x.kardusbalap.xAvatar border
TS
x.kardusbalap.x
Pernah Ada Cinta In Kaskus?


Spoiler for :

Prologue

Alasan konyol kenapa thread ini bisa muncul di layar hape/komputer kalian. Itu karena jauh-jauh hari, TS iseng mendatangi ajakan reunian kawan lama. Sebuah acara dadakan, dimana salah satu postingan Insta Story. Dapat didakwa sebagai penyebab, mengapa gue rela datang ke tempat yang berbau pekat rokok seperti sekarang ini.

Sebuah pertemuan singkat, yang tidak  pernah gue duga sebelumnya. Akan mengantarkan miliaran impuls saraf di kepala gue, tuk kembali menyelami kisah beliau, yang telah lama hilang tenggelam oleh waktu.

Ditemani secangkir Caffe Latte hangat. Gue lagi-lagi bertatap muka dengan Si Harris, dan satu kawan perempuan lainnya. Masih kawan lama juga, yang dulu pernah menghiasi hari-hari ceria gue, dalam menikmati penatnya bangku kuliahan.




"Bisa dimatiin, nggak?" cetus Salma, teman gue, yang beberapa saat lalu mengundang gue dan Harris untuk nongki-nongki cantik dan menghabiskan uang puluhan ribu, hanya untuk membeli secangkir kopi mewah. Kemudian duduk manis mendengarkan semua ocehan beserta rempetan-rempetan ghibah yang keluar dari mulutnya, sampai berbusa.

Dia ribut mengipas-ngipaskan sebelah tangannya, seraya membuyarkan kumpulan asap dari batang rokok, yang berhembus lembut ke arah anak laki-laki di pangkuan kecilnya.

"Eh, sori-sori" Harris berdiri lalu membuang puntung rokok tersebut, menuju tong sampah di pojok ruangan kafe "Gue lupa, anak kecil nggak boleh deket sama nikotin" katanya, dengan nada suara bersalah.

"Udah lama ya, kita nggak kumpul-kumpul bertiga?" sela gue reflek, sambil mencubit gemas pipi Si Bintang. Anak semata wayang dari Salma. "Kapan sih terakhir kali kita ketemuan?" gue bersuara lagi.

"Kalau nggak salah, pas nikahan Si Salma deh, bukanya lo juga dateng Dit.." potong Harris, langsung kembali duduk di meja kami berdua. "Eh, Sal, gimana enak nggak malam pertamanya?" lanjutnya  tiba-tiba berkata frontal seperti itu. Membuat gue hampir saja tersedak kopi 35 ribuan, yang baru seperempat cangkir gue minum ini.

"Berdarah nggak?" heran, tapi gue justru ikut-ikutan celetukan nakal si Harris.

"Gaya apa aja? Pasti pas awal-awal keluar di dalem?" Harris tersenyum simpul. Dan terus menghujani Salma dengan pertanyaan-pertanyaan sableng.

"Bapak-bapak, tolong ya bahasanya di-rem sedikit. Kasihan anak gue yang tidak berdosa ini, jangan kalian sodori dengan kata-kata ajaib gitu!.." Salma melotot ke arah kami berdua secara bergantian. Lalu sigap menutup kedua telinga anaknya. "Gue takut, kalo udah gede nanti anak gue jadi PK macam si Harris"

"Amiinnn Sal ! gue aminin lho" balas Harris, sewot.

Salma tanpa harus berpikir dua kali, langsung mengetukan punggung jari tengahnya ke arah meja "Amiit...amit ya Allah, amit... amit"

Sedikit informasi, buat kalian semua. Diantara kami bertiga Salma sudah lebih dulu menikah, meninggalkan dua sahabatnya yang lain. Yang masih paten berstatus jomblo.Usut punya usut, sekarang adalah hari ulang tahun Bintang. Dan kebetulan juga suaminya sedang sibuk dinas di luar kota.

Naluri keibuan Salma muncul seketika karena mendapati jagoan kecilnya nangis-nangis minta dibelikan mainan. Insta Story bak benang putus berderet-deret begitu panjang tadi siang. Isinya kebanyakan hanya kegiatan Salma bersama sang buah hati. Dari ribut mandi bola di Mall (kidzoon), sampai heboh menenteng satu kantong belanjaan penuh mainan robot-robotan.

"Gara-gara babehnya dinas diuar kota. Gue jadi sendirian deh, nyariin kado ulangtahun buat dia" keluh Salma.

"Mana Bintang jago banget malak emaknya, lagi" potong gue tertawa. "Ya, kan, Sal?"

"Iya Dit, bener. Dompet keuangan negara bisa jebol, kalau tiap hari dia ulang tahun" ceriwisnya, sambil memberikan satu huapan kue brownies ke arah mulut juniornya itu. "Gila, kalian tahu nggak? Badan gue rasanya remuk semua, ditarik-tarik sama nih bocah, muter-muter di toko mainan"

Sekilas mata gue melirik ke arah tumpukan belanjaan Salma. Dan benar sekali saudara-saudara, banyak mainan robot lego di sana.

"Gue minta dikit" tangan Harris menjulur lalu mengambil satu potongan kecil pada mangkuk brownies di hadapannya.

"Belii sendiri ih ! ini punya anak gue !" larang Salma.

"IYA-IYA NANTI AKU GANTI UANG-NYA"

Topik obrolan segera berganti ke arah hal yang lebih aman untuk anak di bawah umur 2 tahun. Gue benar-benar senang bisa kembali bercengkrama dengan para sahabat konyol ini. Sesekali refreshing dan menyaksikan tingkah kelucuan mereka berdua, sangat membantu gue untuk tetap waras.

Entah siapa yang memulai duluan, yang jelas kami asik membicarakan kejadian-kejadian berkesan. Pada saat kami masih aktif bermain di forum Kaskus. Termasuk  membicarakan pengalaman jatuh cinta Harris kepada seorang kaskuser asal kampusnya.

"Kayak apa orangnya?" tanya Salma semangat.

"Mana gue tahu" jawab gue malas, ketika Salma kembali mengungkit kejadian masa lalu itu "Tanya sendiri aja sama yang buat surat" ucap gue, lebih baik menghindar. Memilih jawaban aman.

"Siapa sih, Ris? Perempuan yang ada di dalam Love Letter lo itu?"

Buat agan-agan yang pada belum tahu, apa itu Love Letter. Silahkan masuk ke sub forum sista, disana ada acara/event buat kirim surat-suratan kepada seseorang yang kalian sayangi. Dan kebetulan waktu itu isi surat Si Harris merujuk kepada seorang Aganwati di kampusnya.


Spoiler for Love Letter:






"Rahasia deh, kepo banget sih lo !" Harris dengan centilnya, langsung menolak untuk menjawab.

Laki-laki berambut ikal ini. Dulu pernah punya hobi ngaskus, hampir tiap hari. Harris bilang dia selalu duduk mantengin layar komputer, buat berburu badgedan cendol full bar.  Hobinya tersebut sudah ia tekuni sejak dari kelas 3 SMA, berlanjut sampai kuliah.

Bahkan kalo dipikir-pikir lagi. Mungkin jika bukan karena adanya forum Kaskus, kami bertiga tidak akan bisa jadi seakrab ini. Atau malah tidak saling mengenal.

Oh iya, Harris juga yang pertamakali ngajakin gue untuk ikut-ikutan acara kopdar. Seiring dengan berjalannya waktu, persahabatan kita bertiga semakin erat, karena memiliki hobi yang sama. Yaitu satu : ngaskus bareng. Padahal awalnya kita cuma orang asing, nggak ada yang kenal satu sama lain lho..

Nama ID Kaskus si Harris aja gue masih inget sampe sekarang. Kalo nggak salah nama ID-nya Kardus Balap (anggap aja begitu).

"Lelaki yang terlahir di Kardus dan dibesarkan lewat Kaskus" begitu katanya. Pas gue tanya kenapa memilih untuk menamai nama akunnya, dengan julukan yang nyeleneh macam itu.

Kembali lagi ke cerita.

Salma yang penasaran terus saja menebak-nebak siapa nama kaskuser yang disukai oleh Harris. Sebenarnya gue udah tau, tapi gue memilih untuk diam saja, biarkan Harris sendiri yang memberi tahunya.

"Please deh, Ris. Jangan sok misterius. Udah lama banget kali, nggak ada untungnya juga gue sebar-sebarin" Kata Salma, tidak berhenti-berhenti merengek.

Wajar rasanya bila melihat Salma menjadi over kepo seperti itu. Pasalnya di dalam surat Harris, tersirat sebuah perasaan yang begitu tulus dan suci, kepada wanita pujaan hatinya.

Sebuah perjuangan cinta, yang Harris relakan berhenti di tengah jalan. Hanya karena dia tidak sanggup untuk mengucapkan pengakuan cintanya secara langsung kepada Aganwati tersebut.

Sampailah Harris bosan, mendengar ibu-ibu rumah tangga ini nyerocos terus-terusan, meminta penjelasan darinya. Setelah sudah lebih dari 15 menit, semua nama disebutkan (a.k.a diabsen) secara bergantian oleh Salma, namun hasilnya masih saja nihil.

"Lo beneran banget pengen tau Sal?" kata Harris.

"Enggak sih, gue cuma pengen nyamain aja tebakan gue bener apa kagak" elaknya, terdengar sedikit jual mahal.

"Siapa coba?" Kata Harris.

Gue hanya diam, berpura-pura mainin hape. Bintang juga sepertinya sama, dia sibuk mainin robot Lego yang baru dia beli beberapa jam lalu.

"Pernah ketemu lewat kopdar, kan?" selidik Salma.

Harris menggangguk ringan.

"Pasti Vita, soalnya dulu dia yang paling banyak ngasih komentar di thread lo?"

Vita itu, nama cewek yang dulu sempet ikutan kopdar sama Kita-kita, dan tentunya paling genit juga sama si Harris. Baik di group WhatsApp maupun pas lagi acara ketemuan secara langsung. emoticon-Embarrassment

"Bukan" Harris hanya bisa menahan senyum kecil di wajahnya.

"Melly, yah? ngaku deh, pasti si Melly" selidik Salma sekali lagi.

"Bukan, salah. Cluenya masih satu kampus sama gue" timpal Harris. berbaik hati memberi bocoran.

"Siapa sih Dit? perempuan yang dia taksir? " Salma yang frustasi malah menarik-narik paksa tangan gue.

Gue balas mengakat bahu. Lalu kemudian mengambil secangkir kopi di meja untuk menutupi grogi.

"Anggi? Yulie? Fitri? atau Wulandari?"

"Bukan...bukan...bukan mereka semua" sergah Harris. Berulangkali menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

"Ya ampun siapa sih !!!  kesel deh gue !!!  Kalian jangan main-main rahasiaan kayak gini, nggak asik tahu. Sumpah ! "

Baik gue dan Harris hanya bisa tertawa begitu lepas, mendengar perkataan dari Salma. Gue pas pertama kenal aja udah paham banget. Kalau Salma ini, karakter orangnya nggak suka dicuekin, dan punya penyakit kepo sampe ke level DNA & RNA. Jadi sekalinya ada suatu hal yang kami sembunyikan darinya, ia akan marah-marah tidak karuan.

Dan kalian  juga harus tahu, kalau Salma sudah memendam rasa penasarannya itu hampir lebih dari 2 tahun. Itu mungkin penyebab utama kenapa dia bisa jadi sangat Kepo.

"Udah ah, nggak jelas main tebak-tebakan sama lo, Sal" kata Harris bangkit dari duduknya "Biar orang kaya aja yang bayarin bill-nya" celetuk Harris berjalan menuju meja kasir, hendak membayar semua tagihan makanan dan minuman yang kami pesan.

"Om, robot yang ini bagus, gak?" Bintang, mengeluarkan satu jenis mainan robot Transformer dari dalam kantong belanjaan, lalu menyodorkan ke arah gue.

"Bagus banget Bintang, yang itu namanya Optimus Prime, dia robot yang paling kuat di alam semesta !!"

"Yeee acikkk, Bintang nggak salah beli ~~" serunya, sangat riang.

Pandangan gue mulai terbagi, sudah tidak fokus lagi memperhatikan Bintang yang sedang asik mengutak-atik mainannya. Namun justru ke arah Si Salma yang hanya diam termenung, terlihat seperti sedang berpikir keras.

Sambil memain-mainkan ujung kerudung yang dia pakai, dia kembali menatap gue. Kali ini tatapannya sedikit berbeda.

"Radit, siapa sih?" tanyanya serius, memicingkan mata.

Gue, melirik ke belakang. Ke arah Kasir. Harris sedang disibukkan dengan antrian yang memadati jalur pembayaran di sana.

Beberapa saat yang lalu, setelah Harris pergi, gue berniat untuk membuka semua tabiq misteri ini di hadapan Salma sekarang juga.

Melihat situasi sekitar, kayaknya memungkinkan memberitahu dia siapa Aganwati yang pernah Harris sukai. Toh si Harris nggak bakal tau ini kalau gue bocorin.

Gue mengambil napas dalam-dalam. Lalu bersiap untuk mengucapkannya.

Namun, dua-tiga detik kemudian semua niatan itu gugur seketika. Karena kata-kata ini justru yang meluncur mulus dari bibirnya:

"Apa jangan-jangan dia naksir gue, ya? Cluenya bener tuh kita satu kampus"














Sehabis membayar semua tagihan bill. Kita memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing, lagian hari sudah semakin senja. Tidak baik rasanya, jika wanita yang sudah bersuami masih saja berkeliaran pada jam segini.

Lanjut berjalan menuju parkiran, gue menyadari kalo Harris sampai sekarang masih belum bisa melupakan perasaannya terhadap Salma.

Gue tidak tahu apa yang sudah terjadi sama mereka berdua. Sampai, penyakit friendzoneitu, terus saja berlarut-larut.

Salma dan Harris masih satu almamater, alias masih satu kampus. Beda sama gue yang bukan satu Universitas, jadi gue nggak ngerti kedekatan seperti apa yang sudah mereka jalin dulunya. Ya..... gue juga kenal mereka karena acara kopdar kaskus, kan? Jadi tidak banyak hal yang bisa gue beberkan, kepada kalian semua.

"Ayo Bintang, naik mobil aja yuk sama Om. Jangan naik taxi mahal, kasihan bunda nanti abis uangnya" kata Harris, tanpa aba-aba langsung menggendong anaknya si Salma menuju mobil miliknya.

"Apaan sih? gue naik Grab Car aja Ris. Elo kalo mau pulang, ya langsung pulang aja" tolak Salma halus "Lagian deket ini dari sini"

"Are you fu*king kidding me, Sal? Justru kalo deket kenapa nggak sekalian bareng gue aja, coba?" kata Harris membukakan pintu mobil. Salma yang melihat Bintang duduk nyaman di kursi depan mobilnya, sungkan untuk menolak tawaran tersebut.

"Ya, udah deh, tapi gratis ya????"

"I-Y-A" kata Harris.

"Dit, duluan ya?" sesaat setelah Salma masuk, Harris menyapa lagi lewat jendela "Jazz  elo parkir dimana?" tanyanya.

"Itu Ris di depan, yang warna merah" kata gue.

"Oooh sip deh, ati-ati ya !" seru Harris, bersamaan dengan Bintang dan Salma yang ikut melambaikan tangan, lalu mobil tersebut malaju perlahan. Dan berlalu keluar meningalkan area parkir.

Gue melanjutkan langkah kaki, kemudian masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya. Tidak ada ketakutan sekecil apapun yang menyangkut di benak gue, ketika melihat kedekatan yang terlalu extreme antara Salma dengan Harris. Pernah sekali muncul pikiran negative, dimana gue takut banget kalau Harris akan melakukan hal yang kurang terpuji.

You know lah, laki-laki kalau sudah jatuh cinta. Pasti akan melakukan segara cara agar ia dapat memiliki wanita yang ia mau. Sorry to say, tapi bisa saja Harris ini sangat berpotensi menjadi seorang pembinor (pengambil bini orang). Suaminya sering dinas di luar kota. Dan harris yang begitu ganjen pasti akan sangat mudah baginya untuk meluluhkan hati Salma.

Itu yang ada di benak gue awalnya. Tapi tenang aja sob, karena gue yakin laki-laki humble serta loyal seperti Harris, tidak akan melakukan hal itu. Bahkan Si sableng ini sudah saling kenal dan akrab sekali dengan suaminya Salma atau bahkan orang tua dari Salma sekalipun. Sehingga buang jauh-jauh pikiran negative kalian, tentang Harris yang akan menyandang gelar "pembinor".

Sekarang, pertanyaan yang masih berputar-putar di kepala gue adalah:

Kenapa cinta bisa membuat seorang manusia menjadi bodoh.

Dimana letak kesalahanya, kok bisa satu badan Harris penuh sama hormon, oxytocin, varsopressin. Ini membuat dia bukan "Harris" lagi. Melainkan sebagai "Mahluk asing yang pernuh hormon". Mengubah seluruh indera Harris menjadi tidak  berfungsi normal lagi.

Dia buta akan cinta, sampai-sampai tidak bisa menatap wajah wanita lain, selain Salma

Dia tuli karena cinta, sampai-sampai tidak bisa hidup kalau tidak mendengar suara hempusan napas darinya.

Dan dia menjadi pecundang cinta, karena detik demi detik yang ia habiskan di dunia ini, hanya untuk mencintai istri orang.


Tapi apa kalian tahu? Apa yang dikatakan Harris saat gue menanyakan hal itu?

"Ris, udah deh. Lo itu udah salah banget, tolong sudahi perasaan kaku lo itu sama si Salma. Move on please, brother."

Harris hanya tersenyum sendu, lalu berkata dengan suara yang bergetar, dan terdengar begitu tulus.

"Apa yang salah dari seseorang yang terlalu dalam sayang sama orang lain"














Shit. Cinta memang jahat. Kamu apakan itu teman ku, woy : (


Diubah oleh x.kardusbalap.x 16-02-2019 01:58
Richy211
Richy211 memberi reputasi
23
6.5K
116
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.