raven12Avatar border
TS
raven12
57,8 Persen Responden Akan Pilih Pemimpin Seagama
57,8 Persen Responden Akan Pilih Pemimpin Seagama, Peneliti LIPI Ini Sebut Ada Intoleransi Politik

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyampaikan hasil temuan tentang peta politik di Indonesia menjelang Pemilu 2019.

Berdasarkan hasil temuannya, LIPI mengklaim muncul intoleransi politik di Indonesia dan tendensinya semakin menguat menjelang Pemilu 2019.

LIPI menyatakan, temuan itu didapati dari hasil survei terhadap 1800 responden di sejumlah provinsi di Indonesia.

"Kami menemukan fakta ada gejala sangat kuat meningkat intoleransi politik. Meskipun pada level sosial masih toleransi," ujar Peneliti LIPI Amin Mudzakkir di acara diskusi Mekanika Elektoral dalam Arus Politik Identitas di PARA Syndicate, Jumat (7/12/2018).

Dia menjelaskan, penerimaan kelompok masyarakat terhadap kelompok yang berbeda konteks sosial masih cukup baik. Namun, penerimaan terhadap pilihan politik berbeda cenderung rendah.

Dia mencontohkan, sebanyak 57,8 persen responden mengatakan nanti di Pemilu 2019 hanya akan memilih pemimpin yang menganut agama sama. Hal ini dimulai dari pemimpin di tingkat rukun tetangga (RT) sampai Presiden.


"Jadi, kami simulasikan apakah karena kinerja atau apa, tetapi bukan. Ternyata (karena) agama," kata dia.

Sehingga, kata dia, hal itu berimplikasi terhadap potensi individu atau suatu kelompok berupaya mencegah individu atau kelompok lain untuk mengambil pilihan calon pemimpin berbeda.

Amin mengatakan, situasi di Pilkada DKI Jakarta 2017, ketika ada sebagian orang menolak menshalatkan jenazah orang yang berbeda pilihan politik, adalah dampak dari hal tersebut.


Menu

57,8 Persen Responden Akan Pilih Pemimpin Seagama, Peneliti LIPI Ini Sebut Ada Intoleransi Politik
Jumat, 7 Desember 2018 23:28 WIB

amin-mudzakir-nih2_20171005_144929.jpg
Peneliti LIPI Amin Mudzakir - Rizal Bomantama/Tribunnews.com


"Jadi bukan sekadar secara pasif memilih hanya seagama, tetapi secara aktif mencegah orang lain memilih pemimpin yang berbeda. Jadi itu masalahnya," kata dia.

Dia melihat ada tiga faktor pendorong intoleransi politik menjadi tinggi. Pertama, adanya perasaan terancam dan tidak percaya terhadap pihak lain yang berbeda.

Faktor kedua, tingginya fanatisme keagamaan yang berbanding terbalik dengan rendahnya sekularitas. Faktor ketiga, kata Amin, penggunaan media sosial.


Menurut dia, media sosial semakin mendorong perasaan terancam, tidak percaya serta fanatisme keyakinan. Dalam hal ini, sebagian responden yang mempercayai isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) dibicarakan di medsos.

Dia menambahkan, 54,1 persen responden menyatakan pernah mendengar berita kebangkitan PKI di medsos. Dan dari sekian banyak itu 42,8 persen setuju dengan isu tersebut.

"Jadi ada lima dari orang Indonesia itu pernah mendengar kebangkitan PKI, dan 42 persennya berarti 2 atau 3 orang percaya PKI bangkit lagi. Dan mereka mendapatkan itu semua dari media sosial," kata Amin.

http://m.tribunnews.com/amp/nasional/2018/12/07/578-persen-responden-akan-pilih-pemimpin-seagama-peneliti-lipi-ini-sebut-ada-intoleransi-politik?page=2
0
2.2K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.