adjievanbuurenAvatar border
TS
adjievanbuuren
Cerita Pengalama dan Diskusi BPJS

SELAMAT DATANG DI THREAD SAYA


Langsung Aja Gan Tak Basa Basi...

Saya menggunakan BPJS kesehatan yang bayar alias Pribadi, dan terpakai lebih banyak ke Alm Bokap, karena sakit yang menahun dan lumayan parah. Disisi lain sampai sekarang masih merasa bersalah, karena hal yang saya dapatkan dilapangan itu ada kesalahan dari dokter tapi tidak bertanggung jawab semestinya.
Mungkin sedikit unek unek saya soal BPJS ini. Terlebih ke pemerintah agar memudahkan masyarakat untuk bias menanggung beban kesehatan mereka.

1. Pendaftaran yang lumayan ribet, disini jaminan kesehatan harus 1 Kartu Keluarga dan otomatis salah satu daftar harus semuanya, kecuali Pihak perusahaan yang mendaftarkan, karena pengalaman saya saat BPJS saya di tanggung pihak perusahaan tempat saya bekerja (potong gaji) ortu saya belum terdaftar. Disaat saya butuh bpjs untuk ortu, disinilah kendala yang lumaya rumit. Saya daftar melalui Online dengan penyertaan data lengkap. Tapi masih belum bias aktif seperti adanya. Karena harus dating ke kantor cabang. Dan itu juga belum bias aktif sampai tanggal 10 di bulan berikutnya. Dan itu menurut saya pribadi dan keluh kesah orang-orang yang kebetulan bertemu dengan saya di Rumah sakit.
Menurut saya hal tersebut tidaklah perlu dipersulit lagi, harusnya bias lebih di sederhanakan soal pendaftaran. Missal untuk pendaftaran online cukup upload foto selengkapnya verifikasi data dari NIK Kartu keluarga dan disederhanakan dengan data yang tercantum di dinas kependudukan. Sehingga cukup dengan KTP saja untuk pendaftaran ke Rumah sakit umum. Jadi tidak perlu mengantri dan proses verifikasi.
Dalam hal ini untuk memudahkan proses pendaftaran yaitu pihak BPJS bekerja sama dengan Dinas Kependudukan agar setiap kartu keluarga yang ada itu terdaftar otomatis di BPJS tapi status nya Pending (Tinggal verifikasi data via online/offline) karena BPJS merupakan jaminan kesehatan masyarakat bukan asuransi swasta.
Untuk 1 KK aktivasi diperbolehkan per orang, jadi tidak harus semuanya terdaftar. Kecuali memang yang sudah terdaftar harus terus lanjut, karena system gotong royong ala BPJS alias subsidi silang para peserta BPJS. Karena beberapa kali saya sedikit menemukan ada orang kesulitan membayar BPJS karena dalam 1 KK ada lebih dari 6 orang. Setidaknya untuk meringankan beban tidak harus semua aktif pada saat pendaftaran pertama tapi wajib aktif setelah ada aktivasi kepersertaan.


2. Faskes (Fasilitas Kesehatan) saya agak ribet sebenrnya kalo soal ini, dimana saya tidak bias menikmati setiap Klinik/Puskesma yang bekerja sama dengan BPJS di semua tempat. Hal ini berbanding terbali dengan kewajiban keikutsertaan BPJS, walau diperbolehkan untuk pemeriksaan Di faskes wilayah lain tapi itu sangat terbatas dan sangat menggangu. Bgimana jika seorang pekerja sedang tugas diluar kota? Dimana letak keadilan sebuah BPJS yang konon katanya sebagai jaminan kesehatan masyarakat?
Menurut saya untuk faskes hanya perlu dibedakan kelas kamar saja, tidak perlu faskes klinik ditampilan atau di clusterkan menurut wilayah masing-masing. Sama hal nya seperti ektp, yang berlaku seumur hidup tapi tidak berlaku di wilayah lain. Mau buat skck saja susah. Hal ini bukan sepele. Tapi harusnya pemerintah bias melihat. Ada antusiasme masyarakat untuk ikut bpjs kenpa pihak pemerintah menutup diri? Setidaknya ringakan lah beban masyakarat. Bukankah dalam Undang-undang Negara wajib memjamin kesehatan masyarakat? Semoga ada perbaikan.



3. Ruang Rumah sakit, beberapa kali saya tidak dapat kamar untuk kelas 1 bahkan untuk turun ke kelas 3 pun sulit karena terbatasnya kamar. Saya tidak mempermasalahkan karena memang ada standar sendiri bagi rumah sakit termasuk ruang icu. Peningkatan volume orang yang ada di RS tak lepas dari adanya fasilitas kesehatan ini. Ada yang dari bantuan alias penerima bantuan iuran BPJS ada juga yang dari BPJS mandiri. Seharusnya diperhatikan juga untuk ukuran ruangan di Rumah sakit negeri. Saya melihat kualitas lingkungan RSUD dibilang buruk untuk orang sakit. Soal ketertiban dan juga ruangan yang lebih condong “seadanya” padahal ini jelas untuk orang yang sakit, yang harusnya menerima Kenyamanan lebih. Saya sendiriw aktu menunggu Alm Ayah saya di RS harus peranh melawan sekumpulan nyamuk yang tak habis-habis. Belum lagi ada juga orang-orang yang amsih merokok dia area rumah sakit. Apa susahnya sih pasang cctv? Kembali ke soal ruangan, gedun RSUD sedikit sekali yang mengikuti tren gedung bertingkat. Malah kebanyakan di daerah RSUD baru selau “makan” lahan. Yang mungkin harusnya bias 4-6 lantai hanya ada 1 lantai. Yang harusnya ada 4-5 tower hanya ada hamparan rumah-rumah mungil dengan kamar-kamar yang sesak. Apakah pihak kementrian kesehatan tidak ada standarisasi gedung? Apa mungkin kendala biaya? Kembali lagi, ini kan untuk masyarakat bukankan RSUD dibuat dari pajak? Dan dokternya pun banyak yang PNS. Apakah sulit untuk sedikit memberikan lebih ke masyarakat dengan regulasi dan standar yang lebih baik? Saya piker akan lebih baik kedepannya rsud daerah dibangun dengan meninggi dengan lantai maksimal 8 lantai. Dan dilengkapi degan hellypad untuk RSUD Provinsi, masyarakat sehat dan nyaman bukankah Negara senang?



4. Pelayanan, salah satu yang paling krusial menurut saya, beberapa kali baca berita ada yang mengeluh soal pelayanan penggunaan BPJS, ada juga saya menyaksikan sendiri bagaimana pelayanan pihak BPJS nya yang harus ini harus itu. Sayangnya waktu adik saya ngadu Karena pernah suatu ketika celetukan Petugas dengan lantang ngomong “Duit BPJS Habis” buat saya itu sangat kurang ajar bukan depan saya. Kalau iya mungkin saya akan lebih pedas ngomong ke petugas itu. Itu bukan hak dia ngomong seperti itu. Disini kita saya bayar dan soal uang habis itu urusan Negara dan BPJS bagaimana mereka bisa memperhatikan uang yang masuk dan keluar. Bukan Cuma uang masuk saja yang diperhatikan. Untuk hal ini bisalah pemerintah lebih tanggap soal recruitmen petugas BPJS di Rumah sakit. Agar ada pelayanan 3S, dan wajib ada penilaian atau hukuman untuk pelayanan yang buruk.
Kembali soal pelayanan, untuk Rumah sakit, banyak berita miring soal Rumah sakit yang sedikit kurang baik karena bayar pake BPJS. Saya pernah bertemu dengan roang yang mengeluh hal itu di RS, dia mengeluh soal omongan petugas RS yang setidaknya merendahkan pengguna BPJS. Lho apa salahnya? Situ hanya kerja bukan direktur RS bukan juga pemilik RS, kok bisa seperti itu. Belum lagi petugas malam, di sebagian RSUD saat dibutuhkan sedikit sulit menemukan petugas jaga, saya kurang tau system nya bagaimana. Tapi yang saya temui lebih banyak tidur bersama ketimbang tidur gentian. Padahal jika bisa disiasati mungkin bisa ada yang siaga 1 orang. Untuk petugas RS yang saya lihat dan saya salut ada di RS Swasta. Yang benar2 siaga 24 jam. Beda dengan di RSUD yang saya temui malah kebanyakan tidur bersama. Dan saat dibutuhkan saya harus menunggu lumayan lama. Saya harap untuk Rumah sakit negeri sedikit berbenah. Maaf maaf beberapa keluhan petugas yang saya tau karena efek “GAJI” yang tidak seimbang. Tapi disini sebagai perawat bukannya dari awal sudah komitmen untuk lebih mengutamakan nilai Kemanusiaan? Saya harap selalu seperti itu.
Disini pengalaman paling buruk menurut saya. Yaitu dengans eorang dokter yang katanya dedikasinya untuk KEMANUSIAAN. Penyesalan terbesar saya adalah saya tidak bisa merawat Alm Ayah saya sendiri karena saya bekerja. Jadi selam satu tahun adik saya dan suaminya yang mengurus. Tapi setelah saya memutuskan resign dan focus ke Alm Ayah saya. Malah hal yang ga enak baru saya tau. Setidaknya saya mendengar seorang dokter bilang “sudah pasrah saja doakan yang tebaik” TANPA ADA PENANGANAN padahal ayah saya merasa kesakitan. Akhirnya saya bawa ke Rumah sakit lain dan dengan DEDIKASI PENUH DAN PROFESIONALISME dokter muda itu mengobati ayah saya. Merujuk segera operasi bedah. Hinggal ayah saya sadar dan tertawa tidak merasa sakit. Bisa ngobrol. Tapi dari sini saya tau. Ada kesalahan dari DOKTER yang katanya Pegawai Negeri dan Pengalaman ini. Kesalahn prosedur operasi pertama setahun silam. Saya berharap kepada Kemenkes agar lebih memperhatikan Dokter-dokter did aerah yang sudah lama agar llebih bisa ditingkatkan. Dan lebih manusiawi. Bukan sebagi orang yang memikirkan profesi sebagai tambang emas. Karena urusan ini adalah perihal hidup manusia. Saya bertemu mahasiwa kedokteran di RSCM dan meraka pun professional bahkan saat saya menanyakan kelanjutan pengobatan mereka tidak mau menambil resiko hidup orang. Ini mahasiswa magang lho bukan dokter yang sudah bertahun-tahun apalagi sudah jadi PNS dan spesialis lagi. Dan bukan di RSCM saja. Di RS kecil salah satu Kampus isalm pun mereka saat saya Tanya apakah harus operasi merak a bilang “TIDAK BISA SEPERTI ITU” harus dicek apa sebab musabab nya. Saya berharap Indonesia lebih banyak orang-orang yang professional dibidangnya. Tidak membedakan SUKU RAS A ATAU AGAMA. Semangat dalam kemanusiaan dan saling bahu embahu membantu manusia lain. Untuk pemerintah semoga lebih di perhatikan soal kesehatan masyarakat .



Akan ane update selanjutnya, mari berdiskusi dan sharing soal pengalaman penggunaan BPJS dan palayanan Rumah sakit agan dan aganwati sekalian,
Polling
0 suara
Menurut Agan Bagaiman Pelayanan Rumah sakit saat ini?
0
2.2K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.8KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.