OKI deklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina

Beranda

...

Beritagar.id
OKI deklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina

MOD

BeritagarID

14-12-2017 06:42

OKI deklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina

Presiden Joko Widodo (dua kanan) dan para Pemimpin/Kepala Negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berfoto bersama pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI di Istambul, Turki, Rabu (13/12/2017).
Negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) membuat pengakuan tandingan.

Lewat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa yang digelar di Istanbul, Turki, Rabu (13/12/2017), 57 negara anggota OKI mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.

Deklarasi itu secara langsung menolak keputusan Amerika Serikat untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. OKI juga meminta komunitas internasional untuk mengikuti langkah yang diambil berdasarkan solusi keadilan dua negara.

KTT ini juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera menghentikan pendudukan Israel di Palestina dan menyatakan Presiden AS Donald J Trump bertanggung jawab untuk semua konsekuensi dari keputusan ilegal ini.

"Kami menyatakan deklarasi berbahaya itu (oleh Trump), yang bertujuan untuk mengubah status dari kota itu, adalah tidak sah dan minim legitimasi," sebut Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam lansiran Al-Jazeera, Rabu (13/12/2017).

Erdogan juga dengan tegas menghentikan peran AS sebagai mediator Palestina dan Israel, dan meminta semua negara berunding untuk menentukan pengganti AS untuk mengisi peran yang kosong itu.

"Kita berkewajiban untuk melindungi situs bersejarah di Kota Suci Yerusalem," kata Erdogan dalam pidato penutupnya di KTT kemarin.

Dalam lansiran The Guardian, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengatakan, Palestina akan memperjuangkan pengakuan Palestina sebagai negara utuh di muka PBB, sembari mempertanyakan kebijakan dunia atas proses perdamaian di jalur Gaza.

"Kami tidak akan lagi menerima mediasi dari AS dalam proses perdamaian, sebab mereka benar-benar bias terhadap Israel," tegas Abbas.

Indonesia pun tidak tinggal diam dalam KTT tersebut. Presiden Joko "Jokowi" Widodo turut menyampaikan enam poin usulan sikap negara-negara anggota OKI terhadap keputusan Trump.

Pertama, OKI harus tegas menolak pengakuan unilateral AS. Sebab, two state solution merupakan satu-satunya solusi dengan Yerusalem Timur. Kedua, meminta semua negara yang memiliki kedutaan besar di Tel Aviv untuk tidak mengikuti langkah AS memindahkannya ke Yerusalem.

Ketiga, OKI dapat menjadi motor untuk menggerakkan dukungan negara-negara yang belum mengakui kemerdekaan Palestina.

Keempat, menyerukan kepada sejumlah negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel untuk meninjau kembali hubungan itu.

Kelima, anggota OKI harus mengambil langkah bersama dalam hal meningkatkan bantuan kemanusiaan, peningkatan kapasitas, dan kerja sama ekonomi terhadap Palestina.

Dan terakhir, Jokowi berharap OKI menjadi motor bagi gerakan di berbagai forum internasional dan multilateral untuk mendukung Palestina.

Di tempat terpisah, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyebut hasil pertemuan OKI sebagai hal yang tidak penting bagi mereka.

"Pada akhirnya, kebenaran akan terungkap dan semua negara akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan segera memindahkan kedutaan besar mereka ke sana," sebut Netanyahu dalam CNN.

Netanyahu juga meminta warga Palestina untuk menerima kenyataan dan bekerja bersama untuk menciptakan perdamaian dan mengakui satu fakta penting tentang Yerusalem: bukan hanya sebagai ibu kota Israel, tapi di tempat itu, semua agama akan dihormati.

Menghadapi banyak kecaman dari dunia internasional, seorang pejabat Gedung Putih yang tidak mau disebutkan identitasnya mengatakan, Trump sejatinya masih berkomitmen sebagai juru perdamaian meski mendapat penolakan dari rakyat Palestina.

Meski begitu, AS akan tetap mencari solusi terbaik yang tak hanya menguntungkan warga Israel, melainkan juga Palestina. "Solusi itu akan diungkap pada waktu yang tepat," tegas pejabat itu dalam Washington Post.