afifahafra79
TS
afifahafra79
Ketika Tiang Listrik Jadi Pesakitan


Saya tertawa terpingkal-pingkal saat membuka media sosial pagi ini. Ada satu hashtag yang menurut saya sangat unik, #SaveTiangListrik. Ada apa sih dengan tiang listrik? Kenapa harus ditolong segala? Maka, sembari menahan geli, saya meng-klik hashtag tersebut. Oalah, makin crazy. Ada meme yang benar-benar lucu, yaitu tiang listrik yang menggantung. Meme itu diposting oleh akun @ilhamituiam dengan tulisan: merasa bersalah, tiang listrik dikabarkan tewas gantung diri.

Ada juga meme tiang listrik yang dilarikan ke IGD, tiang listrik di atas bed khas rumah sakit, bahkan dimakamkan. Wait, ada kejadian apa, sih? Kita semua tahu, lah! Tak usah saya sebutkan, takut nanti akun saya dilaporkan ke kepolisian, hehe.

Yang ingin saya bahas dalam kesempatan ini adalah fenomena lucu yang mengundang seribu analisis. Humor-humor satire yang segar itu sejatinya memperlihatkan tingkat kedewasaan masyarakat kita yang semakin tinggi. Alih-alih memprotes dan mencaci maki, sebagian masyarakat kita justru memberikan sindiran yang meskipun tampak halus, namun aslinya pedas dan menggigit. Sindiran itu dikemas dalam humor yang kreatif, menggelitik, dan menghibur. Bukankah ini memang sebuah kemajuan?

Saya menjadi ingat cerita tentang Nasruddin Hoja, seorang tokoh sufi dari Turki yang konon hidup di abad 14. Menurut An-Najjar (1993), sesungguhnya Nasruddin Hoja adalah seorang ulama yang sangat menguasai fikih. Disebutkan oleh beberapa literatur, bahwa Nashruddin hidup di saat pergolakan dan konflik berdarah yang terjadi di masa itu. Maka, menurut Winardi (2012), munculah cerita-cerita lucu dengan Nasruddin sebagai tokohnya. Cerita humor itu sesungguhnya adalah sebuah sindiran halus yang berasal dari apatisme masyarakat saat itu. Sang ulama, dengan senang hati menjadikan dirinya sebagai tokoh cerita tersebut.

Simaklah salah satu kisah Nasruddin yang pesannya mirip dengan tragedy #SaveTiangListrik ini.

Suatu hari Nasruddin menemukan sebuah cermin. Baginya itu adalah benda baru yang belum pernah dia lihat. Dipandanginya cermin tersebut, lalu dia pun membuangnya sembari bersungut-sungut. “Pantas pemilik benda ini membuangnya, gambar di sini sangat buruk.”
Paham, ya, Agan dan Sista? Wajah buruk itu pastinya milik sang mullah. Karena, cermin hanya bisa memantulkan apa yang berada di depannya. Namun, Nasruddin kemudian mengutuk dan membuang cermin tersebut karena dianggapnya hanya sebuah benda dengan gambar buruk.

Apa salah si tiang listrik? Mengapa justru dia yang menjadi pesakitan? Ya, karena dia barusan berhadapan dengan seorang yang sangat kuat. Siapapun yang berurusan dengannya akan menjadi pesakitan, mau dia salah atau tidak. Mau dia manusia atau benda sekalipun.
Sebenarnya, sindiran ini justru menjadi peringatan bagi penguasa. Jika sindiran terus berkembang, sejatinya gelombang apatisme sebenarnya justru sedang semakin menguat.

Bersikap tegas,tegakkan keadilan seadil-adilnya, itu harapan masyarakat untuk penguasa. Agan dan Sista sepakat?

Referensi:

An-Najjar, Muhammad Rajab. 1993. Nasruddin Hooja: Riwayat, Filsafat dan Kisah-Kisahnya. Bandung: Penerbit Pustaka
Winardi, Irwan. 2012. 360 Cerita Jenaka Nasruddin Hodja. Bandung: Pustaka Hidayah

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
15.8K
103
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen Journalism
icon
12.4KThread3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.