Baru-baru ini sepakbola Indonesia kembali membuat berita besar, lagi-lagi bukan soal prestasi, kali ini tentang kericuhan dalam sebuah pertandingan.

Pertandingan Arema FC vs Persib Bandung pada Minggu 15 April harus dihentikkan sebelum waktu pertandingan sepenuhnya habis. Hal ini disebabkan oleh para suporter tuan rumah yang memasuki lapangan pertandigan ketika pertandingan masih berlangsung.

Situasi ini menyebabkan keadaan di lapangan menjadi kacau, para pemain berlarian untuk menyelamatkan diri sedangkan para pihak keamanan terlihat kewalahan karena tidak mampu membendung para suporter yang berhasil masuk ke dalam lapangan dan memberikan teror bagi para pemain khususnya para pemain Persib yang merupakan tamu pada pertandingan tersebut.

Kericuhan di Kanjuruhan, Malang tesebut memakan banyak korban, dikabarkan ratusan orang harus dilarikan ke rumah sakit. Kebanyakan dari korban tersebut adalah wanita. Selain itu, dari tayangan di Televisi terlihat bahwa pelatih Persib Mario Gomez mengalami luka di kepala hingga berdarah.

Menurut saya ada 5 faktor utama yang menyebabkan suatu pertandingan dapat ricuh seperti ini:

1. Suporter yang tidak “dewasa” dan Provokator
Seorang suporter seharusnya dapat mendukung tim kesayangannya bukan malah merugikan tim yang dibela. Sudah saatnya suporter kita untuk lebih dewasa dan dapat mengendalikan diri bila mengalami kekecewaan. Meluapkan kekecewaan dengan membuat orang lain terluka tentu salah besar. Selain itu, sebenarnya terkadang hanya segelintir orang yang menginginkan untuk membuat ricuh suatu pertandingan. Segelintir orang ini lah yang berhasil mengajak suporter lainnya untuk ikut bagian dalam kericuhan, sehingga kericuhan yang terjadi semakin besar dan sulit dikendalikan.

2. Wasit
Kepemimpinan wasit yang kontroversial sangat dapat memicu kericuhan, baik itu antar pemain maupun dengan para suporter. Maka dari itu kualitas wasit memang harus sangat baik untuk menghindari hal-hal berbau kontroversial. Tidak boleh ada wasit yang ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan tidak boleh seorang wasit dipengaruhi oleh pemain dilapangan, karena hal ini dapat memicu kontroversi.

3. Pemain
Terkadang yang membuat sebuah pertandingan ricuh dapat berasal dari para pemain yang tidak dapat mengendalikan emosi. Protes yang berlebihan, tekel yang terlalu keras, atau pun saling provokasi antar pemain dapat memicu kericuhan yang bisa saja merembet sampai ke official pertandingan bahkan penonton. Para pemain ini pun harus lebih dewasa untuk dapat mengendalikan emosi mereka di dalam sebuah pertandingan.

4. Aparat Keamanan
Ketika keaman di dalam lapangan sangat ketat maka kemungkinan untuk para suporter untuk membuat ricuh semakin kecil. Karena tentu para pembuat ricuh ini akan berpikir dua kali sebelum beraksi. Maka dari itu kekuatan dan jumah personil aparat keamanan sangat penting, khusunya dalam pertandingan-pertandingan besar.

5. Penonton ilegal
Kita sering melihat penonton sepakbola di Indonesia yang sampai membludak di pinggir lapangan atau mungkin anda pernah melihat berita tentang pemasukkan uang dari penjualan tiket sangat kecil walaupun stadion selalu penuh. Hal ini disebabkan oleh penonton yang masuk secara ilegal. Saya pernah menonton pertandingan antara Persib vs Persija di Jalak Harupat dimana saat itu saya yang memiliki tiket akan tetapi kesulitan untuk masuk ke dalam stadion. Saat itu stadiun sudah penuh sesak dipenuhi penonton yang masuk tanpa tiket. Antrian saat itu pun sangat amburadul, tidak ada pemeriksaan tiket, jadi bila kalian ikut antri saja niscaya kalian bisa masuk ke dalam stadion, Ajaib.