madridzoners116Avatar border
TS
madridzoners116
Setelah Reuni 212, Lalu Apa?

Bagi sebagian kelompok apalagi kaum monaslimin dan monaslimat, aksi 212 dianggap merupakan aksi membela Islam. Mereka menyebut ada ghirah atau semangat perjuangan dan membela Islam. Sebuah semangat maupun niat yang tidak ada landasan apapun. Mereka yang menyebut reuni 212 sebagai penanda perjuangan atau kebangkitan umat Islam sejatinya nol besar. Tidak ada apapun yang mereka perjuangkan. Bahkan soal jumlah yang hadir, meski sudah disampaikan bukti akademik cara menghitung orang dalam sebuah kawasan mereka tidak peduli.

Entah dengan cara apalagi menyadarkan atau memberitahu dengan jelas bahwa yang terjadi kemarin dalam 212 hanya buang-buang uang atau penunggangan kepentingan politik. Tidak ada yang lain. Coba ada yang bisa disebutkan apa manfaat atau agenda lanjutannya? Tidak ada sama sekali. Jika kita membedah dalam berbagai dimensi ya tidak akan ditemukan alasan yang benar-benar masuk akal apalagi menyebut sebagai perjuangan agama.

Pernah tahu Islam diperlakukan tidak adil di Indonesia setidaknya sejak Jokowi berkuasa? Quota haji bertambah, pesantren dibangun, mendapat dana waqaf mikro, berbagai acara hari besar Islam diadakan di Istana Negara, istighotsah digelar di Istana, pertemuan intelektual muslim sedunia, kunjungan ke pesantren setiap saat, hingga puncaknya KH Ma’ruf Amien dipilih Joko Widodo untuk mendampingi sebagai Cawapres dalam perebutan Pilpres 2019.

Dalam aspek ekonomi jika memang mereka, alumni 212 membedah biaya cetak bendera bertulis kalimat Tauhid, biaya makan, PKL yang laku dan seputar usaha yang lain, pernahkan mereka pikir sebaliknya? Berapa pelaku ekonomi yang terganggu atas aktifitas mereka? Lihat saja jika monas tertutup begitu lantas dimana para PKL atau penyewa andong keliling? Belum lagi mobilisasi sebanyak itu menyebabkan kemacetan yang juga merugikan orang lain. Bahkan ada yang meninggal dunia karena kelelahan. Siapa yang kemudian rugi?

Mereka pun ngotot soal jumlah. Memangnya jika jumlahnya sedikit kenapa? Para pendemo itu tahu NU yang ormas Islam terbesar di Indonesia dengan jumlah jamaah mencapai 70 juta dan sering mengadakan istighostah tidak pernah koar-koar. Bagi mereka bukan jumlah yang hadir namun apa yang mereka doakan didengar tuhan. Persetan masyarakat mau anggap yang hadir 20-30 orang, mereka tidak akan pernah mempermasalahkannya. Belum lagi hadirnya hafidz cilik diajang itu dan membaca ayat Alquran ternyata salah, tidak ada yang mengingatkan. Dalam tradisi nahdliyin, jika ada pembacaan hafidz Qur’an dibutuhkan Hafidz lain atau yang bisa membaca Al Qur’an untuk menyimak agar jika ditemukan kesalahan bisa dikoreksi. Membiarkan seorang Hafidz melakukan kesalahan maka semua muslim disitu akan mendapat dosa. 

Bahkan dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW, tidak pernah ada penyelenggaraan reuni perang Badar, Perang Uhud maupun perang-perang lainnya. Belum lagi tentang perilaku peserta 212 yang banyak disorot masyarakat. Sebut saja sholat dalam perjalanan yang dilakukan berdiri, sholat bersebelahan laki perempuan, laki-laki memaksa naik di gerbong khusus perempuan, peletakan topi dengan tulisan kalimat Tauhid didasar duduk dekat kaki dan lainnya.

Lantas setelah reuni 212 mau ngapain? Ya ga ada apa-apa. Semua kembali seperti biasa. Bahkan yang tersisa malah tudingan tidak diliputnya acara itu oleh media. Anehnya lagi yang marah-marah Prabowo yang hadir dan memberi sambutan. Kan jadi lucu, media mau meliput atau tidak itu urusan mereka. Kenapa sewot? Sekali lagi, setelah reuni 212 lalu apa?

Nothing
4
4.3K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.