bangzaldiAvatar border
TS
bangzaldi
Utang Era SBY Lebih Fantastis Ketimbang Pemerintahan Jokowi


MATA INDONESIA, JAKARTA – Ribut-ribut soal utang luar negeri menurut mantan Menteri Keuangan era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Chatib Basri hanya ada di Indonesia dan menjelang pemilihan umum. Benarkah utang Pemerintah Jokowi terlalu besar?


Menurut catatan Bank Indonesia (BI) utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir November 2018 tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Posisi ULN Indonesia pada akhir November 2018 tercatat 372,9 miliar dolar AS, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral senilai 183,5 miliar dolar AS, serta utang swasta termasuk BUMN dengan angka 189,3 miliar dolar AS.


BI menjamin struktur ULN Indonesia tetap sehat. Hal itu tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir November 2018 yang tetap stabil di kisaran 34 persen. Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara lain.


Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi ULN berjangka panjang. Bank Indonesia dan Pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.


Jika menyimak perkembangan utang Indonesia memang Pemerintahan Jokowi terkesan paling besar berutang karena jika dilihat dari angka nominalnya yang kalau dirupiahkan nilai utang Indonesia November 2018 mencapai Rp 5.220 triliun.


Tetapi kita harus ingat bahwa utang di Indonesia itu adalah warisan dari era Presiden Soekarno, bahkan. Jadi apa yang dilakukan Pemerintah Jokowi dalam mengelola utang Indonesia saat ini tidak bisa dilepaskan dari performa utang pemerintah sebelumnya.


Di era pemerintahan periode pertama, Jokowi mewarisi utang senilai 293,33 miliar dolar AS pada tahun 2014.


Jika Angka utang November 2018 kita kurangi dengan angka utang saat dia mulai memerintah maka pertambahannya 79,6 miliar dolar AS.


Sementara pada era pemerintahan sebelumnya, yaitu Pemerintahan SBY selama dua periode sejak 2004 sampai dengan 2014, menurut catatan laman tirto.id pertumbuhan utangnya mencapai 152 miliar dolar AS.


Jika dihitung satu periode saja, pertumbuhan utang Pemerintahan SBY mencapai 90,92 miliar dolar AS.


Jadi jelaslah angka utang di era Pemerintah Jokowi memang terlihat besar, tetapi jika disimak pertumbuhannya relatif lebih kecil, bahkan dari dari pemerintahan SBY.


Untuk mengetahui perbandingan berapa pertumbuhan total utang luar negeri Indonesia, Tirto mencoba menghitung pertumbuhannya dengan membatasi sejak 2004 hingga 2018 atau dari era Presiden SBY hingga era Presiden Jokowi.


Pada akhir 2004, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD141,27 miliar. Utang tersebut sempat berkurang menjadi USD134,5 miliar pada 2005 dan USD132,63 miliar pada 2006. Namun setelahnya, nominalnya bertambah setiap tahun. Sejak 2004 hingga akhir periode pertamanya menjabat di 2009, total utang luar negeri Indonesia bertambah sekitar USD31,6 miliar (22,4%).


Peningkatan utang tersebut terjadi pada kelompok pemerintah dan bank sentral maupun kelompok swasta. Namun BI mencatat kenaikan utang luar negeri tersebut juga diiringi dengan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu USD291,8 miliar atau sekitar 113,3 persen.


Pada tahun pertama di periode kedua SBY menjabat sebagai presiden 2009-2014, total utang luar negeri bertambah cukup banyak. Tercatat pada akhir 2010, posisi utang luar negeri sebesar USD202,41 miliar. Angka tersebut meningkat sebesar 17,09 persen dari tahun sebelumnya sebesar USD172,87 miliar.


Penambahan tersebut lebih banyak disumbang oleh kelompok swasta dari USD73,61 miliar pada 2009 menjadi USD83,79 miliar pada 2009. Sedangkan kelompok pemerintah dan bank sentral meningkat dari USD99,26 miliar pada 2009 menjadi 118,62 miliar pada 2010. Penambahan utang dengan persentase dua digit terus terjadi hingga akhir periode SBY pada 2014, meskipun pada 2013 sempat menurun dengan penambahan hanya sebesar 5,45 persen.


Pada 2014 total utang luar negeri di posisi USD293,33 miliar. Pada akhir 2015 utang luar negeri tercatat makin membesar hingga USD310,73 miliar, meningkat 5,93 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut terus bertambah hingga tahun-tahun berikutnya. Bahkan pada 2017, utang luar negeri meningkat 10,27 persen menjadi USD352,88 miliar dari tahun sebelumnya sebesar USD320,01 miliar.


Kenaikan tersebut terutama dipicu sektor keuangan; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; serta sektor pertambangan yang menguasai 76,9 persen utang luar negeri kelompok swasta.


Pertumbuhan Total Utang Luar Negeri


Jika melihat dari posisi utang luar negeri pada saat ini, memang terlihat besar. Hingga Oktober 2018, utang luar negeri tercatat sebesar USD360,53 miliar. Namun angka tersebut tidak datang dengan sendirinya. Utang tersebut tumbuh sejak era pemerintahan sebelumnya. Total utang luar negeri mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda dari masing-masing pemerintahan.


Infografik Periksa Data Pertumbuhan Utang Luar Negeri


Pada 2009, utang luar negeri tercatat sebesar USD202,41 miliar. Dalam kurun waktu lima tahun angka tersebut meningkat menjadi USD293,33 miliar pada 2014. Artinya, ada penambahan utang sebesar 90,92 miliar dolar AS atau tumbuh sekitar 44,92 persen. Total utang luar negeri berada USD293,33 miliar pada akhir 2014 dan terus bertambah. 


Hingga Oktober 2018, utang tersebut menjadi USD360,53 miliar. Selama 2014-2018, total utang luar negeri bertambah 67,2 miliar dolar AS atau tumbuh sekitar 22,91 persen.


Sumber



0
2.5K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.