TS
kinarlarasati
Saatnya santri maju Menjadi pemimpin bangsa Indonesia
Quote:
TGB: Santri Bisa Jadi Orang Penting di Negeri Ini
Ahad 04 March 2018 16:23 WIB
Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan tausiah di Pondok Pesantren Madrasah Ulumul Quran di Dusun Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh pada Sabtu (3/4) kemarin.
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
TGB selalu menggelorakan semangat belajar dan optimistis untuk menjalani kehidupan.
REPUBLIKA.CO.ID, ACEH BESAR -- Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) memenuhi undangan Pondok Pesantren Madrasah Ulumul Quran di Dusun Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh pada Sabtu (3/4) kemarin.
Kehadiran TGB mendapatkan sambutan meriah. Memasuki area pesantren, sudah terlihat karangan bunga penyambutan yang berjejer di sepanjang jalan. Begitu TGB turun dari kendaraan, langsung disambut santri dan santriwati beserta pengurus dengan pengalungan bunga sebelum memasuki ruangan.
Di setiap bertemu dengan para santri, TGB selalu menggelorakan semangat belajar dan optimistis untuk menjalani kehidupan. Salah satunya adalah meyakinkan para santri bahwa mereka suatu saat akan menjadi orang penting di negeri ini.
Salah satu contoh konkritnya adalah saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. TGB menceritakan, saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia saat itu, tidak mengerti bahasa Indonesia. Pun sebaliknya, Presiden Jokowi tidak mengerti bahasa Arab.
Namun, lanjut TGB, kendala bahasa itu tidak menjadi halangan karena salah satu Alumni Al-Azhar, Dr. Muchlis Hanafi menjembatani komunikasi kedua pemimpin dunia ini. "Maknanya santri dapat menjadi orang penting karena dalam dayah (ponpes) digembleng dengan macam-macam bahasa di dunia di antaranya bahasa Arab. Untuk itu santri jangan berkecil hati dalam menuntut ilmu, teruslah belajar karena insya Allah membawa berkah," ujar TGB saat memotivasi ratusan santri.
TGB mengingatkan pesan Imam Syafii agar tidak hanya tinggal di suatu daerah untuk belajar. Namun pergilah jauh dari negerimu untuk menuntut ilmu. "Jangan menjadi anak mak," lanjut TGB sambil menirukan bahasa Aceh.
Menuntut ilmu, ucap TGB, terlebih ilmu agama secara sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu-pintu kemudahan.
Usai memotivasi santri, TGB diminta membubuhkan tanda tangan dan pesan pada selembar kertas yang telah dipersiapkan sebagai tanda dan motivasi bagi para santri.
Ahad 04 March 2018 16:23 WIB
Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan tausiah di Pondok Pesantren Madrasah Ulumul Quran di Dusun Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh pada Sabtu (3/4) kemarin.
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
TGB selalu menggelorakan semangat belajar dan optimistis untuk menjalani kehidupan.
REPUBLIKA.CO.ID, ACEH BESAR -- Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) memenuhi undangan Pondok Pesantren Madrasah Ulumul Quran di Dusun Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh pada Sabtu (3/4) kemarin.
Kehadiran TGB mendapatkan sambutan meriah. Memasuki area pesantren, sudah terlihat karangan bunga penyambutan yang berjejer di sepanjang jalan. Begitu TGB turun dari kendaraan, langsung disambut santri dan santriwati beserta pengurus dengan pengalungan bunga sebelum memasuki ruangan.
Di setiap bertemu dengan para santri, TGB selalu menggelorakan semangat belajar dan optimistis untuk menjalani kehidupan. Salah satunya adalah meyakinkan para santri bahwa mereka suatu saat akan menjadi orang penting di negeri ini.
Salah satu contoh konkritnya adalah saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. TGB menceritakan, saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia saat itu, tidak mengerti bahasa Indonesia. Pun sebaliknya, Presiden Jokowi tidak mengerti bahasa Arab.
Namun, lanjut TGB, kendala bahasa itu tidak menjadi halangan karena salah satu Alumni Al-Azhar, Dr. Muchlis Hanafi menjembatani komunikasi kedua pemimpin dunia ini. "Maknanya santri dapat menjadi orang penting karena dalam dayah (ponpes) digembleng dengan macam-macam bahasa di dunia di antaranya bahasa Arab. Untuk itu santri jangan berkecil hati dalam menuntut ilmu, teruslah belajar karena insya Allah membawa berkah," ujar TGB saat memotivasi ratusan santri.
TGB mengingatkan pesan Imam Syafii agar tidak hanya tinggal di suatu daerah untuk belajar. Namun pergilah jauh dari negerimu untuk menuntut ilmu. "Jangan menjadi anak mak," lanjut TGB sambil menirukan bahasa Aceh.
Menuntut ilmu, ucap TGB, terlebih ilmu agama secara sungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan pintu-pintu kemudahan.
Usai memotivasi santri, TGB diminta membubuhkan tanda tangan dan pesan pada selembar kertas yang telah dipersiapkan sebagai tanda dan motivasi bagi para santri.
Indonesia yang mayoritas pendudukanya adalah penganut agama Islam, yang mana kaum tradisionalis dalam kiprahnya selalu menjaga kearifan bodaya lokal dan menjunjung tinggi tradisi leluhur yang biasa dilakukan oleh pendahulu. Begitupun islam tradisionalis dalam metode ke-Islamannya, mereka lebih mempertahankan nilai-nilai budaya tradisional, cirri dakwah yang khas dengan metode yang alami, dan selalu menjaga tradisi-tradisi terdahulu yang memberikan kemaslahatan untuk digunakan pada saat sekarang.
Kesederhanaan dari seorang santri merupakan bentuk kesederhanaan hati dan merupakan proses yang mengantarkan dirinya menuju insane yang berkualitas. Ada beberapa cirri khas yang melekat pada diri santri yaitu sarung, songkok, dan sandal jepit serta lainnya yang menunjukkan kesederhanaan dari seorang santri. Dikarenak santri diajarkkan tentang kesederhanaan, kesabaran, dan keteguhan jiwa dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan menghadang. Sehingga santri akan selalu kuat, selalu tangguh bagaikan karang dialautan yang tak pernah rapuh meskipun diterjang ombak.
Tentunya hal yang diperlukan oleh santri di era milenial ini yaitu mengambil pelajaran Dari sejarah santri dan para ulama tardahulu yaitu santri harus memiliki keteguhan hati, cerdas dan mampu menjawab segala tantangan zaman. Dalam hal milenial ini santri harus dituntut kreatif dan inovatif dalam mengikuti arus globalisasi. Karena prinsipnya adalah “al muhafadzotu ala qodiimissolih wal akhdu biljadiidil ashlah” yaitu mengkolaborasikan budaya terdahulu dengan budaya yang baru, dengan mengambil tradisi yang lama yang baik dan mengambil tradisi yang baru lebih baik. Seperti halnya teknologi, santri harus dan wajib menguasai teknologi demi kemajuan umat islam dan bangsa Indonesia. Dan juga mengambil peluang-peluang yang strategis melakukan dakwah Islamiyah. Yaitu dengan cara dakwah yang ramah, toleran, dan damai. Sehingga adanya santri bisa memberikan kedamaian dan ketentraman bagi masyarakat.
0
1.2K
3
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
2.4KThread•1.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya