afifahafra79Avatar border
TS
afifahafra79
Akankah Kepahlawanan AR Baswedan Menitis Ke Sang Cucu, Anies Baswedan?


Kota San Bao Long (Semarang) gempar di hari itu. Pasalnya, surat kabar peranakan Tiong Hoa, Mata Hari, yang menjadi langganan warga keturunan, hari itu memuat foto seorang pemuda Arab namun mengenakan blangkon dan beskap ala lelaki Jawa. Matahari adalah surat kabar yang dikelola oleh Kwee Hing Tjiat. Sedangkan pemuda Arab tersebut adalah Abdul Rahman Baswedan (1908-1986), yang kemudian lebih dikenal dengan nama AR Baswedan. Sebagaimana dikutip dari Biografi AR Baswedan, yang ditulis oleh Suratmin dan Didi Kwartanada (diterbitkan oleh Kompas), peristiwa itu terjadi pada tanggal 1 Agustus 1934.

Mengapa kabar tersebut menggemparkan? Sebab, pemuda berusia 26 tahun tersebut menyerukan kepada seluruh kaum Arab yang ada di nusantara, agar bersatu membantu kaum pribumi dalam berjuang membebaskan tanah air dari penjajahan Belanda. ”Di mana seseorang dilahirkan, di situlah tanah airnya,” begitu ucapnya.

Kabar tersebut menghentak pikiran kaum peranakan tionghoa yang membaca surat kabar tersebut. Matahari dan pendirinya, oleh Kwee Hing Tjiat, memang memiliki pemikiran yang sama dengan AR Baswedan. Sebagaimana ditulis oleh Yunus Yahya dalam buku Peranakan idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya (diterbitkan oleh KPG Gramedia), Kwee Hing Tjiat menyerukan agar kaum peranakan melebur sebagai putra Indonesia dan ikut berjuang melawan penjajahan Belanda.

Tak salah Kwee Hing Tjiat memuat profil AR Baswedan, sebab sosok jurnalis idealis itu akhirnya memang menjadi salah satu sosok penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan juga menjadi Menteri Muda Penerangan di awal kemerdekaan. Bersama Agus Salim, AR Baswedan bergerak mencari dukungan ke negara-negara asing agar mendukung kemerdekaan Indonesia. Atas jasanya tersebut, nama AR Baswedan pernah diusulkan sebagai pahlawan nasional (tempo, 4/10/2015).

Cucu-Cucu AR Baswedan
Ada beberapa teori tentang kemunculan pemimpin, salah satunya adalah teori Genetis, yang menyebutkan bahwa Leader are born and not made. Teori ini tentu masih banyak diperdebatkan, karena, meski secara genetis, bakat itu diturunkan, dalam ilmu genetika sendiri, fenotif (penampakan/performance), merupakan kombinasi antara genotif (gen) dan faktor environtment.

Akan tetapi, setidaknya, orang-orang yang dilahirkan dengan bakat leadership yang baik, pastinya akan tumbuh menjadi pemimpin yang cemerlang jika mendapatkan lingkungan yang baik. Hayam Wuruk, misalnya, dia lahir dari pasangan raja dan ratu yang cemerlang, yaitu Tribhuwana Tungga Dewi dan suaminya, Sri Kertawardhana (Cakradara)—dan juga mendapatkan pendidikan yang baik dari guru-guru Istana, serta dukungan dari patih Gajah Mada.

Nyatanya, saat ini kita mengenal dua cucu AR Baswedan yang namanya sedang ngetop di media massa. Mereka adalah Novel Baswedan dan Anies Baswedan. Novel dikenal sebagai penyidik senior KPK yang sukses menangani banyak kasus besar. Saat ini, Novel tengah dirundung musibah dengan penyiraman air keras pada wajahnya oleh orang tak dikenal.

Bagaimana dengan Tak kalah bergaung, sosok ini semakin mendapat sorotan dan publikasi luas setelah secara tak terduga dicalonkan Gerindra dan PKS sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Meski di awal-awal pencalonan Anies dan pasangannya, Sandiaga Uno tampak tak terlalu bergema, nyatanya dia lolos di putaran pertama, dan kemudian sukses di putaran kedua.

Kerja-kerja Anies Baswedan selanjutnya, bukan kerja ringan. Terlebih, kemenangannya di Pilkada di Jakarta diwarnai dengan sejumlah kisah dramatis serta pro kontra dari masyarakat. Pecinta dan pembenci Anies hampir seimbang. Ini bisa menjadi masalah serius, sebab kelindan emosi seringkali mematikan logika dan justru membangun kesan-kesan yang sifatnya subyektif.

Namun, apapun yang terjadi, Anies Baswedan sekarang sah sebagai gubernur Jakarta. Secara genetis, Anies mewarisi modal besar dari kecakapan sang kakek. Tinggal mampu atau tidak modal genetis itu berhasil muncul sebagai fenotif.

Akankah kepahlawanan AR Baswedan menitis kepada Anies, sang cucu? Kita nantikan saja kiprahnya.

Referensi
Suratmin & Didi Kwartanada. 2014. Biografi AR Baswedan. Penerbit Kompas. Jakarta
Yunus Yahya. 2002. Peranakan idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya .KPG Gramedia. Jakarta.

Diubah oleh afifahafra79 22-11-2017 03:39
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
16.4K
126
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen Journalism
icon
12.5KThread3.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.