agusmulyanti
TS
agusmulyanti
Mentari
Spoiler for prolog:

Jangan lupa emoticon-Rate 5 Staremoticon-Cendol Gan ya



Part - 1

Sinar matahari belum begitu menyengat, ketika pagi itu mentari melangkahkan kakinya menyusuri jalan yang penuh bebatuan, tetapi peluh dikeningnya sudah cukup lumayan membasahi wajah yang notabene tanpa alas bedak seperti kebanyakan ibu ibu jaman now.

" Aku harus berjuang keras dan berfikir cerdas, agar anak anakku tetap dapat menikmati bangku sekolah dan bisa makan secukupnya," gumamnya.

Meski perjuangan hidup yang dilaluinya teramat berat, Mentari tetap tegar dan semangatnya tak pernah pudar.

************

Mentari adalah seorang janda muda, berparas cantik, shalihah dan pintar. Suaminya meninggalkannya untuk satu alasan yang belum bisa diterima akal sehatnya, menikah lagi. Ya suaminya meninggalkannya untuk wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya dan kini memintanya untuk jadi suaminya. Tragiss dan teramat sadis buat Mentari.

"Mengapa kau lakukan semua ini mas?."
"Aku ingin kita bahagia dik. Aku, kamu dan dia."
"Apa yang kamu maksud dengan bahagia mas?. Apa kamu tau, dengan keputusan kamu menikah lagi, sudah menghancurkan hidupku, mimpi-mimpiku. Dimana hati nuranimu mas?."

Iman, suami mentari tak bergeming, ia tetap dengan keputusannya menikahi Rindu.

*********

Rindu adalah mantan kekasihnya semasa kuliah dulu. Mereka berpisah kala itu, karena orang tua Rindu tidak menyukai hubungannya dengan Iman. Rindu adalah seorang pengusaha sukses yang sudah divonis dokter tidak akan dapat memiliki anak, karena kedua indung telurnya harus di angkat.

*********

Perjumpaan Rindu dan Iman, merupakan petaka bagi mentari. Kala itu, mentari tidak tau kalau suaminya memiliki kekasih diluar sana. Iman adalah seorang dosen disebuah Perguruan Tinggi swasta, penghasilannya tidak mencukupi untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya, hingga kerap kali harus gali lubang tutup lubang. Meski begitu memiliki Mentari adalah karunia yang tak terhingga dari yang Maha Kuasa. Karena sebagai wanita istri, Mentari tak pernah membebani suaminya dengan permintaan yang aneh-aneh.
Anak-anak yang Allah hadirkan untuk merekapun, alhamdulillah adalah anak-anak yang shalih, shalihah dan juga pintar. Meski mereka terkadang makan hanya seadanya, namun prestasi mereka di sekolah, selalu menjadi nomer satu. Dan itupun bukan hanya di bidang akademik, di kegiatan ekatrakurikulerpun kerap menjadi juara.

Mentari, memang selalu mendidik anak-anaknya agar terus maju, dia selalu menanamkan kepada buah hatinya bahwa, meski mereka hidup serba kekurangan, mereka harus tetap berprestasi.

***********

Awalnya Mentari ingin menggugat cerai suaminya, tetapi dengan berbagai pertimbangan dan masukan dari kawan-kawannya, Mentari akhirnya setuju suaminya menikah lagi, meski hatinya menjerit dan menangis.

Awalnya, ia pikir keputusannya itu dapat meluluhkan hati mas Iman, dan mengurungkan niatnya. Ternyata ia salah besar, suaminya tetap menikah lagi, dengan atau tanpa ijinnya. Betapa hancur hatinya kala itu. Kala ia tau suaminya sudah menikah lagi, menikah dengan Rindu mantan kekasih yang belakangan ini telah memporak porandakan rumah tangganya.

************

Hari demi hari berganti, bulan demi bulanpun terlewati, hingga menjelang bulan kesebelas, keputusannya sudah bulat, ia akan meminta cerai dari mas Iman, suami yang telah memberinya tiga orang anak dan telah mencampakannya demi wanita lain. Ia tak lagi bisa menahan gejolak dalam hatinya, dan membiarkan hal itu terus berlarut larut.

*********

Pagi ini bus yang akan membawa mereka kembali ke kampung halaman orang tua Mentari sudah datang. Mas Iman tak nampak ada disana, ia tak hadir melepas kepergian istri dan ketiga anaknya, entahlah sedang berada di mana ia sekarang.

"Mungkin mas Iman sedang menikmati kebahagiaan dengan Rindu," batin Mentari, sambil menarik nafas panjang.

*******

Bulir air mata jatuh membasahi kedua pipinya, saat ia memandangi rumah kontrakan, rumah yang banyak menyimpan kenangan manis. Digendongannya terlihat anak lelaki kecil, tengah merengek manja. Itulah anak laki-laki satu-satunya, dari tiga amanah yang Allah titipkan, buah cintanya dengan mas Iman. Dengan tegar, ia melangkah menaiki tangga mobil bus yang sudah menunggunya. Sekali lagi dilayangkan pandangannya, kali ini tangisnya tak terbendung, saat dua gadis kecilnya bertanya, mengapa mereka harus pergi ?."

**********

Mentari tak pernah berfikir, taqdir membawanya kembali ke pelukan orang tuanya, merenggut semua kebahagiaannya dan menghadirkan tangis untuknya. Tubuhnya yang kurus, bertambah kurus. Wajah cantiknya pun semakin terlihat tirus.

Semenjak kejadian itu nafsu makannya hilang, cacing-cacing yang menghuni perutnya pun seperti tak ingin mengganggu kesedihan tuannya, mereka melakukan aksi mogok makan.

*********

Tiga tahun, sesudah perceraian itu, Mentari sudah dapat menata hatinya. Ia aktif di berbagai organisasi kewanitaan dan sudah mulai dapat menerima taqdir yang sudah ditetapkan Allah . Hidupnya kembali normal, sudah tidak ada lagi air mata disana.

Mas Iman pun selalu hadir menjenguk anak-anaknya dan memberi nafkah sesuai kesepakatan perceraian. Hingga pagi itu, Mas Iman terlihat serius menghampiri Mentari.

"Dik, mas ingin bicara."
"Ada apa mas?, kelihatannya serius bener."
"Begini...(mas Iman memperbaiki posisi duduknya, sebentar ia mendehem...ehm..ehm), kalau dik Mentari gak keberatan, mas ingin kita rujuk lagi. Mas ingin dik Mentari, menjadi istri mas lagi. Ini semua demi anak-anak dik, dan... dan juga permintaan Rindu. Gimana dik?," ujar mas Iman sambil melap keringat yang menghiasi wajah tampannya.

Mentari diam, dia menunduk, terlihat ia menarik nafas dalam-dalam. Sebuah pertanyaan yang sangat sulit, dan kembali melukai hatinya, yang sudah mulai mengering. Tidak dipungkiri di hatinya masih tersimpan erat benih cinta untuk mas Iman, dan itu tidak dapat tergantikan oleh orang lain. Mentari diam seribu bahasa, air mata menetes jatuh membasahi punggung tangannya yang sedang meremas2 hijab.

"Bagaimana dik ?, mas mohon kembalilah, kembali menjadi Mentari mas," ujar mas Iman dengan wajah penuh pengharapan.

Akhirnya melalui pergulatan batin, Mentari menganggukan kepalanya tanda setuju. Mas Iman menarik nafas lega dan tersenyum.

"Terimakasih dik...terimakasih."

**********

Pernikahan kedua Mentari dan Iman, berlangsung secara sederhana. Walau tanpa restu dari ibu Mentari, yang kadung kecewa dengan Iman.
Mereka kembali menjadi suami istri, dan hidup bahagia.

Akan tetapi ternyata kebahagiaan itu menghadirkan kecemburuan bagi Rindu. Rindu tak ingin cintanya berbagi, tetapi iapun tak ingin suaminya terus bermimpi dan menyebut-nyebut nama Mentari dalam tidurnya. Dengan kebesaran hati dan keikhlasan berbagi, mereka hidup berbahagia. Anak anakpun kini mempunyai dua ibu yang menyayangi dan sangat mereka sayangi.

Oke gan dan sista, sampai sini dulu ya. Jangan lupa emoticon-Rate 5 Star dan emoticon-Cendol Gan ya..
Diubah oleh agusmulyanti 23-02-2020 16:34
theoscus
theoscus memberi reputasi
2
1.8K
21
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.