Pagi yang cerah ditemani nyanyian burung dan kopi nikmat asli buatan lokal dengan harumnya yang khas bahkan kopi sekelas arabika pun kalah dengan cita rasa lokal, itu menurut saya loh karena cita rasa pahit kopi robusta memang sudah menjadi kenikmatan para karuhun di bumi nusantara ini.

Loh eta aya karuhun sagala maneh punk...?? Saha eta Karuhun...??

Waduh Karuhun memang identik dengan mistis, nah biasanya di beberapa daerah suka ada yang menyiapkan kopi hitam robusta untuk karuhun, namun karena terjadinya pergeseran keyakinan Karuhun suka di alamatkan bagi mereka para leluhur yang sudah tiada.



Namun pagi ini saya tak mau bicarakan panjang lebar tentang Karuhun, yang saya bicarakan turunan arabika yang berwajah robusta namun hingga kini ia menghilang bak di telan bumi ya tidak lain Akang Habib Rizieq.

Kalau di ibaratkan kopi walau bernama Arabika aslinya banyak di temukan di Ethiopia dan Brazil, entah kenapa jadi Arabika apa karena mirip buah kurma ?? Entahlah saya sendiri bukan pakar kopi namun hanya penikmat kopi lokal di warung pinggir jalan.

Begitu juga dengan sang Habib walau berwajah robusta namun gaya arabikanya terasa kental.

Seperti yang sudah banyak diketahui umat Habib Rizieq saat ini dijerat Pasal 4 ayat 1 juncto Pasal 29 dan atau Pasal 6 juncto Pasal 32 dan atau Pasal 9 juncto Pasal 34 Undang Undang RI nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara.

Lalu beliau hijrah ke timur tengah, tempat pastinya juga tak diketahui antara Saudi dan Yaman padahal dua negara itu pun saling membunuh dengan dalih keyakinan, walau rupa sama belum tentu sehati bukan...

Lalu kenapa sang Habib yang disegani di kalangan salah satu ormas tak pulang-pulang, ini semua seperti mengatur strategi dimana pemerintah tak banyak aksi untuk segera memulangkan begitu juga dengan sang habib sendiri maka terjadilah tarik ulur mengenai kepulangannya.

Saya hanya beranggapan kalau dalam kancah politik nasional dianggap peperangan maka perlulah kita simak ayat berikut,

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allâh, dan tempatnya ialah neraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya [Al-Anfâl/8:15-16]

Disini jelas...mundur untuk bersiasat dan menggabungkan diri dengan kekuatan lain..namun apakah ini yang diterapkan sang habib ??

Apakah kancah politik dianggap medan perang, lalu siapa yang diperangi sedangkan yang memimpin negeri sama-sama sujud dalam masjid.

Belum lagi masyarakat yang berkeyakinan berbeda yang bersatu dalam slogan Pancasila, haruslah kita hormati bukan kita musuhi.

Mari kita lihat hijrah umat terdahulu yang bernaung di wilayah raja Najasyi, mereka mendapatkan perlindungan seperti halnya para pengungsi timur tengah yang berlomba-lomba berdatangan ke daratan eropa.

Semakin lama mundur siasat yang akan digunakan akan menjadi bumerang, karena seorang khalid bin Walid tak kan pernah lari dari keadaan apapun juga.

Bahkan di masa jayanya ia pun dicopot jabatan panglima perang oleh Umar dan menjadi Duta Besar karena ditakutkan umat akan mengkultuskan beliau.

Mungkin menurut analisis warung kopi yang tak wajib dipercaya sang Habib bersembunyi dulu agar mereka yang mengkultuskan sang habib sadar beliau adalah manusia biasa yang bisa saja berbuat salah.

Tampaknya Sang Habib menunggu 2019 untuk membuka strategi baru dan dengan pasukan baru akan menggoyang Istana yang megah dengan calon yang baru.

Ahhh entahlah aku sebagai penikmat kopi hanya bisa melihat yang terjadi saat ini untuk masa yang akan datang semoga tidak ada lagi politisi yang mengorbankan banyak pion, karena pion yang berfikiran maju akan berubah menjadi kekuatan baru dan para politisi lama akan di kepung para pion yang strateginya setingkat mentri untuk menumbangkan sang raja.

Semoga bumi pertiwi ini tidak menangis lagi dengan banyaknya opini SARA untuk mencerai beraikan persatuan.

Mungkinkah sang Habib bisa duduk Bersanding dengan Pak De...kita tunggu saja babak selanjutnya, yang jelas power sang Habib sudah di gembosi karena terlalu lama bersembunyi...

Ahhh...nampaknya Robusta masih menjadi andalanku dalam menikmati kopi walau harganya lebih murah di bandingkan kopi Arabika...

Sruppuuttt dolo kawan...

Penulis c4punk1950