archaengelaAvatar border
TS
archaengela
Travelling Triple X #KASKUStravelstory
Kali ini ane akan menceritakan tentang triple X alias XXX. XXX apa, sih? XXX artinya tiga ekstra sekaligus:
1. Jalan-jalan (travelling) ke tempat wisata.
2. Rekreasi dan santai
3. Sambil tambah wawasan.


Nah, kali ini ane bakal cerita tentang jalan-jalan (travelling) ke tempat wisata yang niatnya untuk rekreasi dan santai, tapi juga menambah wawasan. Lokasinya tepatnya di Bandung, yaitu di Jalan Aceh nomor 53. Nama tempatnya Taman Sejarah. Tidak susah mencari lokasi Taman Sejarah. Dari BIP (salah satu mal tertua di Bandung) tinggal lurus. Lewat perempatan, nah di belokan Jalan Merdeka dan Jalan Aceh, itulah lokasi Taman Sejarah. Posisinya di sebelah Sungai Cikapayang dan juga di sebelah Taman Balai Kota.


Pertama saat datang, ane disuguhi nama tempat ini: Taman Sejarah. Ada semacam mural di sana.

Spoiler for taman sejarah:



Begitu dari depan, ane jalan ke arah kanan. Di sana ane melihat ada peta Sungai Cikapayang, juga ada tempat duduk di depan Taman Sejarah ini.

Spoiler for peta Sungai Cikapayang & tempat duduk:



Ane melihat fasilitas Wifi gratis, lengkap dengan tempat duduk, dan fasilitas charger gratis di depan Taman Sejarah.

Spoiler for wifi gratis komplit:



Berjalan terus, nah masuklah ane ke Taman Sejarah. Ada fasilitas kolam renang anak. Hari saat ane ke sana itu hari Minggu. Jadi ramai sekali kondisi di sana.

Spoiler for kolam renang anak:



Di belakang kolam renang anak, juga dapat dilihat mural.

Spoiler for mural:



Taman Sejarah juga tempat yang sangat nyaman untuk bercengkrama.

Spoiler for pohon, tanaman, & tempat duduk:



Pusat informasi juga tersedia. Jadi kalau mau tanya-tanya, tinggal menghubungi petugas yang ada di sana.

Spoiler for pusat informasi:



Kebersihan tetap diperhatikan. Berbagai tong sampah di sediakan di sana. Jadi, jangan buang sampah sembarangan, ya.

Spoiler for tempat sampah:



Kalau berjalan terus di sebelah kanan, tersedia lahan untuk parkir motor. Ane tidak melihat lahan parkir mobil, tapi sepertinya bisa di Taman Balai Kota (lokasi bersebelahan dengan Taman Sejarah).

Spoiler for tempat parkir motor:



Nah, sesudah cerita ane tentang segi rekreasi dan bersantai di Taman Sejarah, kita masuk ke cerita tentang sejarah Bandung. Di Taman Sejarah ini ada yang disebut sebagai Bandung Planning Gallery (BPG). Kemarin ane tidak masuk di sana karena hari Minggu tutup sayangnya. Eh ada penampakan TS di foto emoticon-Malu (S)Ada informasi hari dan jam buka untuk masuk BPG, juga aturan yang harus dipatuhi kalau mau masuk ke dalamnya. Karena hari Minggu, BPG tutup walau tanda di depan itu tertera “Open”.

Spoiler for BPG:



Nah kalau berjalan ke arah kiri, di dinding tertulis “Sejarah Bandung di Era Wiranatakusumah”. Di depannya terdapat 3 batu besar. Ane duga penataan batu tersebut untuk memberikan kesan lampau (masa lalu). Sepanjang area itu, terdapat relief di dinding, lengkap beserta sejarah pemimpin kota Bandung saat itu. Sesudah ane baca, para pemimpin di era Wiranatakusumah inilah yang menjadi peletak dasar pembangunan Bandung dahulu kala.

Spoiler for sejarah Bandung di era Wiranatakusumah:



Adapun yang tertulis di sana (di bagian bawah ada terjemahan dalam bahasa Inggris, mungkin untuk mengakomodasi turis internasional yang berkunjung) mengenai sejarah pemimpin kota Bandung di era Wiranatakusumah itu (dengan sejumlah editing terbatas oleh TS demi lebih memudahkan membaca tanpa mengubah isinya sama sekali):

- Raden Adipati (R. A.) Wiranatakusumah II/Dalem Kaum (1974 - 1829)

Spoiler for Raden Adipati Wiranatakusumah II:


Memindahkan Ibu kota Kabupaten Bandung ke Kota Bandung. Melakukan perjalanan bersama 3 orang Kapetengan (pendampingnya) saat itu, yaitu Eyang DIpa, Eyang Jenggot, dan Eyang Janalim. Ibukota Kabupaten Dayeuh Kolot saat itu dipandang tidak layak huni karena dihandapeun cai (banjir) sehingga diputuskan untuk mencari pemukiman baru.

Perjalanan dari Dayeuh Kolot pertama kali berakhir di Cigalintu (saat ini CIpaganti), karena dinilai belum tepat, dilanjutkan hingga ke wilayah Rancabadak (saat ini Sukajadi), tetapi tetap dirasakan tidak tepat, karena masih dianggap daerah yang sulit air.

Perjalanan berakhir di kawasan yang dikenal sebagai Sumur Bandung (saat ini gedung PLN di Jalan Asia - Afrika). Di tempat inilah R. A. Wiranatakusumah II menilai tepat dijadikan lokasi Kota Bandung. Setelah menancapkan tongkatnya menurut mitor, air pun keluar (Sumur Bandung).

Segera setelah itu, beliau memutuskan mulai membangun pemukiman, lalu menetapkan dan membangun pendopo kota yang sederhana.


- Raden Adipati (R. A.) Wiranatakusumah III/Karang Anyar (1829 - 1846)

Spoiler for Raden Adipati Wiranatakusumah III:


Memiliki peran dalam meletakkan dasar-dasar kepemimpinan modern. Beliau mensyaratkan pentingnya pendidikan dan ide-ide keislaman serta tatanan pendidikan dan kesenian dalam masyarakat. R. A. Wiranatakusumah III juga merupakan pendiri Mesjid Alun-alun.


- Raden Adipati (R. A.) Wiranatakusumah IV/Dalem Bintang (1846 - 1874)

Spoiler for Raden Adipati Wiranatakusumah IV:


Selain berhasil meningkatkan produksi kopi, beliau berjasa dalam memajukan pertanian dan pembangunan daerah. Peristiwa yang menarik pada masa ini adalah pengembangan ibukota Kabupaten Bandung yang semakin ramai. Undang-undang Agraria dan dampaknya, serta reorganisasi Priangan, dan struktur pemerintahan menjadi semakin mantap.

Selama pemerintahan dipegang oleh beliau (1846 - 1874), ibukota Kabupaten Bandung berkembang pesat dan beliau dikenal sebagai bupati yang progresif. Dialah peletak dasar Masterplan 1850 Kabupaten Bandung, yang disebut sebagai Negorij Bandoeng. Tahun 1850 menyempurnakan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung. Kemudian pada tahun 1866 memprakarsai pembangunan sekolah guru (Kweekschool) atau sekolah RAJA, dan mendirikan sekolah untuk para menak (yang disebut sebagai Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren).


- R. A. Kusumadilaga (1874 - 1893)

Spoiler for R. A. Kusumadilaga:


Berhasil memajukan kehidupan ekonomi rakyat melalui koperasi. Beliau juga menginisiasi pembentukan Badan Amil Zakat dan cikal bakal koperasi dengan mengerakkan Rowis (setingkat RW saat ini).

Beliau juga menginisiasi pembangunan kawasan Braga dan membangun jalur kereta api dari Bandung ke Surabaya, juga menghidupkan perekonomian dengan membangun cikal bakal kawasan perdagangan yang sekarang dikenal sebagai kawasan Pasar Baru. Hidupnya jalur kereta api Bandung - Surabaya mendukung pengembangan kawasan itu, karena stasiun kereta di Badnung berakhir di wilayah Pasar Baru.


- Raden Adipati Aria Martanagara (1893 - 1918)

Spoiler for Raden Adipati Aria Martanagara:


Berhasil meningkatkan produksi kopi, memproduksi genteng untuk rumah-rumah penduduk, membangun sejumlah irigasi dan jembatan, mengadakan gerakan penanaman ketela pohon, membuka dan memperluas daerah persawahan, dan lain-lain. Atas jasanya beliau memperoleh penghargaan berupa Bintang Mas (Besluit 27 Agustus 1900 No.2) dan gelar Adipati (Besluit 29 Agustus 1906). Ia juga mendapat Songsong Kuning (Besluit 26 Agustus 1909 no. 30) dan menerima tanda kehormatan Officier Kroon Orde van Siam. Bupati ini terkenal pula sebagai bupati pujangga. Karyanya antara lain Babad Sumedang, Wawacan Batara Rama, Wawacan Angling Darma, dan Babad Raden Adipati Aria Martanagra (otobiografi).


- R. A. A. H Wiranatakusumah V/Dalem Haji (1920 - 1931 | 1935 - 1945)

Spoiler for R. A. A. H Wiranatakusumah V:


Lahir di Bandung, Dalem Haji mendapat pendidikan di ELS, OSVIA dan HBS. Beliau adalah putra tunggal dari Raden Adipati Kusumadilaga. Dilahirkan pada tanggal 23 November 1888. Ditinggal ayahnya pada usia 5 tahun. Nama kecilnya adalah Muharam. Pada usia 24 tahun, Raden Tumenggung Wiranatakusumah V sudah dapat menjalankan pemerintahan Kabupaten Bandung. Kemampuannya yang mendalam dalam keislaman membuatnya dibanggakan. Hingga saat ini sangat jarang pejabat yang menguasai kebudayaan Sunda, sekaligus dalam pemahaman keagamaannya, sehingga dianggap pantas untuk berkotbah. Dari kemampuannya yang istimewa inilah, beliau disebut sebagai menak santri.

Setelah menjabat Bupati Kabupaten Bandung, jabatannya adalah:
1. Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
2. Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebelum dan sesudah kemerdekaan, beliaulah yang berperan mengumpulkan mandat raja di Nusantara, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Raja-raja Nusantara untuk bergabung dalam NKRI.
3. Menteri Dalam Negeri 1945.
4. Ketua Dewan Pertimbangan Agung.


- Raden Tumenggung Male Wiranatakusumah VI (1947 - 1956)

Spoiler for Raden Tumenggung Male Wiranatakusumah VI:



Pada tanggal 14 Januari 1948 beliau diangkat menjadi Bupati Bandung. Lahir tanggal 14 September 1911 di Kabupaten Bandung. Semasa mudanya ia menamatkan pendidikan MOSVIA tahun 1935. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, beliau memberantas Gerombolan DI/TII. Beliau mengadakan gerakan anti DI/TII. Di Kawadanaan Cililin, dikerahkan kurang lebih 35.000 rakyat dan tentara (disebut sebagai "Gerakan Sisir"). Hasilnya 80 orang gerombolan menyerah.

Pada tahun 1956, Menteri Dalam Negeri mengalihtugaskan Raden Tumenggung Male Wiranatakusumah. Untuk memajukan rakyat, pada tahun 1956 Kabupaten Bandung diadakan gerakan mengumpulkan modal Nasional untuk mendirikan koperasi, membangun kota Majalaya menjadi Kota Industri Tenun.


(bersambung ke postingan #2)
0
3.8K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.