Terkenal dengan seringnya menelurkan pemenang ajang kecantikan dunia, tak membuat Venezuela menjadi negara yang maju. Sejak terpilihnya Hugo Chavez sebagai presiden pada tahun 1998, Venezuela menghadapi berbagai isu nasional termasuk krisis cadangan minyak di negara tersebut. Dari masalah tersebut, uang negara yang seharusnya masuk ke kantong rakyat yang membutuhkan baik dalam bentuk subsidi maupun pengadaan berbagai program kesejahteraan sosial, tapi ternyata malah mengalir ke dompet para pejabat tinggi negara. Sejak kejadian itu, Venezuela semakin kacau. Bahkan mata uangnya hampir tak bernilai dan kondisi ekonominya dalam masalah besar.

Kondisi Irak saat ini yang nggak stabil setelah 15 tahun dicampur tangani oleh Amerika membuat Irak sempat mengalami power vacuum atau kosongnya kekuasaan. Nggak hanya itu, bentrokan antar kelompok di dalam negaranya sendiri yang terjadi di antara orang Kurdi, Syiah, dan Suni. Ditambah lagi dengan datangnya pasukan Isis dari Syria yang semakin mengacaukan keadaan. Kekayaan Irak menjadi target empuk negara lain yang mengambil keuntungan dari adanya perang. Ketika perekonomian Irak mulai bangkit, terjadilah korupsi akibat adanya campur tangan politik Amerika dan Eropa yang membangun infrastruktur di sana dan mengambil cadangan minyak negara tersebut.

Negara yang terletak di pantai barat benua Afrika ini sebenarnya mengalami peningkatan peringkatan angka korupsi di dunia, hingga kini Angola berada di 10 besar negara terkorup. Bentuk korupsi yang terjadi di Angola bermacam-macam, mulai dari perampasan asset oleh pemerintahnya sendiri hingga meluas ke pencucian uang dan penggelapan. Kenapa hal ini bisa menimpa Angola? Karena Angola memiliki cadangan minyak yang kaya dan menggiurkan bagi para pejabatnya. Itulah yang menjadi daya tarik korupsi yang terjadi di Angola yang membuat negara tersebut nggak 'ramah anak' serta termasuk ke daftar negara miskin di dunia.

Konflik yang tak berkesudahan antar kelompok dan grup etnis ini membuat kondisi ekonomi di Sudan jadi ikutan porak poranda. Hasilnya sangat berdampak pada masyarakat Sudan yang memang termasuk golongan miskin. Ditambah dengan Sudan Selatan yang memisahkan diri dan mengambil banyak cadangan minyak dari Sudan. Negara ini diatur oleh National Congress Party (NCP) yang hadir untuk memimpin Sudan setelah coup d’etat di tahun 1989 tapi nggak bisa mengatasi masalah nasional juga hingga saat ini. Sebagai hasilnya, perekonomian Sudan melemah dan korupsi merajalela.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Afghanistan dijuluki sebagai “the graveyard of empires” karena negara ini susah untuk bersatu dan sering mengalami kekosongan kekuasaan. Afganistan sering dikuasai oleh pemimpin suku-suku lokal dan juga pimpinan perang. Presiden terdahulunya, Hamid Karzai sangat terkenal dengan aksi korupsinya. Ia pernah tertangkap tangan menerima sejumlah uang dari militer Amerika. Nggak hanya karena kasus ini, Afghanistan juga memang terkenal dengan produksi heroin besar-besaran. Oleh karena itulah negara ini sering mempertaruhkan kekayaannya demi hal-hal yang merugikan rakyatnya.

Kalau negara satu ini sih memang unik ya. Sebagai satu-satunya negara murni komunis yang sistem kekuasaannya adalah diktator, ‘dapur’ pemerintahan dan regulasi ekonomi di Korea Utara memang terkesan misterius. Meskipun Korea Utara masih menerima bantuan dari Tiongkok, namun Korea Utara tetap pusing memikirkan gimana caranya memberi makan warganya karena banyak masyarakatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ibaratnya petinggi Korea Utara bisa hidup enak tapi warganya nggak bisa hidup layak. Angka belanja militernya pun disebut-sebut juga cukup besar. Makanya nggak heran kalau Korea Utara termasuk ke dalam negara terkorup di dunia.

Sebenarnya Somalia dan Korea Utara menduduki peringkat satu, tapi Somalia paling kelihatan dan terasa korupsinya. Bisa dibilang Somalia adalah negara paling tidak stabil di dunia bahkan struktur kekuasaan negara ini aja hampir nggak ada (katanya sih lagi membangun sistem parlemennya). Padahal yang terjadi di lapangan, banyak pemimpin wilayah atau pemimpin perang yang berebut kekuasaan.

Hidup di negara ini memang menyakitkan. Orang-orang yang berada di garda depan perekonomian mungkin masih bisa hidup dengan bertani dan beternak. Tapi jangan harap pembangunan infrastruktur dan program sosialnya berjalan baik. Dilansir dari World Bank, hanya 29% warganya yang sekolah dan angka harapan hidupnya hanya 55 tahun. Hal ini diperparah oleh pemerintahnya yang menutup rapat-rapat apa yang terjadi di dalam pemerintahannya, terutama sistem ekonominya. Inilah mengapa Somalia korup banget. Hidup di Somalia keras, bung!