skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Ekses Gaya Parenting Jaman Now!?


Membesarkan buah hati tentu bukanlah perkara yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Bagi pasangan yang baru pertama dikaruniai buah hati, tentu akan bertanya-tanya mengenai cara yang tepat untuk mengasuh buah hatinya. Sangat menyenangkan melihatnya bergerak, tersenyum bahkan menangis sekalipun.

Tapi masalah lain akan timbul pada saat buah hati kita mulai belajar mengenal dunia, bersosialisasi dan bertanya banyak hal pada kita. Lalu bagaimana formula yang efektif untuk melakukan pola asuhan kepada mereka?

Dalam beberapa teori parenting, banyak dikategorikan beberapa pola asuhan yang bisa dipilih atau jalankan. Seperti pola asuh otoriter, permisif, demokratis atau beberapa pola asuhan lainnya.

Namun, ada kalanya sebagai orang tua kita menyerah dalam menerapkan pola asuhan secara konsisten pada sang buah hati. Mungkin karena lingkungan, jenuh, tingkat mobilitas yang tinggi, acuh tak acuh, atau justru rasa galau yang melanda para parents millenial kita sekarang ini. Sehingga buah hati kita jadi ikut merasakan akibat dari pola asuhan ala generasi jaman now yang bisa saya cuplikkan sebagai berikut:

1. Pemberian Gadget Secara Berlebihan



Mungkin secara tidak sadar kita sudah melakukan hal ini, memberikan gadget sebagai sarana hiburan untuk buah hati kita. Mulai dari games sampai tontonan kartun biasa dijadikan sebagai andalan untuk membungkam keaktifan anak agar diam dan tenang saat kita sedang sibuk beraktifitas atau malas mendengarkan rengekan anak-anak kita. Namun pada sisi lain, ternyata kebiasaan semacam ini malah menjadi sumber masalah baru bagi buah hati kita yang sudah kecanduan dengan gadget.

Mulai dari kesehatan mata, malas makan hingga apatis dan anti sosial. Bahkan, ada beberapa kasus anak-anak dibawah usia 12 tahun yang harus menjalani terapi pemisahan diri dari gadget dibawah pengawasan psikiater rumah sakit jiwa. Jangan sampai gadget merampas masa kanak-kanak yang seharusnya dipenuhi dengan kreatifitas dan keceriaan mereka.

2. Menitipkan Anak di Tempat Penitipan



Dilematis untuk para ibu pekerja adalah harus menitipkan anak-anaknya dibawah pengasuhan orang lain. Fenomena ini mulai dilirik sebagai potensi bisnis yang menjanjikan. Tak ayal lagi banyak bermunculan tempat penitipan anak dengan berbagai pilihan harga, fasilitas serta metode pengasuhan. Praktis dan mudah, tampaknya menjadi pilihan untuk mengalihkan tanggung jawab pengasuhan sementara sang ibu pergi bekerja.

Memang sesederhana itu, kita dijejali banyak opsi tempat maupun pengasuh yang sesuai. Tapi satu hal yang jangan pernah dilupakan, yaitu kedekatan personal antara kita dan anak-anak. Jangan seketika mengalihkan tanggung jawab pengasuhan pada orang lain begitu saja tanpa sedikitpun mendapatkan pengawasan.

Kita harus bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara intens dan berkualitas dengan buah hati paska menjemputnya pulang. Bangunlah kedekatan dan tetap menerapkan pola asuh yang bijak selama kita bersama sang buah hati. Dimulai dengan menanyakan bagaimana harinya, makanannya, keadaannya dan bercerita sebelum dia terlelap dalam buaian mimpi-mimpinya.

3. Mengirim Anak Pergi ke Tempat Les



Orang tua dengan pola pengasuhan narsistik adalah tipe orang tua yang mengkondisikan semua kegiatan dan keinginan anaknya demi memenuhi obsesi yang diinginkan oleh si orang tua itu sendiri.

Dalam perspektif sederhana, orang tua narsistik menginginkan orang lain untuk memuji kehebatan anaknya. Tuntutan berlebihan dari pihak orang tua ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk mengirimkan anak ke tempat les, baik materi pelajaran sekolah atau ekstra tertentu. Siapa yang tidak bangga kalau anaknya bisa jadi juara kelas atau juara kompetisi piano?

Akan tetapi, ingatlah apa yang kita terapkan ini kelak juga akan membawa dampak psikis yang tidak sederhana pada anak-anak. Seperti tertekan secara mental, takut gagal dan mengecewakan orang tuanya, lantas berubah menjadi pribadi egois dan narsistik dengan depresi tingkat ringan sampai berat.

Anak bukanlah sebuah trophy atau benda pajangan yang bisa dipamerkan. Mereka juga bukan robot yang harus tunduk pada pemegang remote. Mereka memiliki imajinasi dan keinginan yang kadang berbeda dengan orang tuanya. Itulah mereka dengan keunikan dan karakternya masing-masing.

Cobalah hargai kehendak anak kita. Biarkan mereka tumbuh berkembang menentukan apa yang mereka kehendaki dalam pendampingan dan bimbingan kita. Jadilah teman yang bijak agar mereka selalu merasa nyaman tanpa ada rasa tertekan.

Sebagai penutup, mari sejenak merenungkan kembali hakikat dari lahirnya buah hati kita didunia ini. Kadang tanpa disadari, kita terjebak dalam rutinitas dengan dalil pembenar bahwa yang kita lakukan "demi" mereka. Sesungguhnya, yang mereka pinta adalah hal sederhana. Mereka berharap ada pelukan hangat dan sosok yang sudi mendengarkan celotehan khas anak-anak.

Masa kecil itu tidak bisa diputar ulang kembali. Nikmati canda tawa mereka sebelum waktu merampasnya tanpa kita sempat menyadarinya.

©Skydavee

Sumber referensi dan gambar: www.google.com
Diubah oleh skydavee 06-04-2018 00:05
anita.sutanty
anita.sutanty memberi reputasi
1
17.9K
131
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.