gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Bukti Baru Ekonomi China Lesu: Inflasi Meleset dari Target
Bukti Baru Ekonomi China Lesu: Inflasi Meleset dari Target

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia

MARKET
10 January 2019 16:15


Foto: REUTERS/Aly Song

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi produsen China naik kurang dari yang diperkirakan di Desember dan mencapai tingkat pertumbuhan terendahnya dalam dua tahun terakhir, menurut data resmi pemerintah, Kamis (10/1/2019).

Producer Price Index (PPI)/ Indeks Harga Produsen di Desember naik 0,9% dari tahun lalu, lebih rendah dari yang diperkirakan para ekonom dalam survei Reuters. Indeks yang mengukur kenaikan harga sebelum mencapai konsumen ini juga merupakan yang terendah sejak September 2016, menurut catatan Reuters. PPI pada bulan Desember jauh lebih rendah dari kenaikan 2,7% secara tahunan di bulan November.

Meskipun data menunjukkan bahwa harga energi yang lebih rendah mendorong melambatnya inflasi lebih dari yang diperkirakan, ada juga penurunan yang lebih luas dalam harga input industri dan barang-barang konsumsi akhir, yang konsisten dengan bukti lesunya permintaan domestik, kata Julian Evans, Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics, dilansir dari CNBC International.

Indeks Harga Konsumen China (ukuran harga barang dan jasa) naik 1,9% secara tahunan di Desember, lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 2,1%, menurut survei Reuters. Inflasi tercatat naik 2,2% di bulan sebelumnya.

Data terbaru itu membuat PPI China sepanjang2018 naik 3,5%, sementara inflasi harga konsumen setahun penuh naik 2,1% atau di bawah target 3% pemerintah.


Ilustrasi inflasi China (Foto: REUTERS/Aly Song)

"Inflasi yang turun dengan cepat, terutama inflasi pabrik PPI, adalah bukti lebih lanjut bahwa ekonomi China melambat dalam kecepatan yang mengkhawatirkan," tulis ekonom Nomura dalam sebuah catatannya hari Kamis.

Kemerosotan inflasi produsen menunjukkan pendapatan perusahaan akan turun dalam beberapa bulan mendatang.

Analis mengatakan data terbaru dapat mendorong pemerintah mengambil langkah-langkah pelonggaran lebih lanjut demi menstimulasi ekonomi.

Inflasi yang lebih lambat akan memberi Beijing "banyak ruang untuk melonggarkan kebijakan (moneter)," kata Evans-Pritchard dalam sebuah catatan pada hari Kamis. 

"Turunnya inflasi membuat lebih banyak ruang bagi Beijing untuk meluncurkan kebijakan yang lebih agresif, mendorong pertumbuhan, dan dapat menyebabkan suku bunga antarbank dan yield obligasi yang lebih rendah," analis Nomura menambahkan dalam catatan mereka.

Dunia tengah memantau berbagai data ekonomi China setelah negara itu terlibat perang dagang yang sengit dengan AS.

Di luar pertarungan bea masuk, ekonomi China menghadapi tantangan domestiknya sendiri. Bahkan sebelum Presiden AS Donald Trump memulai peningkatan terbaru dalam ketegangan perdagangan, Beijing sudah berusaha mengelola perlambatan dalam ekonominya setelah puluhan tahun mengalami pertumbuhan yang sangat buruk kualitasnya.

(prm)

Sumber
sebelahblog
sebelahblog memberi reputasi
3
1.7K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar Negeri
icon
78.8KThread10.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.