Video porno, tak hanya menjadi persoalan orang dewasa untuk saat ini. Dampak negatif dari hal ini , kini sudah merambah kepada dunia anak yang belum dewasa. Ibarat berada dalam semak belukar liar, anak dalam masa pertumbuhan kini menjadi sasaran mangsa dunia pornografi.

Berita seputar video porno dan anak dibawah umur dalam beberapa waktu ini wara wiri kita temui dalam informasi yang terbaca setiap hari. Anak dibawah umur, dalam hal kasus porno dan kekerasan seksual dalam beberapa berita, ada yang jadi korban dan ada pula yang jadi pelaku.

Problem masalah serupa ini, yang sangat dikhawatirkan akan menimbulkan dampak buruk bagi generasi kita mendatang. Karena mereka yang kini balita, mereka yang kini dibawah 18 tahun, puluhan tahun kedepannya dan selanjutnya adalah penerus apa yang di cita cita kan kita. Termasuk dalam hal cita cita negara dan bangsa.

Kasus video anak kecil vs wanita dewasa awal tahun ini, sudah menggemparkan kita semua. Mirisnya pelaku yang masih di bawah usia kedewasaan menurut aturan undang-undang, menjadi pemeran video, atas pengetahuan dan suruhan orang tuanya, hanya atas dasar imbalan rupiah yang tak seberapa nilainya.

Nilai imbalan yang di beritakan itu, sungguh jauh dari pada dampak buruk bagi anak tersebut dan juga bagi keluarga nya. Bila saja mau dipikirkan lebih panjang secara jernih. Namun semua sudah terjadi. Belum ada yang menemukan mesin waktu untuk kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi. Hal yang bisa di lakukan adalah upaya semua dari kita agar kejadian serupa tak terulang terutama terjadi di keluarga dan orang orang lingkaran terdekat kita.

Belumlah putus hukuman untuk pelaku di beritakan berapa yang di terima. Berapa ganjaran hukuman bagi para pihak yang terlibat, kita di hebohkan pula dengan video balita yang sedang menonton adegan dewasa di tengah tempat umum. Si perekam sayangnya tidak menyamarkan wajah pelaku. Kejadian yang seharusnya menjadi kewajiban pihak yang berwajib untuk menilainya dan menanganinya berubah menjadi konsumsi publik di ranah sosial media.

Klik upload, banjir like dan share, seakan seperti sembako bagi kebutuhan masyarakat sosial media kekinian. Seringkali kitapun turut meramaikan dengan tanpa sengaja dan ikut ikutan.


Kemajuan teknologi dan informasi serta ragam barang elektronik yang terjangkau semua kalangan seringkali menimbulkan dampak negatif. Bukanlah salah teknologi yang maju dan bukan pula itu dosa kemajuan jaman, semua ini terjadi akibat kita yang tak paham harusnya bagaimana memanfaatkan kemajuan jaman.

Pada Smartphone, Android contohnya, google sudah menyediakan fitur parental control. Sayangnya, ada saja di antara kita, yang belum begitu paham bagaimana mengaktifkan fitur tersebut.

Pada mesin pencarian pun ada yang namanya fitur safe mode atau sistem pencarian aman. Fitur ini akan membuang konten yang di tandai sebagai sesuatu yang tak pantas di konsumsi umum oleh pengguna lainnya. Dan fitur ini sebaiknya selalu di aktifkan, bila kemungkinan besar perangkat komunikasi yang kita pakai untuk digunakan dalam mengakses dunia online, bisa di jangkau anak anak.

Selain mengaktifkan fitur aman sebagai pencegahan perlu rasanya kita ingatkan sekali lagi, terutama untuk kita sendiri dan keluarga, untuk tidak menyimpan gambar dan video atau material yang tak layak di lihat anak pada smartphone kita. Karena sewaktu waktu bisa saja kita lengah dan ketika kelengahan kita itu terjadi, itu bisa menjadi awal malapetaka mental bagi anak kita.

Hadirnya komputer pintar dan telepon pintar yang terus berkembang semakin maju, mau tidak mau, harus kita imbangi dengan kewaspadaan kita terhadap dampaknya. Selain itu, kebijakan kita terhadap penggunaan berbagai fasilitas yang ada juga harus di tingkatkan. Apalagi di era sosial media terkini. Rasanya tak perlu kita terhanyut ikut dalam trending ketik komentar, like dan bagikan.

Sekian sambutan awal dalam thread kali ini, semoga para pembaca yang budiman bisa memberikan masukan, kritik dan saran soal perlindungan anak terhadap kemajuan teknologi komunikasi. Khususnya untuk persoalan pornografi yang mengincar anak. Persoalan ini bukan hanya terjadi di negara kita. Banyak kasus yang beritanya masih bisa kita baca terjadi di luar negara kita.

Jika dahulu sewaktu kita kecil, buta tulis dan baca menjadi kekhawatiran dunia, kini buta teknologi dan tak bijak memanfaatkannya sedang menghantui dunia
:terimakasih
Sekian dulu dan terima kasih