari segi agama, walaupun hanya sekedar duduk di sofa menenangkan diri dan berpikir mungkin jika tidak seperti ini, bisa lebih buruk dari yang sekarang, daripada kalian berpikiran kalau dulu nggak begitu, mungkin sekarang nggak begini. Dan ketika kalian bisa berdamai dengan diri sendiri, disitu lah kalian bisa mulai beranjak maju dan memperbaiki diri, sehingga kegiatan preventif dapat dilakukan untuk masa yang akan datang.

Jujur hingga detik ini ketika saya menulis cerita ini, masa lalu terasa lebih baik karena saya memiliki karir yang bagus, gaji yang besar, namun seketika ketika tahu saya sakit saya putuskan untuk resign dan mengobati diri saya terlebih dahulu. Bahkan saat ini saya tidak tahu jika nanti saya akan merasakan keberuntungan yang saya alami di masa lampau atau tidak. Namun ketika saya berdamai dengan diri sendiri, akhirnya saya tahu apa yang harus saya lakukan. Bayangkan jika ini semua tidak terjadi lebih cepat, bisa jadi saja saya tetap bekerja, capek, dan akhirnya terkapar lemah di rumah sakit dengan sistem imun yang rusak dan mati lebih cepat. Walaupun sebenarnya mati sudah ada yang menentukan.

Maka dari itu, pesan saya jika kalian memiliki kisah yang pilu terlebih karena perbuatan diri kalian sendiri, maafkan lah diri kalian dan coba lah berdamai. Percayalah bahwa kalian akan merasa lebih baik dari apa yang kalian alami saat ini. Masih banyak orang yang menyanyangi kalian, kalaupun tidak, setidaknya jangan sia-siakan kesempatan yang diberikah oleh Tuhan untuk merasakan kehancuran kalian lebih awal, karena mungkin saja jika kehancuran itu datang nanti akan lebih buruk adanya. 

Dan pesan saya secara personal untuk kasus saya ini untuk agan-agan di luar sana, HIV memang bukan lagi hukuman mati, tapi tidak ada yang mau hidup seumur hidup bergantung pada obat-obatan. Proteksi diri agan semua dari perilaku yang beresiko, jika kalian suka gonta-ganti pasangan, ada baiknya sekarang berhenti, pemakaian jarum suntik tolong jangan dilakukan lagi. DAN YANG TERPENTING, jika kalian pernah melakukan kontak seksual, walaupun kalian merasa tidak beresiko, ada baiknya lakukan pengecekan sebagai pencegahan diri kalian sendiri DAN TIDAK menularkannya kepada orang yang kalian sayang. Karena mengetahui status kalian di awal akan lebih baik, karena kalaupun kalian HIV+, sistem kekebalan tubuh kalian masih kuat sehingga pemulihannya pun akan lebih mudah.

Maka dari itu saya tutup tulisan ini, apapun permasalahan kalian, Berdamailah dengan keadaan, berdamailah dengan diri sendiri, karena itu lebih baik.

Salam hangat untuk semua agan Kaskuser yang membaca cerita saya.
2
1.1K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.