shahrani2019Avatar border
TS
shahrani2019
Mengapa Gempa Terus Terjadi di Indonesia? Tsunami Terjang Indonesia Sejak thn 416
Mengapa gempa terus terjadi di Indonesia?
BBC Indonesia - 7 Agustus 2018


Image captionPatahan aktif di utara Bali, Lombok, NTB, NTT dan Sumbawa adalah satu dari ratusan yang ada di Indonesia.

Gempa yang mengguncang Lombok membuat masyarakat kembali bertanya-tanya seberapa besar potensi bencana alam ini terjadi di Indonesia?

Apalagi jika melihat ke belakang, utamanya mengaca pada kejadian gempa yang menyebabkan tsunami di Aceh pada tahun 2004 ataupun di Padang pada tahun 2009.

Para ahli mengatakan, apabila dilihat secara geologi, baik dari lempengan dan patahan yang ada, gempa memang sudah pasti akan terjadi di Indonesia.

"Wilayah Indonesia itu sangat berpotensi terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik.

"Dari tumbukan ini terimplikasi adanya sekitar enam tumbukan lempeng aktif yang berpotensi memicu terjadinya gempa kuat," kata Dr Daryono kepala bidang informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif atau sesar aktif. Ada lebih dari 200 yang sudah terpetakan dengan baik dan masih banyak yang belum terpetakan sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia itu dalam sehari itu lebih dari 10 gempa yang terjadi," Daryono menambahkan.

Sejumlah patahan aktif tersebut adalah patahan besar Sumatra yang membelah Aceh sampai Lampung, sesar aktif di Jawa, Lembang, Jogjakarta, di utara Bali, Lombok, NTB, NTT, Sumbawa, di Sulawesi, Sorong, Memberamo, disamping di Kalimantan.

Posisi Indonesia dikenal berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah 'tapal kuda' sepanjang 40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

"Mungkin kalau kita melihat ke dunia, itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain. Jepang, misalnya merah juga, Filipina saya pikir merah juga. California itu merah juga karena disitu ada zona San Andreas Fault yang besar dan bergerak sangat cepat," kata Danny Hilman Natawidjaja, peneliti utama bagian geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Perbandingan Indonesia dengan bagian lain dunia dilakukan dengan menggunakan global seismic hazard atau bahaya seismik global, Danny menjelaskan.

"Zonasi seismic hazard itu sudah, yang dia representasikan adalah potensi guncangan gempanya, yang direpresentasikan dengan nilai percepatan gravitasi, G, makin tinggi yah makin banyak guncangannya.

"Nilai G lebih dari 5 menjadi merah. Nilai 3 dengan 5, kuning. Yang ada di bawahnya hijau biru dan sebagainya. Itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain," Danny menambahkan.


Gempa Aceh berkekuatan 6,5 pada skala Richter yang mengguncang tiga kabupaten pada 7 Desember 2016.

Korban manusia dan infrastuktur

Gempa di Lombok yang terjadi hari Minggu (05/08) telah menyebabkan banyak korban meninggal disamping ribuan orang harus mengungsi. Sementara gempa Aceh 2004 yang berkekuatan 9,3 pada skala Richter, menyebabkan 180 ribu orang meninggal dengan kerugian Rp45 triliun.

Jadi apakah kerugian, termasuk kerugian material seperti rumah, jalan, jembatan dsb, akan terus terjadi mengingat tingginya potensi terjadinya gempa di Indonesia?

"Masyarakat kita akan terus menjadi korban setiap terjadinya gempa karena kita juga tidak melihat langkah-langkah konkrit yang benar-benar, semacam juklak bagaimana membangun bangunan tahan gempa itu diedukasikan secara masif sehingga masyarakat kita benar-benar memahami dan kemudian mindset itu berubah," kata Dr Daryono.

Sementara kepadatan penduduk dan bangunan di Jawa dan Sumatra dibandingkan di bagian timur, menyebabkan lebih besar kemungkinan risiko korban dan kerusakan.

"Kalau kita lihat dari potensi hazard-nya, bahayanya, Indonesia timur itu dua kali lipat potensinya dibandingkan dengan wilayah barat, tetapi yang nama risiko itu kan juga mempertimbangkan keberadaan populasi dan infrasturktur. Untuk saat ini infrastruktur dan populasi kebanyakan di Jawa dan Sumatra, daerah Papua dan Maluku kan masih sedikit," kata ahli geologi LIPI, Danny Hilman.


Hak atas fotoAFP/ADEK BERRYImage captionApakah masyarakat sudah diberikan informasi yang cukup tentang gempa?

Seharusnya bisa diantisipasi

Mengingat besarnya potensi dan risiko gempa di Indonesia dan telah panjang catatan sejarahnya, bukankah langkah pencegahan seharusnya sudah diambil?

Pemerintah mengatakan berbagai cara untuk mengantisipasi bencana alam ini telah dilakukan, termasuk dengan menggunakan teknologi tinggi.

"Sistem monitoring gempa bumi, sistem processing dan diseminasi penyebaran itu sudah sangat bagus, menggunakan teknologi yang. Dalam waktu kurang dari tiga menit itu sudah bisa mendapatkan informasi parameter gempa. Waktu gempa, kekuatan, kedalaman dan lokasinya. Kita juga bisa mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan cepat," kata Daryono dari BMKG.

Tahun 2017, Indonesia telah merevisi peta seismic hazard dimana seluruh wilayah sudah dizonasi dan dikuantifikasi terkait seberapa besar potensi guncangan seismiknya.

"Berdasarkan peta itu seorang ahli sipil bisa mendisain struktur tahan gempa yang cocok untuk seluruh wilayah di Indonesia. Kalau semua orang, semua bangunan mengikuti, mematuhi peraturan yang ada, saya pikir nggak ada masalah kapan ada gempa terjadi karena yang paling berbahaya waktu gempa itu bukan gempanya tetapi bangunan yang roboh," kata Danny Hilman Natawidjaja dari LIPI.

Jadi mengapa masyarakat tetap menjadi korban setiap terjadi gempa, dengan adanya berbagai hal seperti teknologi tinggi dan kesiapan zonasi?

"Masih jauh urusan awareness, urusan pemahaman. Mereka belum siap. Kenapa mereka belum siap? Mereka tidak tahu informasinya. Sangat sedikit masyarakat dari kami yang tahu. Tahu tentang itu wilayah gempa atau tahu disitu ada ancaman gempa, itu sangat sedikit.

"Mereka juga tidak tahu bagaimana cara untuk menanggulangi kalau itu terjadi," kata Hening Parlan dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Bencana, Aisyiyah yang telah mengamati topik keberdayaan masyarakat dalam mengatasi bencana alam, seperti gempa selama 20 tahun.

SOURCE: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-4508687

Tsunami sudah menerjang Indonesia sejak tahun 416
7 Oktober 2018


Puluhan ribu rumah rusak akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah

Gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Jumat (28/9) lalu, termasuk dalam rangkaian bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak tahun 416.

Tsunami terakhir di Sulawesi Tengah itu dipicu gempa bumi akibat bergeraknya patahan Palu Koro.

Badan sains Amerika Serikat, National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) mencatat, bahwa ada 246 kejadian tsunami, sejak tahun 416 hingga 2018 di Indonesia.

Kawasan selatan Jawa menyimpan sejarah tsunami sejak berabad lampau, menurut pakar paleotsunami, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI, Eko Yulianto.

Dalam risetnya di Lebak, Banten, deposit yang diduga bekas tempat terjadinya tsunami menunjukkan usia 331 tahun dan 293 tahun, atau tsunami terjadi pada 1685 dan 1723.

"Dengan angka toleransi 24 tahun, deposit itu diperkirakan berasal dari gempa yang memicu tsunami pada 5 januari 1699, yang tercatat dalam katalog Wichman," tambah Eko.


Di kawasan selatan Jawa hingga hingga Bali terdapat lapisan sedimen yang diduga bekas tsunami dari waktu yang berbeda. Semuanya bermuara dengan interval perulangan setiap 675 tahun.

Peristiwa itu tercatat dalam katalog berjudul Arthur Wichmann's Die Erdbeben Des Indischen Archipels, atau Gempa Bumi di Kepulauan Hindia Belanda, yang mengumpulkan cerita 61 gempa bumi dan 36 tsunami di Indonesia antara tahun 1538 hingga 1877.


Sepenggal Katalog Wichmaan, mencatat kejadian gempa bumi pada 1699

Pada 5 Januari 1699, gempa bumi besar terjadi di Jawa barat, sebagian wilayah barat dan selatan Sumatera.

Akibatnya, longsor di bagian utara Gunung Gede dan Gunung Salak, hingga longsoran menyebabkan banjir besar. Sementara di Jakarta, lumpur dan kayu mengalir lewat Sungai Ciliwung.

Itulah sepenggal catatan bencana yang terjadi berabad lampau, namun tidak ada penjelasan tentang tsunami.
Dugaan itu muncul saat Eko Yulianto memulai risetnya pada 2006 hingga sekarang.


Deposit yang ditemukan di Kulon Progo

"Jejak Geologi digunakan bukan untuk mengetahui seberapa jauh tsunami menerjang daratan, atau seberapa tinggi gelombangnya, itu sulit, namun data ini membantu tim modelling tsunami," kata Eko.



Indonesia memiliki 18.000 skenario tsunami, kata Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

Dari tsunami yang pernah terjadi, 90% diakibatkan gempa yang terjadi di laut.

"Laut sama halnya dengan daratan, dasar laut itu tak rata, besarnya gelombang dan kedalaman tertentu bisa mempengaruhi tsunami," kata peneliti Geofisika Kelautan, P2O, LIPI, Nugroho Dwi Hananto.

Nugroho menambahkan bahwa kecenderungan gelombang itu bisa mengakibatkan deformasi di bawah permukaan laut.

Tsunami dengan gelombang terbesar di Indonesia pada 1930

Dalam catatan badan sains Amerika, NOAA, tsunami yang tercatat pertama kali pada tahun 416, terjadi di sekitar Laut Jawa.

Kemudian pada 1608 hingga 1690 tsunami terjadi selama 13 kali, terdapat lebih dari 2000 korban meninggal, yang tercatat pada tsunami di sekitar laut Banda pada 1674. dengan ketinggian gelombang hingga 100 meter, termasuk salah satu tsunami yang paling tinggi yang pernah terjadi di Indonesia.

Tsunami juga merenggut 1200 korban jiwa di Bali pada 1815, dengan skala gempa saat itu berkekuatan 7,0 pada skala Richter.
Erupsi Gunung Krakatau yang akhirnya menyebabkan tsunami menyebabkan setidaknya lebih dari 30.000 orang meninggal pada 1883, dengan ketinggian gelombang sampai 41 meter.


Gunung Anak Krakatau terbentuk 40 tahun setelah erupsi Gunung Krakatau 1883.

Tsunami selanjutnya yang disebabkan oleh erupsi Gunung Krakatau terjadi pada 1930, menurut data NOAA, dengan ketinggian gelombang mencapai 500 meter, tsunami tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia, data tentang korban jiwa tidak tercatat.
Tsunami yang terjadi pada abad ke-20

Catatan tsunami sejak 1992 hingga 2018 sebanyak 37 kali.

Tsunami di Flores dengan skala magnitudo 7,8 pada desember 1992 menewaskan 1169 jiwa, ketinggian gelombang kala itu mencapai 26 meter. Rentetan tsunami terus terjadi sejak 1994 hingga yang paling besar pada 2004.

Tsunami Aceh, dan sebagian wilayah pesisir barat Sumatera, mengakibatkan korban jiwa sekitar 120.000 dari lebih 230.000 di sejumlah negara di seputar Samudra Hindia. Tinggi gelombang yang tercatat sampai 50 meter.


Foto Aceh dari udara setelah tsunami menerjang daratan

Pada 2018, tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, ketinggian gelombang yang tercatat di pusat data NOAA mencapai 11 meter, dengan korban jiwa lebih dari 1.500 orang dan sekitar 1.000 kemungkinan terkubur sampai Jumat (05/10).


Tsunami di Palu, Sulawesi Tengah

Tidak semua tsunami dengan gelombang tinggi

Pada 2014, tsunami juga terjadi di Kepulauan Maluku, ketinggian gelombang antara 0,3 meter sampai sekitar satu meter dipicu gempa bumi berkekuatan dengan kekuatan 7,1 pada skala Richter.
Pada 2016, di pesisir barat Sumatera, tsunami dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 7,8, kedua tsunami itu tidak menyebabkan korban jiwa, maupun kerugian material.
SOURCE:
https://www.bbc.com/indonesia/indone...[/font][/font]

----------------------------------

Negeri diatas tungku api Dunia ... yaa INDONESIA itulah!




 
Hidup di INDONESIA itu, asal tahu saja, ancaman kematian itu bukan saja akibat terkena dampak daripada  kejadian bencana alamnya yang  sangat tinggi (gempa bumi tektonik, gunung meletus, banjir tahunan, tanah longsor, angin puting beliung dam tsunami), tapi juga ancaman-ancaman kehidupan kemanusiaan lainnya, seperti penyakit tropis yang menular: Malaria, Influueza, Demam berdarah, Diptheri, Tetanus, Anthrax dan penyakit lainnya. Di masa lalu adalah kemiskinan dan kelaparan akibat kegagalan panen. Ancaman nyawa yang juga cukup signifikan dalam satu dekade belakangan ini,  datang dari narkoba yang membunuh ribuan orang setiap tahunnya.

Dan juga ancaman perang atau kerusuhan sosial yang mengorbankan jumlah nyawa yang cukup masiv seperti zaman perang sebelum merebut kemerdekaan melawan Belanda seperti Perang Mataram hingga Perang Aceh, Perang kemerdekaan di tahun 1945, atau perang sodara 1965, serta peristiwa tragis pembantaian sesama anak bangsa seperti peristiwa di Sampit dan Ambon dan tragedi 1998.

Juga ancaman ilmu Sihir atau Santet karena sebagian penduduknya masih menyukai menggunakan ilmu sihir untuk tujuan duniawinya. 




emoticon-No Hope
Diubah oleh kaskus.infoforum 08-10-2018 04:24
0
10K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.