londo.046Avatar border
TS
londo.046
Guru, "Digugu dan Ditiru"


Quote:


Saya mencoba melihat dari sisi Pak Guru, mengapa beliau terlihat tidak dihargaioleh muridnya. Pak Nur Khalim adalah seorang guru honorer di SMP PGRI Wringinanom. Sebagai guru honorer, beliau hanya mendapatkan gaji Rp. 450.000,- sebulan!. Bayangkan, hidup dengan penghasilan sebesar itu dalam sebulan bisa dapat apa? Mengapa saya menyorot pendapat beliau? Cekidot.



Seseorang yang mau bekerja sebagai guru dengan gaji Rp. 450.000,- per bulan itu hanya ada dua alasan. Pertama, karena beliau ingin mengabdi dan panggilan jiwa. Kedua karena terpaksa. Untuk alasan pertama, saya rasa susah terwujud jika kebutuhan ekonomi belum tercukupi. Kalau hanya sebatas mengabdi, mengapa para guru honorer ingin berebut diusulkan menjadi PNS? Jadi saya lebih sependapat dengan alasan kedua. Beliau terpaksa menjadi guru, meski dengan gaji sangat minimalis.

Namanya orang terpaksa, tidak ada alternatif pekerjaan lain, tentu beliau akan sangat berhati-hati dalam melaksanakan tugas mengajar. Saking hati-hatinya, beliau diperlakukan dengan tidak hormat oleh muridnya pun, nampak diam saja. Bisakah beliau mukul? Sangat bisa. Tapi beliau tidak melakukan itu. Mengapa?



Tahu kan kelakuan anak zaman Now?Paling pintar main drama. Jangankan kena tabok, kesenggol dikit ceritanya macam habis dihajar Brock Lesnar. Belum lagi kelakuan orang tuanya, yang langsung percaya pada anaknya. Kemudian lapor polisi, Pak Gurunya ditangkap dengan tuduhan penganiyayaan. Saya rasa, inilah yang tidak diinginkan dan dihindari oleh Pak Khalim. Beliau enggan berurusan dengan pihak yang berwajib.

Kalau sampai kepegang polisi, sudah terbayang betapa makin suramnya hidup beliau. Boleh saja beliau tidak divonis bersalah setelah fakta-fakta di persidangan, menilai beliau tidak bersalah. Tapi siapa yang bisa menjamin keberlanjutan karier beliau sebagai guru honorer? Tidak ada! Bisa saja begitu beliau dipanggil polisi untuk disidik, sudah ada honorer baru yang menggantikan beliau.



Berikutnya soal wibawa Pak Khalim yang seolah tidak ada artinya di depan sang murid. Pepatah Jawa bilang, "Ajining diri saka lathi, Ajining rogo saka busona." Jika diterjemahkan dengan bebas, maknanya. Harga diri itu dilihat dari mulut atau tutur kata dalam bicara. Sedangkan kewibawaan, nampak badan itu berdasarkan dari apa yang dikenakan.

Pertanyaannya adalah, dengan gaji Rp. 450.000,- bagaimana bisa berpakaian yang layak dan nampak berwibawa? Sampai sini, saya bisa memahami kondisi yang membuat Pak khalim akhirnya menerima perlakuan yang tidak beradab dari muridnya. Betul, faktor utama memang dari murid yang sepertinya kurang asupan protein. Namun, faktor finansial dan gaji tidak bisa dianggap sepele. Andai Pak khalim tampil gagah dan berwibawa, peluang si anak tadi untuk melakukan hal tidak beradab itu akan berkurang.



Saya kira inilah PR terbesar untuk siapapun yang akan memimpin negeri ini kelak. Kesejahteraan Guru. Guru itu instrumen penting membentuk generasi penerus bangsa ini lho. Jika kualitas gurunya abal-abal, bekerja dengan tekanan finansial, bagaimana mau mendidik dengan baik? Bagaimana mau menjadi pribadi yang bisa digugu lan ditiru atau didengarkan petuahnya dan dicontoh gerak-geriknya, jika tampilan luarnya sangat tidak meyakinkan, karena terbatasnya ekonomi.

Well, saya ada usul, bagaimana jika gaji orang-orang macam Zonk yang bisanya cuma twitteran dan nyinyir ditukar dengan gaji guru-guru honorer macam Pak Khalim ini. Bayangkan berapa puluh guru yang bisa digaji dengan layak, dalam satu bulan dengan gaji yang diterima orang ngaco malam FZ. Salam untuk semua guru. Salam Damai


Merdeka!

Sumber Referensi : sini, sini
Sumber Gambar : sini, sini, sini, sini, sini
5
3.5K
46
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.