Pemain yang menggunakan nama asli sebagai nick name  dalam gamenya ini awalnya sempat merasa kesulitan ketika harus merasakan kerasnya liga internasional pada awal-awal perjalanan karirnya. Karena masih harus beradaptasi dengan tempo permainan dari Evil Geniuses, Sumail sempat mendapatkan respon negatif dari para fans. Namun EG masih tetap yakin dengan kemampuan dari Sumail ini sebagai seorang Mid laner.  

Hingga ketika sampai pada perhelatan Dota 2 Asia Championshipyang digelar pada tahun 2015 kemarin, penonton dibuat takjub akan kemampuan individu dari Sumail. Kala itu Sumail memperkenalkan gaya permainan baru (new meta) pada Hero Shadow Fiend dengan menggunakan item Eul ' Scepter, dan karena gaya permainannya yang unik dan tidak biasa itulah Sumail tidak hanya memenangkan kompetisi premium pertamanya namun juga memenangkan hati para penggemar. 

Sampai saat ini Sumail masih tetap konsisten dengan performanya sebagai seorang Mid Laner yang handal. Hal ini terbukti dalam riwayat pertandingan yang diikutinya sampai sekarang, tim EG selalu menempati posisi 3 besar dalam kompetisi-kompetisi di liga international dan bahkan tidak jarang menempati posisi pertama.

Sebagai orang pertama yang menempati rangking atas dalam sistem MMR (matcmaking ratio) di Dota 2, awal perjalanan Amer alias Miracle sebagai atlet E-Sport Internasional tergolong unik. Mengenal Dota 1 di usia 12 tahun, dan di usia yang tergolong muda tersebut ia langsung mencuri banyak perhatian dari para pemain di warnet tempat biasa ia nongkrong bersama kakaknya.

Pada masa itu Amer hanya dapat menggunakan 4 Hero sebagai Hero andalannya, namun salah satu Hero yang paling sering membuatnya menang adalah Shadow Fiend. Dan karena dianggap masih bocah oleh orang-orang warnet sana, ia pun kerap dijuluki sebagai "Miracle Boy". Sampai sekarang Amer tetap menggunakan nama tersebut sebagai nick namenya di Dota 2 demi mengenang masa lalu tersebut.

Ketika sistem MMR mulai diperkenalkan dalam permainan Dota 2, Amer yang awalnya hanya bermain Dota 2 sebagai sarana hiburan semata ternyata mulai menemukan tantangan ketika MMR miliknya melonjak semakin tinggi. Ia menjadi semakin serius dan berusaha untuk menjadi yang terbaik. Hasilnya ia pun berhasil mengejutkan dunia ketika rangkingnya berhasil menyalip Aliwi "W33" Omar sebagai pemilik MMR tertinggi saat itu.

Amer sendiri sudah menebak apabila ia terus mencapai rangking tertinggi dalam MMR tersebut ia yakin akan ada seseorang yang mengajaknya bergabung dalam tim besar di Dota 2 dan berharap bisa segera berkompetisi di liga yang lebih besar. Dan orang yang pertama kali membuka jalannya menjadi atlet E-Sport Internasional tersebut tak lain adalah Johan "N0tail" Sundstein sang kapten dari OGsekarang. 

Sewaktu masih bergabung dengan OG sendiri keberadaannya banyak dipertanyakan oleh publik karena biasanya seorang Pub Star hanya hebat dalam permainan solo. Namun di ajang kompetisi international pertamanya, yaitu Frankfurt Majort ia justru berhasil mematahkan pendapat publik tentang konotasi negatif mengenai dirinya dan menyabet juara pertama dari perhelatan akbar tersebut.     

Ana alias Anathan mengawali karir Dota 2 nya bersama dengan tim besar dari cina Invictus Gaming. Pemain yang terkenal dengan ciri khas permainannya yang cepat ini sempat mengalahkan banyak tim-tim besar sewaktu masih berada di tim lamanya tersebut. 

Namun sebagai pemain muda yang baru saja hijrah ke ajang profesional, keberadaan Ana sebagai Mid Lanerberbakat kurang berjalan mulus. Karena selain persaingan yang ketat dari para senior di Invictus Gaming, dirinya juga kerap memiliki masalah dengan manajemen tim. Dan tidak butuh waktu lama bagi Ana untuk segera berpindah haluan kepada OG sebagai rumahnya yang baru.

Memenangkan 2 kali Major di turnamen internasional Dota 2 (Boston dan Kiev), Ana selalu menyajikan pertandingan yang menarik dengan Hero Ember Spiritnya yang ciamik. Walau sempat vakum setelah menerima kekalahan di ajang The International 2017, Ana kembali bergabung dengan OG sekaligus menjawab kerinduan dari para fans dengan mengikuti ajang terbesar Dota 2 tahun ini, yaitu The International 2018.

Bukan hal yang mudah bagi Ana untuk turun kembali menuju kompetisi internasional, mengingat OG sudah kehilangan 2 pemain andalan mereka (S4 dan Fly), rasanya berat bagi dirinya untuk memberikan yang terbaik. Tapi melihat perjuangannya yang apik di laga TI 2018, rasanya wajar kalau Ana dinobatkan sebagai MVP yang bertanggung jawab atas kemenangan OG kemarin. Well done Ana!

Walau pendapatannya masih kalah jauh apabila dibandingan dengan 3 pemain di atas, Roman dan kawan-kawan merupakan tim yang selalu diandalkan untuk menang di ajang-ajang besar kompetisi Dota 2. Kalau kamu masih ingat di TI 2017 lalu seandainya mereka tidak kalah di sewaktu berhadapan dengan Liquid kemungkinan besar mungkin mereka lah yang akan memenangkan ajang bergengsi tahunan tersebut.