inajanurAvatar border
TS
inajanur
Apa hanya aku yang punya rasa ini ?




Gemercik hujan yang turun kepermukaan bumi, melewati setiap atap-atap rumah manusia, lalu ia terjatuh dengan hebat kepermukaan tanah dan lalu ia meresap kedalam tanah. Kala itu aku termenung mengenang sesuatu, akankah aku bisa merelakan sesuatu hal yang begitu besar dari diriku? Aku harus bisa jika aku ingin hidup kedepan maju dan tidak diam ditempat.

Hari ini hari kamis minggu ke 3 dibulan september, banyak perjalanan hingga hari ini. “ de ayo mau ikut ke pantai, ?” tanya kakak ku saat aku membereskan kamarku,
“ kapan kak?” tanyaku,
“hari ini, sekarang” jawabnya,
“baik,aku bereskan dulu pekerjaanku” jawabku santai.
“ de, jangan lupa bawa jaket dan minyak angin” ujar ibu saat ia masuk ke kamarku, dia memang manusia bernama ibu yang sangat perhatian, tak pernah melupakan apa yang harus aku bawa dan perlukan saat akan perjalanan.
“ iya bu “ jawabku sambil tersenyum.
“ yah, minyak anginku dimana ya, aku lupa menyimpannya,” ujarku bingung.
“ bu, ibu meminjam minyak anginku tak ?” tanyaku pada ibu.
“ tidak de, coba kamu cari di laci kamar ibu, disana ada yan baru ibu beli kemarin” jawab ibu.
“ baik bu “
Aku masuk ke kamar tengah yang gelap itu, ku buka laci kecil didalam lemari, “ ko ini ada disini?” aku kaget kenapa boneka pemberiannya ada dilaci kamar tengah.

Ya, boneka yang ia berikan untukku sebagai hadiah ulang tahunku saat aku menginjak usia 17 tahun, dia memberikannya waktu pagi sekali, dia berusaha mengetuk jendela kamarku namun waktu itu aku tak terbangun karena lelah menunggu balasan chat dari dia malam itu, dan pada malam itu kita tengah bertengkar karena aku meminta untuk menyudahi hubungan kita.

Ku ambil bonekaku, kupindahkan lagi kedalam kardus yang berisi beberapa barang pemberian dia padaku saat kita masih bersama. Hingga sampai detik ini, kita tak lagi biasa, kita berbeda, kata terakhir yang ia ucap padaku, “kita memang bukan lagi siapa-siapa, kita sudah tahu bahwa kita punya kehidupan masing-masing, bukan bagianku lagi melarang dan mengarahkanmu lagi, kisah kita biar jadi masalalu, kini masa depan harus kita hadapi, dan silahkan kamu hadapi masa depanmu dan biarkan aku juga hadapi masa depanku, aku tanpa mu dan kamu tanpa ku, namun jika kamu membutuhkan pertolongan, aku masih mengulurkan tanganku tuk membantumu, sebagai tanda maafku karena aku telah banyak menyakitimu”
“ kau tak pernah menyakitiku, hanya saja saat itu kita lupa bahwa jalan pengungkapan cinta bukan dengan pacaran, itu alasan mengapa aku memutuskan hubungan kita dan mencoba membuat kamu membenciku sebelum dan setelah kita tak bersama “ ujarku menatap foto aku dan dirinya yang masih saja aku simpan. Tapi malah aku sendiri yang tak ingin dibenci dia, tapi dia tak pernah membenciku.

“ ayo de, mana barang kamu yang mau dibawa, biar kakakmu merapihkannya kedalam mobil” ujar ibu.
“oh iya bu, ini. “ balasku sambil menghapus air mata yang mulai menetes. Membuatmu benci padaku itu caraku agar kau tak merasa bahagia denganku, agar kau juga pergi memilih yang lain dan karena aku merasa kamu bohongi dan aku tak pernah menerima pembohongan, alasan lainku saat itu, namun kenapa dihati ini masih saja mengingatmu, padahal aku yang memutuskanmu, aku yang mengakhiri hubungan kita dan aku yang pergi dahulu meninggalkan semuanya. Tuhan tahu yang terbaik, maka bantulah aku untuk mengikhlaskannya bahwa dia tidak lagi bisa bersama denganku.

Saat perjalanan menuju pantai aku diberi info mengenai agenda baru, “ kak hanif ikut ya, kakak udah aku masukin ke grup panitia dan kakak dah jadi bagian panitia disini, semoga kakak menyanggupinya “ sebuah pesan singkat oleh salah satu teman saat aku masih aktif di kerrohanian islam.
“ loh ko langsung kepanitia, kakak gak ikut rapat-rapat atau bantu-bantu loh, gak ah, gak enak kalo jadipun paling jadi peserta” ujarku menolak.
“tak apa kak, kakak itu dah bagian dari kami, masalah membantu itu gak jadi syarat jadi panitia ko “ rayunya.
“bu, sabtu besok aku diajakin ke acara kerohanian, acaranya disekolahan, boleh gak bu?” tanyaku pada ibu membesik.
“ ya ikut aja sana, hati-hati.” Ujar ibu.
“ makasih bu”
“ yaa”

Aku tak tahu aku harus senang atau sedih, yang pasti aku hanya bisa termenung, apa yang akan aku dapati dan apa yang harus aku lakukan nanti, harus ku tempatkan dimana hatiku saatnya nanti, karena aku tahu diacara itu pasti ada dia, dan aku tak ingin merasakan hal yang sama seperti dulu, aku ingin move one tapi hatiku seaakan enggan tuk menutup dan menghapus namanya dalam hatiku.
Akhirnya aku memenuhi ajakannya, “ baiklah, kakak akan dateng 1 jam sebelum acara, “
“ baik kak, makasih ya” balasnya.
Sabtu pun datang, aku bergegas pergi, dengan baju dres panjang berwarna merah maron, kerudung hitam. Ku beranikan mendatangi tempat dimana aku dan masa laluku ada disitu dan hari ini aku akan berdampingan dengan masa lalu.

Ku kira kita akan seperti seorang panitia, sama-sama panitia yang bekerja sama dalam segala hal, ketika seseoran menyuruhku memanggilkan dia aku merasa terjatuh, kaget dan bingung apa yang harus aku ucapkan padanya, sedangkan kami tak pernah berkomunikasi dengan baik lagi, akhirnya aku tak memasang wajah enggan sebagai ciri bahwa aku tak ingin.



“ maaf, itu dipanggil ka Edi dibelakang,, katanya CDnya suruh dibawakan” dengan menunduk berjauhan tanpa saling memandang dan ah aku tak tahu apa yang tengah aku rasakan saat itu, perasaanku sangat abstrak saat itu, aku tahu, karena dia pernah bilang padaku bahwa dia tak ingin terlihat bahwa aku masa lalunya dan dengan belaga seperti orang lainlah cara dia memperilakukan sikapnya padaku.
“ oh iya, makasih” jawab singkatnya sambil masuk kedalam untuk membawa CD nya. Aku pergi kebelakang. Kita berkumpul semuanya dibelakang setelah sambutan selesai, saat itu asih sibuk menyiapkan perlengkapannya. “ eh Rayhan tolong dong lampunya dinyalakan aku tak sampai” ujar seseorang yang mengajakku ke agenda ini waktu itu.
“ eh Asih, kamu jangan lupa jarak, dia ikhwan loh, kamu akhwat “ ujar kak nina saat itu menegur kedekatan mereka.
“ iiih gak papa kakak, kita kan suka barengan disetiap acara, dan kita juga teman sekelas, jadi kita biasa aja” ujarnya lantang tanpa melihat disitu ada aku yang menyaksikan semuanya.

Sungguh sakit rasanya, entah apa namanya ini, entah kenapa hatiku tak bisa ku kondisikan disaat-saat seperti ini. Oh Tuhan, aku memohon padaMu tuk hapuskan dia dalam hatiku, berkali-kali aku merasakan rasa yang seperti ini, dan aku tak tahu, apakah hanya aku yang merasakan rasa ini, apa hanya aku yang punya rasa ini ? Dan kamu tidak?. Sudah beberapa kali ku meminta maaf padanya jika aku pernah membuatnya marah atau kecewa hingga dia seperti ini, namun selalu dia berkata bahwa bukan aku yang salah tapi dia, lantas kenapa dia selalu saja seperti orang lain, padahal kita kenal sudah hampir 3 tahun lebih.

Dan kisah ini tentang rasa yang entah kamu juga sama merasakannya tau tidak. Karena rasa itu pernah ada hadir dalam hati dan lamanya perjalanan melepaskan itu.
Dan hingga saat dimana rasa itu sudah lepas, ku mohon kau tak kembali lagi.


Diubah oleh inajanur 25-01-2018 10:34
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.