londo.046Avatar border
TS
londo.046
Mengalahkan Diri Sendiri


Apa musuh terberat manusia? Kompetitor dalam bisnis, cinta, karier? Apakah musuh terbesar manusia adalah manusia lain? Jika jawaban anda, iya. Coba renungkan kembali. Menghadapi lawan dari luar, saya kira mudah. Kita sama-sama manusia, sama-sama makan nasi, sama-sama punya otak, sama-sama punya potensi. Lalu apa yang membuat kita menganggap mereka kuat? Persepsi kita. Sudut pandang kita!

Itu artinya, semua bersumber dari dalam diri kita. Yah, musuh terberat kita adalah diri kita sendiri. Suka atau tidak suka, jika kita bisa mengalahkan diri kita sendiri, mengalahkan orang lain adalah perkara mudah. Dalam artian, tidak sesulit mengalahkan diri kita. Apa sih yang ada di dalam diri kita? Hal paling berbahaya adalah nafsu. Nafsu itulah yang bisa membuat kita menjadi lebih hebat dari malaikat, tapi juga bisa mendorong kita menjadi lebih rendah dari binatang.



Pernah tidak kita menginginkan sesuatu secara berlebihan? Misalnya kita punya budget 5 juta, tapi kita menginginkan smartphone yang harganya 13 jutaan. Apa yang akan kita lakukan jika ada pada situasi seperti itu? Orang yang tidak bisa mengalahkan dirinya sendiri, akan mencari kemungkinan untuk tetap punya smartphone dengan harga 13 jutaan. Tidak peduli harus hutang, melakukan perikatan dengan leasing agar bisa nyicil kekurangannya. Intinya, smartphone harus dipunyai.

Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, akan menekan habis keinginannya. Bisa jadi dia akan membeli smartphone dengan harga di bawah 5 juta.Dia akan mempertimbangkan dengan cermat smartphone mana yang bisa memenuhi kebutuhannya. Gengsi dan terlihat wah, akan dia kesampingkan. Untuk apa gengsi jika hidup tidak bahagia tertekan dengan utang. Apalagi utangnya bukan utang produktif. Ada yang tahu smartphone bekas apa yang harga jualnya lebih tinggi dari smartphone baru?



Contoh di atas hanya satu dari sekian banyak contoh yang terjadi dalam hidup kita. Seringkali kita lupa mengingat hakekat hidup dan lebih menonjolkan kebutuhan nafsu. Makan, apa hakekat makan? Bertahan hidup, perut kenyang, gizi terpenuhi. Dengan 10ribu apakah kita bisa makan kenyang dan bergizi untuk bertahan hidup? Bisa! Tapi bisakah dengan 10ribu kita bisa menciptakan caption yang instagramable? Foto tempe, sambal, sayur bening bayam dan air putih?

Lebih keren mana dengan menu ala hotel bintang lima yang harganya mungkin 20 kali lipat? Saya tidak menyalahkan dan menganggap orang yang makan dengan budget mahal itu salah. Saya hanya heran dengan orang yang kondisi finansialnya pas-pasan, namun memaksa untuk terlihat bahagia dengan cara yang salah. Mereka lah orang-orang yang tidak bisa mengalahkan diri mereka sendiri. Rasa bangga mereka berhenti di hal-hal luar, berbalut nafsu, bukan pada kedalaman hakekat.



Maka jika ada yang bilang bahagia itu sederhana, saya ingin tertawa. Bahagia seperti apa yang sederhana? Bahagia yang hakiki itu timbul saat kita mampu mengalahkan diri kita sendiri. Jangan bilang bahagia jika masih ada keluhan dalam jiwa. Hujan mengeluh, tidak ada yang jemput marah-marah. Tidur di emperan memaki dalam hati. ingin sesuatu menghalalkan segala cara tidak peduli ujungnya bagaimana. Itu bukan bahagia, tapi pura-pura bahagia.

Well, pertanyaan besarnya adalah, sudahkah kita mengalahkan diri kita? Sudahkah kita bisa membedakan antara keinginan jiwa dan keinginan nafsu? Apa manifestasi dan perilaku konkret yang mencerminkan kita sudah menang melawan diri kita sendiri? Mari kita renungkan bersama. Karena saya pun merasa belum bisa mengalahkan diri saya sendiri. Salam Damai.


Merdeka!


Sumber Gambar : sini, sini, sini
tata604
tata604 memberi reputasi
11
5.8K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Inspirasi
Inspirasi
icon
10.5KThread6.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.