Para ilmuwan berhasil menemukan kunci kecepatan lari yang luar biasa dari hewan tercepat di dunia,
citah.
Penelitian terbaru American Museum of Natural History di New York menunjukkan bahwa telinga bagian dalam citah berfungsi menjaga keseimbangan dan postur tubuh, sementara hewan tersebut berlari. Hal ini pada akhirnya memungkinkan hewan tersebut bisa mencapai kecepatan hingga 110-120 kilometer per jam.
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal
Scientific Report.
Para peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan teknologi tomografi komputer (CT) sinar x beresolusi tinggi untuk memindai hampir 21 spesimen tengkorak. Para ilmuwan yang memimpin penelitian ini juga menyimpulkan bahwa citah modern telah mengembangkan desain telinga dalam secara keseluruhan baru-baru ini.
"Jika Anda melihat lari citah dengan gerakan lambat, Anda akan melihat gerakan yang luar biasa: kaki, punggungnya, otot-ototnya bergerak dengan kekuatan terkoordinasi seperti itu. Namun, kepalanya hampir tidak bergerak sama sekali," kata pemimpin tim Camille Grohe dari American Museum of Natural History dikutip dari
Daily Mail (2/2).
"Telinga bagian dalam memfasilitasi kemampuan cheetah yang luar biasa untuk menjaga stabilitas visual dan postur saat berlari dan menangkap mangsa dengan kecepatan hingga 65 mil per jam (lebih dari 100 kilometer per jam). Sampai saat ini, belum ada yang menyelidiki peran telinga dalam sebagai spesialisasi berburu yang luar biasa," kata Grohe.
Spesimen untuk penelitian terdiri dari tujuh citah. Enam di antaranya adalah citah modern dan satu lagi citah dari spesies yang memiliki relasi dekat, yang sekarang punah, dan hidup di antara 2,6 juta dan 126.000 tahun yang lalu. Lebih dari 12 spesies lainnya juga diperiksa selama fase penelitian ini.
Para peneliti membuat representasi virtual 3D dari bentuk telinga dalam spesies. Mereka menemukan bahwa bentuk telinga dalam dari citah hidup jauh berbeda dari kucing liar lainnya yang hidup sekarang ini.
Penulis studi lainnya, John Flynn mengatakan, "Anatomi telinga bagian dalam yang khas ini mencerminkan sensitivitas yang disempurnakan dan respon yang lebih cepat terhadap gerakan kepala, menjelaskan kemampuan luar biasa citah untuk menjaga stabilitas visual dan menjaga pandangan mereka tetap terkunci pada mangsa bahkan selama berburu dengan kecepatan sangat tinggi."
Periset mengatakan bahwa sistem keseimbangan, di telinga bagian dalam vertebrata, terdiri dari tiga kanal yang berbentuk setengah lingkaran. Kanalnya mengandung sel rambut dan cairan sensorik. Sel mendeteksi gerakan kepala. Masing-masing dari tiga kanal memiliki kemiringan berbeda.
Ketiga kanal sangat peka terhadap gerakan yang berbeda. Satu sensitif terhadap gerakan naik-turun, satu ke gerakan sisi ke sisi, dan gerakan terakhir yang miring yang berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya.
Penelitian baru ini menemukan bahwa dua dari tiga kanal setengah lingkaran di telinga bagian dalam citah modern memiliki jarak yang berbeda dengan spesies yang punah. Para ilmuwan percaya bahwa desain telinga dalam tubuh hewan ini berevolusi dari waktu ke waktu untuk membuatnya berlari lebih cepat.
"Kami telah menemukan bahwa ada pemisahan adaptasi sistem lokomotor dan sensorik terhadap pemangsaan kecepatan tinggi pada silsilah citah," Grohe menjelaskan.
Dia mencatat bahwa adaptasi ini bisa didorong oleh persaingan dengan hewan lain.
"Nenek moyang citah hidup telah mengembangkan tulang ramping yang memungkinkan mereka berlari sangat cepat dan kemudian telinga bagian dalam sangat peka terhadap gerakan kepala untuk menahan kepala mereka tetap stabil, memungkinkan mereka berlari lebih cepat lagi."
Tanpa bentuk telinga ke dalam yang spesial ini, mungkin citah sekarang tetap bisa memiliki kapasitas untuk berlari dengan cepat. Namun mereka tidak akan memiliki kemampuan untuk mengejar secara lincah layaknya seperti yang mereka lakukan sekarang.
Kemampuan kecepatan luar biasa ini turut menghabiskan banyak bahan bakar, oleh sebab itu dengan memiliki keahlian dalam menangkap mangsa secara efektif bisa menjadi solusi terbaik.