Perlakuan semena-mena dari teman pada temannya yang lain sekarang menjadi tren dengan sebutan Bullying. Beberapa kasus yang terjadi belakangan ini cukup mencengangkan dan mengenaskan. dimulai dari berakibatnya kehilangan nyawa korban bully hingga dikeluarkannya pelaku dari sekolah. Tidak ada nilai positif yang bisa didapatkan dari kejadian bullying ini selain bahwa kita sebagai orang tua mesti dengan cerdas menjadi pendidik.

Tentu saja, ada peran kawan sumber sebagai orang tua dalam menciptakan proses bullying ini. Kok bisa? jelas saja bisa. Anak adalah cermin dari pendidikan yang kita terapkan. Maka ketika anak menjadi pelaku bully, sejatinya kitalah yang harus bertanggung jawab atas hal tersebut. Meskipun, tak bisa dipungkiri pengaruh pergaulan dan lingkungan juga bisa menciptakannya.

Dalam sebuah obrolan tim Sumber dengan Seto Mulyadi mengungkapkan bahwa "Bullying sudah dilazimkan terjadi di Indonesia. Tanpa sadar bahkan kadang orang tua sendiri yang melakukannya terhadap anak mereka. Misalnya dengan mengungkit-ungkit kesalahan kecil yang dibuat anak tanpa memperhatikan kelebihannya".

Fenomena ini terjadi berkali-kali, orang tua lantas berebut mengirimkan anak-anaknya pada psikolog atau terapis untuk menyelesaikan masalah ini. Namun lupa pada posisinya sendiri untuk membantu. Kawan sumber, setidaknya kita memahami bahwa anak akan merasa sangat nyaman dengan orang tua kandungnya dibanding profesor psikologi kenamaan sekalipun.

Lalu apa saja sih yang sering dilakukan orang tua pada anaknya, dan tanpa sadar itulah tindakan bullying tersebut?



Membandingkan anak kita dengan anak lain, adalah tindakan bullying orang tua yang paling sering dilakukan. "Coba tuh lihat Indra, dia nurut terus sama mamanya. Kamu apa, sedikit-sedikit membantah". Sadarkah bahwa itu bagian dari bullying yang kejam dari orangtua pada anaknya?

Selain itu juga, menentukan keputusan tanpa melibatkan anak adalah bullying yang kerap bersembunyi dibalik alasan kasih sayang. Misalnya ketika kita menentukan pilihan sekolah untuk anak. "Les musik aja nak, kamu bisa belajar sambil bermain". Kelihatannya sepele seperti sedang menyayanginya, tapi pernah gak sih terlintas, apakah benar anak kawan sumber memang ingin belajar di sana?

Yang seharusnya dilakukan adalah, berperanlah dengan sebaik-baiknya orang tua. Pancarkan aura persahabatan, dan jangan tanyakan apapun tentang hal yang tersedan mengintimidasi seperti, "Berapa nilai ulangan tadi" atau "gimana pelajaran di sekolah". Tapi tanyakan tentang kegiatan di sekolah, serukah waktu istirahatnya. Tanyakan juga tentang teman-temannya.

Jadi, berkomitmenlah para orangtua untuk menolak bullying dan sadar bahwa bullying tidak terjadi di sekolah saja tapi bisa jadi karena tingkah laku orangtuanya.