afifahafra79Avatar border
TS
afifahafra79
Ingin Bahagia? Inilah 3 Kiat Mendapatkannya


Bahagiakah hidup Anda? Jika pertanyaan semacam itu dilemparkan kepada beberapa orang yang berbeda, jawabannya mungkin beragam. Ada yang dengan wajah riang gembira spontan menjawab, “Ya, aku bahagia sekali.” Ada dengan paras sedih tegas menggeleng, “Tidak, aku sama sekali tidak bahagia!”

Ada juga yang membutuhkan waktu sejenak untuk berpikir. “Bahagia itu apa, sih?”

Semua orang pastinya memiliki persepsi dan parameter kebahagiaan sendiri-sendiri. Ada yang parameternya merupakan kelimpahan materi: punya uang banyak, mobil mewah, rumah megah, bisa keliling dunia.

Ada yang parameternya terkesan “intelek”, bisa kuliah hingga S3, jadi professor, tulisannya tembus jurnal internasional, bisa ngobrol bahasa asing dengan fasih.

Malah, ada juga yang parameternya sangat sederhana. “Aku bahagia jika diberi suara klakson ‘telolet’ oleh Om sopir.”



Lantas, apa parameter kebahagiaan menurut para ilmuwan? Ada satu rumus kebahagiaan yang sangat menarik untuk direnungkan dari Shaver dan Fredman (1976), sebagaimana dikutip oleh Elizabeth Hurlock dalam bukunya “Psikologi Perkembangan”. Menurut mereka, esensi kebahagiaan dirumuskan dengan 3A, yakni acceptance, affection, achievement. Penerimaan, kasih sayang dan prestasi. Maksudnya jelas sekali, kan? Bahwa seseorang bisa disebut berbahagia jika mampu memadukan tiga hal tersebut dalam kehidupannya.

Pertama, acceptance, alias penerimaan, baik penerimaan terhadap diri sendiri (self acceptance)—termasuk legowo dengan kekurangan-kekurangan kita; maupun penerimaan orang lain terhadap dirinya. Ketika kita merasa eksistensi kita dihargai, kita diterima apa adanya, dihargai kebaikannya dan ditoleransi kekurangannya, maka secara otomatis akan timbul perasaan bahagia dalam diri kita. Perasaan menerima sejatinya merupakan ekspresi kesyukuran yang sangat dipengaruhi oleh kuatnya iman di dalam diri kita.

Kedua, affection, alias cinta/kasih sayang. Mencintai dan dicintai, menyayangi dan disayangi, secara timbal-balik, take and give, merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hidup nirkasih-sayang tentu sangatlah gersang. Meski kehidupan kita bertabur kesuksesan, tanpa ada cinta dan kasih sayang yang kita rasakan, kita akan hidup seperti robot belaka.

Ketiga, achievement, alias pencapaian prestasi. Kebahagiaan adalah ketika kita merasa memiliki potensi, lalu kita senantiasa mengasahnya dan kemudian kita mendapatkan pencapaian yang semakin tinggi dari hari ke hari. Terlebih, jika achievement itu beririsan dengan sebagian besar waktu yang kita habiskan—misalkan profesi. Bukankah hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini adalah ketika kita melakukan sesuatu yang merupakan hobi, dan karena itu kita dibayar?

Apakah kita telah mampu memadukan 3 komponen tersebut di dalam diri kita? Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri. Jika sudah, alhamdulillah. Jika belum, mari kita mencoba berintrospeksi, mengapa hal tersebut belum bisa kita miliki? Mengapa kita masih terus mengeluh dengan keadaan diri kita, sekaligus sulit sekali bertenggangrasa dengan kelemahan orang lain? Mengapa kita terlalu egois dan sulit menyayangi orang lain dengan tulus? Mengapa kita terlalu malas untuk mengasah potensi diri sehingga kita mampu mencapai tangga-demi tangga menuju puncak prestasi?

Pertanyaan itu perlu kita ajukan kepada diri kita sendiri. Ya, karena bagian terbesar dari penentu kebahagiaan itu, sesungguhnya kita sendiri.

Referensi
Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta.
Afra, Afifah. 2008. And The Star is Me. Indiva. Solo.
tata604
tata604 memberi reputasi
1
2.2K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Inspirasi
Inspirasi
icon
10.5KThread6.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.