Tapi hari ini saya melihat fenomena yang sangat berbeda. Ketika bangsa terancam oleh pemecah belah bangsa, mahasiswa menghilang entah ke mana. Saat Ibu Baiq Nuril bermasalah, yang keluar justru netizen, Hotman Paris, bukannya mahasiswa. Saat ada sebagian kelompok yang dengan tegas ingin mendirikan khilafah untuk menggantikan pancasila, mahasiswa pun tidak nampak batang hidungnya. Jangankan menentang dengan demonstrasi tandingan, bersuara pun sepertinya malas.

Apakah julukan agent of chage perlu dilepas dan diserahkan pada netizen saja? Karena netizen lah yang ternyata lebih peduli dengan ke-tidak ideal-an dalam masyarakat. Setiap ada yang kurang pas, netizen bergerak dan ramai-ramai memberi koreksi. Peluru terakhir lewat kartu kuning dari Ketua BEM UI memang fenomenal, tapi setelah itu apa? Nyaris tidak ada.



Apakah hari ini mahasiswa bergerak dalam diam? Bergerak tanpa publikasi? Kalau memang benar, saya bersyukur. Apalagi jika gerakan adik-adik mahasiswa memberi manfaat yang nyata bagi masyarakat dan negara. Bagaimana pun mahasiswa adalah kalangan terpelajar, terdidik dan mempunyai skill untuk melakukan perubahan. Dinamika pergerakan itu sah saja, asal ujungnya satu, menciptakan suatu peradaban yang lebih baik dari hari ini.

Mungkin adik-adik mahasiswa sudah lelah dengan aksi unjuk rasa yang hanya berakhir dengan penunggangan. Reformasi 98 adalah bukti nyata. Baiklah, dalam beberapa aspek, memang ada perubahan besar dan baik untuk negara ini. Kebebasan berekspresi, kebebasan berpolitik dan berkumpul. Tapi sayang, kebebasan itu seperti menjadi bumerang. Atas nama kebebesan, orang bisa demo di tempat umum untuk sesuatu yang tidak jelas urgensinya apa.



Saya justru khawatir jika diamnya adik-adik adalah karena terlalu nyaman menikmati semua fasilitas gratis. Iya, mobil gratis, motor gratis, pakaian gratis, dugem pun gratis. Gimana tidak gratis, wong masih meminta pada orang tuanya. Jika ini yang terjadi, celakalah bangsa ini. Generasi terdidik dan terpelajarnya sudah terjebak dalam gaya hidup hedonisme pemuja pesta. Semoga saja tidak.

Lebih berbahaya lagi, jika diamnya adik-adik mahasiswa karena sudah menjadi bagian dari organisasi-organisasi terlarang! HTI itu sudah diputus terlarang oleh pemerintah, jadi jika ada mahasiswa aktif di HTI, saya menjadi paham mengapa gerakan mereka senyap hari ini. Mengapa mereka seolah tidak peduli lagi dengan bangsa ini. Ya karena tujuan mereka memang ingin chaos, rusak dan perang. Penegak Khilafah tidak percaya demokrasi. Tapi ketika ada pertanyaan siapa yang akan ditunjuk jadi pemimpin, mereka akan diam. Mengapa? Karena belum ada sosok yang mereka anggap cocok.

Terbayang tidak kalau mereka berhasil menguasai satu negara? Mereka akan chaos antar mereka sendiri berebut jatah siapa memimpin dan siapa jadi bawahan. Harusnya adik-adik mahasiswa yang menjadi sasaran cuci otak ormas terlarang itu sadar. Tanyakan saja siapa pemimpin jika Khilafah berdiri, pasti mereka bingung. Kalau mereka sebut nama, tantang balik apa track recordnya. Pasti anda akan dibilang kafir dan darahnya halal diminum. Saya tahu, karena sering dikatakan seperti itu hehe.



Well, Hallo adik-adik mahasiswa, ayolah keluar kampus (lagi). Banyak persoalan bangsa hari ini yang layak anda kritisi. Pemerintah juga sah dan wajib anda kritik kok. Jangan lupa menjadi tameng NKRI juga kewajiban yang harus anda penuhi. Ini kesempatan anda untuk menunjukkan seberapa besar peran anda untuk negara ini, dan pembuktian juga apakah gelar agent of change masih cocok menempel di kepala anda. Salam Damai.


Merdeka!


Sumber Tulisan : Pemikiran Sendiri.
Sumber Gambar : sini, sini, sini, [url=http://www.lamposS E N S O Rberita-media-penangkal-radikalisme.html]sini[/url]