Masya Allah, berita hari ini kita dikejutkan dengan tiga orang yang malang melintang di dunia politik yang penuh dengan intrik bertemu sapa layaknya seorang saudara, mungkin banyak yang meradang atau senang dengan pertemuan mereka.

Tapi pertemuan ini menandakan seorang Habib Rizieq baik-baik saja di tanah seberang, tubuhnya yang tambun tak terlihat kurus karena di hujat sana sini oleh masyarakat negeri ini, bahkan pak tua sang calon presiden ketika di tikung gusdur di tahun 98 pun tampak bersemangat bersama sang mantan mantu Suharto yang mempunyai karir cemerlang ketika menjadi Jendral. Bahkan ayahnya di PRRI menjadi tokoh penting untuk memberontak kepada Sukarno.



Terlihat pertemuan tiga bintang panas yang siap menggoyang negeri ini di tahun 2019 bukan isapan jempol belaka, setidaknya silaturahmi ini menampilkan tetap kokohnya pertemuan anak bangsa ini di tanah seberang.

Dari pertemuan ini 2019 akankah peta perpolitikan Indonesia akan gonjang ganjing, walau menurut sumber tak ada pembahasan masalah politik namun rasanya tak mungkin, walau beribadah umroh di Makkah terlihat mata-mata penuh dengan semangat untuk membangun negeri ini sangat terasa. Bahkan ketika bertemu Habib Rizieq senyum dan tawa penuh keikhlasan agar bisa menjadi oposisi yang konsisten jelas terasa.



Tak hanya bertemu dengan petinggi dan panutan kedua tokoh partai PAN dan Gerindra sang Habib pun memperlihatkan silaturahmi kepada petinggi PKS di Makkah tempatnya bernaung. Sudah bukan hal yang aneh oposisi ini tetap konsisten untuk mengkritik pemerintah, hingga sang Presiden pun kasak kusuk untuk blusukkan ke banyak para ulama. Hingga terbitlah nama sertifikasi Ulama sebanyak 200 nama, terjadilah kembali goro-goro para atlet politik sibuk untuk menggoreng wacana ulama tersebut, padahal siapa yang menamakan orang tersebut ulama juga tidak tahu. Jabatan ulama memang abstrak siapapun bisa menjadi ulama, asal punya jamaah yang banyak lalu besepakat mengatakan mereka ulama. Jabatan yang kini harus disertifikasi jadi terasa lucu, bahkan sang Habib pun takut untuk pulang dan merasakan panasnya menjadi tahanan politik karena berkas yang ada di kepolisian siap untuk disidangkan.



Aroma politik memang menarik siapa yang benar dan salah memang tidak ada, semua tergantung lobi para elite namun ketika agama ditarik-tarik untuk perut para elite rasanya sebagai wong cilik hanya bisa terdiam. Toh mereka yang berkuasa, mereka yang punya duit dan mereka yang jadi dalang sekaligus wayangnya, wong cilik lebih baik diam jangan ikutan jadi panas, para elite ini pintar sekali berkamuflasi besok di pihak oposisi lusa sudah di pihak incumbent hal itu sudah biasa, lebih baik kita menikmati saja aksi mereka dengan menghirup secangkir kopi, monggo serupuutt dolo gan...



c4punk@2018

Referensi tulisan dari

http://m.republika.co.id/berita/nasi...zieq-di-makkah