jonioktoraAvatar border
TS
jonioktora
Film Bollywood, Memang Kenapa?


Wabah film India dengan kekhasan ada lagu dan tarian sempat digunakan di beberapa film Indonesia era 70--80-an, terutama yang menghadirkan Raja Dangdut Rhoma Irama sebagai pemeran utamanya.

KALA itu, Bollywood pernah begitu berjaya di bioskop Tanah Air. Dulu nama-nama seperti Sri Devi, Amitabh Bachan, dan beberapa aktor dan artis India menjadi idola.
Memasuki era tahun 90-an, ketika mulai muncul jaringan Bioskop 21 dan sekelasnya, film India mulai tersingkir. Film India bersama dengan film Indonesia yang ketika itu mulai dibanjiri tema-tema seks, hanya mampu tembus di bioskop-bioskop pinggiran kota. Bioskop-bioskop kelas atas hanya memajang film-film Hollywood yang memang merajai pasar saat itu.

Namun, semua berubah tahun 2002 saat film India, Kuch-kuch Hota Hai yang dibintangi Sharukh Khan, Kajol Devgan, dan Rani Mukherji berhasil menembus Bioskop 21. Film yang berkisah tentang cinta sejati yang bermuara pada cinta segitiga dan persahabatan ini sempat menjadi buah bibir tidak hanya di kalangan penggemar film India, tetapi juga kalangan mahasiswa yang tinggal di daerah perkotaan.

Setelah itu, belum ada lagi film India yang bisa menjadi buah bibir atau paling tidak mampu tembus ke bioskop papan atas. Meskipun banyak juga film India yang berkualitas lainnya. Salah satunya pernah tembus dalam nominasi film berbahasa asing terbaik pada ajang Academy Award 2002, Lagaan: Once Upon a Time in India yang diperankan Aamir Khan.
Film Devdas yang diperankan Shahruh Khan mencoba mengikuti jejak Lagaan. Tapi belum juga mampu berbicara banyak di ajang Oscar. Meski sukses di India, di Indonesia keduanya tidak begitu bergaung seperti Kuch-kuch Hota Hai.

Dan puncak film India setelah Ghandi yang berjaya di Oscar 1982, mampu diraih Slumdog Millionaire yang mampu meraih 8 piala di ajang Academy Award 2009. Meskipun film ini bukan besutan sutradara India karena disutradarai sineas Inggris, Daniel Boyle, setting cerita, kisah, dan pemainnya menghadirkan para pemain India. Meskipun diprotes sineas India sendiri karena dianggap menggambarkan sisi kelam sudut India, mendapatkan sukses juga secara komersial di penjuru dunia, juga di Indonesia.

Saat ini, ada dua film India baru yang sangat menjadi buah bibir bagi sebagian besar anak muda di Indonesia, terutama di kota-kota besar yakni film 3 Idiot dan My Name is Khan. Keduanya bisa dikatakan sangat fenomenal karena tidak hanya sukses di India, tetapi juga di luar India. Bahkan secara kualitas dan komersil keduanya sama-sama imbang.

Film 3 Idiot's yang disutradarai Rajkumar Hirani ini mengisahkan tentang tiga mahasiswa teknik Imperial College of Engineering, yang bersahabat sejak awal perkuliahan mereka yakni Rancho (Aamir Khan), Farhan (R. Madhavan), dan Raju (Sharman Joshi). Awal adegannya sendiri mengisahkan cerita 10 tahun setelah mereka bertiga lulus di mana Farhan dan Raju terus mencari Rancho yang setelah lulus tidak diketahui kabar dan rimbanya di mana.

Kemudian cerita pun mengalir dengan indah dan cair dengan gerakan flash back, kembali pada masa di mana mereka bertiga masih kuliah. Ketika mereka sama-sama baru datang ke kampus. Suasana kocak dan penuh keriangan mulai sangat terasa di sini dengan banyaknya adegan lucu yang tercipta sehingga membuat penonton langsung tertawa melihat adegan yang ditampilkannya. Walaupun beberapa adegan lucunya masih slapstick, tapi ini tidak membuat kelucuan yang ditampilkan terlihat biasa saja. Begitulah kekhasan film komedi India.

Lalu, suasana mulai berubah sedikit muram manakala di perkuliahan mulai muncul sosok Rektor Viru Sahasrabuddhe (Boman Irani) yang kemudian dijuluki Virus para mahasiswa. Karena kebijakannya yang sangat otoriter membuat dia dijuluki si killer, dan karenanya banyak mahasiswanya yang sampai stres dan bahkan bunuh diri karena tidak mendapatkan kemudahan dalam menjalankan pendidikannya.

Sementara film My Name is Khan besutan sutradara Karan Johan mengulang sukses duet antara Sharukh Khan dan Kajol di filmnya yang terdahulu Kuch-Kuch Hota Hai yang hingga kini masih selalu diingat. Bahkan film terbaru keduanya ini tidak hanya sukses untuk wilayah India dan Asia seperti Indonesia, tapi juga menjadi box office di Amerika Serikat dan di Inggris.

Menurut Indiatimes, Selasa (2-3) yang lalu, setelah diputar tiga minggu di bioskop Amerika dan Kanada, My Name is Khan berhasil menembus angka 3,6 juta dolar AS. Sedangkan untuk di Inggris, sejak dirilis pada 12 Februari kemarin, film tersebut menjadi film Bollywood dengan pendapatan kotor terbesar pada minggu pertamanya dengan angka 1,4 juta dolar AS.

Kesuksesan di publik Amerika dan Inggris ini, tentu saja tidak lepas dari peristiwa 11 September 2001 yang memang memiliki dampak yang begitu besar bagi kehidupan orang Amerika. Karena semenjak peristiwa tragis inilah yang membuat jurang yang sudah ada antara warga Amerika dan imigran asal Asia dan Timur Tengah yang beragama Islam semakin lebar.

My Name Is Khan berkisah tentang Rizwan Khan (Shahrukh Khan) yang merupa
kan salah satu imigran yang menjadi korban kejadian 11 September tersebut. Rizwan adalah seorang pemuda muslim asal India yang menderita Asperger's syndrome atau kelainan yang membuatnya jadi sulit berinteraksi dengan kebanyakan orang.

Dia kemudian memutuskan untuk pindah ke San Fransisco, Amerika Serikat, dengan niat mengadu nasib di negeri yang kata orang adalah tanah impian. Di sinilah Rizwan kemudian bertemu dengan Mandira (Kajol) yang merupakan wanita beragama Hindu yang juga berasal India. Dan perkenalan itu pun berlanjut pada hubungan yang sangat indah pada awalnya.

Lalu keduanya mendapatkan pertentangan dari kedua belah pihak keluarga karena adanya perbedaan agama keduanya. Tapi Rizwan dan Mandira tetap memutuskan untuk menikah dan memulai bisnis mereka sendiri. Di saat impian itu mulai terwujud di depan mata dan terjalin bagai rangkaian yang indah, peristiwa tragis 11 September menghancurkan mimpi-mimpi indah itu.
Sebab, Mandira tak sanggup menanggung beban dengan dicap sebagai teroris, akhirnya membuat pernikahan keduanya menjadi berantakan. Dengan tujuan merebut kembali hati wanita yang sangat dicintainya ini, Rizwan kemudian mengambil keputusan besar untuk melakukan perjalanan keliling Amerika Serikat untuk menjemput cintanya dan di sinilah kisah penuh haru biru tersebut mengalir dalam film berdurasi 161 menit ini.

Seperti halnya mengulang sudut pandang yang ditawarkan dalam Slumdog Millionaire, di sini Karan Johan mencoba memperlihatkan bagaimana seorang imigran India memandang Amerika. Selain itu, di sini yang dikedepankan bukan mengisahkan tentang agama, tapi nilai-nilai kemanusiaan lebih menonjol.

Bahkan, adegan di awal film ini sudah sangat menyentuh, di mana ibu Khan memberikan gambaran kepada anaknya yang menderita Asperger's syndrome bahwa hanya ada dua manusia di muka bumi ini, yang baik dan yang buruk (tidak baik). Bukan karena dia beragama ini, beragama itu, bangsa ini atau bangsa itu,atau apa pun yang berbeda dengan kita.
Menyaksikan dua film itu, sadar atau tidak sadar, akhirnya kita harus mengakui bahwa sudah mulai ada perubahan yang dilakukan sineas India tanpa harus kehilangan ciri khas lagu dan tarian yang tetap dihadirkan dengan porsi yang pas.

Menyaksikan kedua film ini, sudah tidak perlu lagi dianggap cupu ataupun kampungan karena menikmati film India yang kerap dianggap sebelah mata, terutama oleh anak muda. Karena ternyata film India sudah sangat maju dan menarik untuk disaksikan, karena ceritanya sudah sangat bervariatif.

Sepertinya ini bisa menjadi salah satu alternatif lain bagi penggemar film bila jenuh dengan sudut pandang yang ditawarkan film Hollywood tapi sudah muak dengan film horor dan komedi seks yang ditawarkan film Indonesia, film Bollywood bisa menjadi alternatif pilihan.
bos.kutang
Kurohige410
nona212
nona212 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
577.1K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.