• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Pentingkah Rating Film Untuk Menilai Kualitas Film? Ternyata Ini Sisi Gelapnya Rating

claymiteAvatar border
TS
claymite
Pentingkah Rating Film Untuk Menilai Kualitas Film? Ternyata Ini Sisi Gelapnya Rating




Apakah penting sebuah rating untuk menilai kualitas film?

Pertanyaan itu terkadang menganggu ane. Banyak orang yang menilai jelek dan bagusnya suatu film melalui sebuah rating. Bahkan, terkadang melihat rating terlebih dahulu sudah menjadi hal yang lumrah bagi mayoritas masyarakat. Rating, dan rating lagi yang dibahas. Lalu apakah rating itu penting ? Apakah penilaian objektif suatu film adalah melalui rating ?



Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita bahas tiga situs peratingan suatu film yang paling terkenal dan selalu menjadi tolak-ukur bagi masyarakat untuk mengetahui kualitas suatu film. Tiga situs tersebut yaitu IMDb, Rotten Tommatoes,dan Metacritic.




IMDb



Pertama, kita bakal membahas terlebih dahulu cara kerja sistem rating di situs rating paling terkenal di dunia, yaitu IMDb. IMDb memiliki sistem rating berdasarkan rata-rata voting yang diberikan penonton / reviewer. Jadi, dari ribuan bahkan jutaan reviewer yang ada di seluruh dunia bisa memberikan voting sendiri buat IMDb, termasuk kita juga bisa memberikan voting sesuka hati buat suatu film. Jadi, jika rating di IMDb tersebut 8.0, maka itulah nilai rata-rata yang diberikan penonton / reviewer.


Rotten Tommatoes



Selanjutnya, mari kita bahas cara kerja sistem rating milik perusahaan Flixster yang memiliki sistem rating yang unik (memberi nilai berdasarkan tomat busuk dan tomat segar). Rotten Tommatoes memberikan rating berdasarkan jumlah kritikus Rotten Tommatoes yang menyukai film tersebut. Jadi, jika rating di RT adalah 60% misalkan, berarti ada 60 kritikus dari 100 kritikus yang menyukai film tersebut, mengerti sampai disini ?


Metacritic



Terakhir, ada Metacritic. Sebetulnya, Metacritic dan Rotten Tommatoes memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memberi rating berdasarkan kritikus. Tapi, jika Rotten Tommatoes memberikan sistem rating berdasarkan jumlah kritikus yang menyukai, maka sistem rating Metacritic itu hanya berdasarkan nilai skor yang diberikan rata-rata kritikus. Jadi, jika rating di Metascore adalah 6.6 misalnya, berarti rata-rata kritikus memberikan nilai segitu.



Nah, sudah dijelaskan cara kerja sistem peratingan sebuah film di tiga situs ternama, lalu pertanyaannya :

Apakah Rating itu bisa menjadi tolak-ukur bagusnya suatu film ?

Dengan tegas, ane bakal berkata "Tidak!".
Rating tidak bisa menjadi tolak-ukur dalam menilai suatu film. Rating itu seperti "aib" tersendiri bagi para kreator film, bagi para filmmaker, hal ini sendiri ditegaskan oleh sutradara film ternama Martin Scorcese.







Martin Scorcese dengan tegas mengatakan bahwa Rotten Tomatoes is not real film criticism. Dia menghujat salah satu situs rating ternama, yaitu Rotten Tomatoes yang dianggapnya bukan merupakan kritikus asli yang benar-benar menilai film. Inget loh, itu Martin Scorcese bro, sutradara film ternama macem Shutter Island dan The Aviator. Dia bukan anak kemaren sore lagi di dunia perfilman, dia lebih tahu seluk-beluk perfilman dibanding kita. Doi berani buka suara dan membuka tabir gelap peratingan film.

Mengapa Scorcese berani mengambil tindakan dan membuka tabir gelap sebuah rating untuk film ? Karena Scorcese takut! Ya, dia takut jika suatu saat nanti beberapa tahun ke depan rating menjadi tolak-ukur sebelum menonton film. Dia takut jika generasi millenial lebih memilih melihat rating sebelum menonton film yang membuat value dalam sebuah film itu sendiri hilang. Rating itu seperti penggiringan opini untuk menilai bagus tidaknya suatu film. Jadi, jika kita melihat rating film jelek terlebih dahulu, maka alam bawah sadar kita bakal berpikir bahwa film itu jelek, begitupun sebaliknya.



Clip from 'The Revenant'

Padahal, film itu tentang seni. Yes, it's all about art. Film adalah seni, layaknya musik dan lukisan. Gak ada penjelasan fixed mengenai "film yang bagus" dan "film yang jelek". Semuanya punya seleranya masing-masing. Belum tentu film yang ratingnya jelek bakalan kita benci, malahan terkadang kita menyukai film yang ratingnya jelek, dan belum tentu film yang ratingnya bagus bakal kita sukai.

Sekali lagi, film itu tentang selera, tentang seni, dan Scorcese takut jika nilai seni dalam film tersebut beberapa tahun kedepan bakalan hilang dikarenakan "rating". Semua itu tentang selera, bisa jadi film yang selama ini kalian anggap dewa ternyata kacrut di hadapan pecinta film lainnya ? Sebaliknya, film yang kalian anggap kacrut ternyata punya sisi yang mengunggah di hadapan pecinta film lainnya. Banyak kasus tentang peratingan film, bukan hanya berlaku buat Rotten Tomatoes saja yang sudah keliatan "busuk"-nya, IMDb pun pernah punya kasus dimana die-hard film The Dark Knight melakukan voting 1/10 untuk film The Godfather selama berulang-ulang agar film The Dark Knight menjadi film terbaik ke-2 berdasarkan rating mengkudeta The Godfather.



Clip from 'Moonlight'

Lalu, apa yang salah ? Yang salah adalah jika kalian terlalu "memaksakan" menonton film bukan pada selera. Inget ya, kata-kata memaksakan pakai tanda kutip, dan "memaksakan" sama rela mengapresiasi itu dua hal yang berbeda loh. Makanya banyak orang yang menganggap suatu film tersebut jelek hanya karena film tersebut tidak sesuai pada seleranya. Ada juga orang yang fanatik terhadap suatu genre film, yang membuatnya menganggap "sampah" genre film lainnya. Dia tidak mau menengok "kebenaran" di luar film lainnya. Dia fundamentalis terhadap genre film tertentu. Ada juga yang seperti itu.

Jadi yang fanatik horor ala Insidious pasti bakalan mumet kalo disuruh nonton Sixth Sense. Yang fundamentalis Twillight Saga yaa jangan nonton The Raid. Yang suka Tree of Life bakalan mencret kalo disuruh nonton CJR The Movie. Yang suka nonton film Superhero popcorn movie such as Infinity War, Civil War, Thor Ragnarok mungkin bakal sembelit kalo disuruh nonton Watchmen, Batman v Superman atau Man of Steel.



Clip from 'Tree of Life'

Ada juga orang yang pluralis dalam menonton film. Ia kuat menyukai film "berat" macem 12 Monkeys, tapi juga bisa nonton film blockbuster macem Final Destination. Dia ngerti film Bourne tapi gak menganggap kacrut film Machete. Dia ngerti film sci-fi njelimet macem Arrival dan Prometheus, tapi dia juga gak pernah absen untuk menonton film sci-fi ringan macem Gravity atau Star Trek.

Tidak ada urusan yang bagus dan yang jelek, film itu seni, film itu tentang selera karena film adalah seni, dan seni tergantung selera. Mau terhibur? Tercerahkan? Mendapatkan wacana baru? Memberikan sudut pandang baru? Mendapat referensi baru? Terserah kalian, because you have your own taste.



Clip from 'Sicario : Day of The Soldado'

Sekali lagi, film itu tentang seni, tiap orang punya cara masing-masing untuk menilainya. Kasian lho para filmmaker selalu dihujat karna masalah rating yang jelek, dan penonton secara tidak sadar membuat semacam sugesti bahwa itu film jelek karna melihat ratingnya. Jadi inget kata-kata Joko Anwar yang berbunyi :

"Kenapa kita para filmmaker suka film bagus, ngerti film bagus, bangga nonton film bagus, tapi kalo bikin film selalu jelek ?"

Jangan sampai nilai seni dalam sebuah film itu hilang karna rating. Jangan sampai ada sutradara yang menghilangkan identitasnya karna tuntutan sebuah rating dan selera penonton. Jangan sampai ada "Taylor Swift" yang baru, yang dari musik country lalu terjun ke musik pop dikarenakan tuntutan selera. Tidak ada seni yang mutlak bagus dan mutlak bagus, penilaian seni itu relatif dan subyektif. Jika kita suka musik country nya Grace Vanderwall, apa kita bakal suka musik edm nya Martin Garrix? Begitupun juga dengan film, apakah jika kita suka film Watchmen, apakah kita juga bakalan suka dengan film Infinity War ? Semuanya itu relatif.







emoticon-Rate 5 Staremoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Rate 5 Star

Design, Illustration and Written by claymite

0
20.7K
185
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.